Chereads / Aku, Kamu dan Valentine / Chapter 2 - BAB 2 : Takdir Atau Hanya kebetulan Semata

Chapter 2 - BAB 2 : Takdir Atau Hanya kebetulan Semata

Hari itu bagaikan mimpi indah bagi ku. Malam itu niat awal hanya sekedar untuk nonton film bioskop dengan Tito, berakhir kejadian yang tak terduga. Valentine malam itu menjadi malam valentine yang tak terlupakan oleh ku. Aroma nafas yang harum serta sentuhan lembut bibirnya masih terngiang - ngiang sampai saat ini. Rasanya ingin ku ulang malam itu dan ku rasa malam itu cupid sudah mengarahkan panah cintanya untuk kami berdua. Setelah kejadian malam itu kami berdua sangat canggung, tak ada penjelasan sedikit pun dari Tito begitu pula dari diriku. Semua terasa aneh dan baru. Bahkan yang tadinya aku tak pernah menjaga sikap ku didepan Tito tapi sekarang aku mulai menjaga sikap saat aku sedang bersama Tito, memang cukup canggung tetapi aku menikmatinya.

Lain hal nya dengan Tito. Dia bersikap seperti biasanya, nampak seperti tidak terjadi apa - apa sebelumnya. Aku yang saat itu terus memperhatikan nya hanya bisa bertanya - tanya dalam hatiku bahkan aku sangat ragu untuk menyinggungnya didepan Tito. Setelah seminggu setelah kejadian itu aku merasa bahwa Tito perlahan menjauhi ku. Aku sedikit merasa frustasi, ibarat habis manis sepah dibuang. Aku merasa dongkol dan sedikit membenci Tito. Aku cukup muak dan sedikit enggan bertemu nya. Sudah 1 bulan lama ny kami tak bertemu satu sama lain. Sampai akhirnya aku dapatkan kabar bahwa Tito telah pindah rumah. Aku bergegas mengunjungi kediaman nya. sudah ku pencet bel rumah itu berkali - kali bahkan ku gedor juga pintu nya, akan tetapi tak ada seorang pun yang menjawabnya. Saat itu aku merasakan yang namanya patah hati.

Waktu demi waktu berlalu, sangat sulit bagiku melupakan kenangan tentang Tito. bahkan aku pun sudah putus hubungan dengannya. Sama sekali tak ada kabar baik itu lewat media sosial maupun sepucuk surat. Aku sangat terpuruk. Sampai suatu saat aku berpikir bahwa hidup itu terus berjalan, tak ada yang harus disesali sampai berlarut - larut. Setelah beberapa usaha yang ku coba tanpa henti, akhirnya aku bisa sedikit melupakan nya dan menjalani hidupku dengan sangat baik.

Meski demikian, hari valentine bagi ku adalah hari yang menyakitkan bagiku setelah ku mengenal Tito. Valentine setiap tahun ku lewati hanya dengan membeli coklat di sebuah minimarket dan kumakan sendiri. Walaupun banyak sekali pria yang mengajak ku berkencan dan mengirimi ku beberapa hadiah saat valentine, aku menolak nya dengan halus tanpa menyakiti perasaan mereka. Sampai sekarang pun valentine setiap tahun nya ku lewati seperti hari biasanya, nothing special.

Seiring berjalan nya waktu aku mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk kelulusan ku, mulai dari skripsi dan juga mental ku. Saat ini aku hanya fokus pada urusan kampus. Tak sedikit pun terbesit dibenak ku pemikiran tentang Tito. Aku cukup belajar keras pada saat itu. Kerja keras ku pun akhirnya menuai hasil yang bagus. Aku lulus dari salah satu universitas ternama dengan nila IP yang sangat memuaskan. Status sosial ku pun terus meningkat. Sampai akhirnya aku dipekerjakan oleh salah satu perusahaan startup terbesar di indonesia.

Hari demi hari yang ku lewati sangat membuat ku bahagia. Aku suka sekali belajar dan aku tipikal yang pekerja keras. sampai akhirnya aku mencapai pangkat yang lebih baik. Aku sangat menimmati proses nya. Memang benar tak ada usaha yang mengkhianati hasil. Diusia ku yang sudah menginjak 35 tahun aku berhasil menjadi COO atau bisa disebut wakil direktur operasional. Aku sangat bersyukur sekali. Namun itu semua bukan puncak karir yang aku inginkan. melainkan aku masih mempunyai impian untuk menjadi direksi di perusahaan tersebut. Aku tidak lengah dan masih berusaha menjadi yang aku inginkan.

Sebentar lagi hari valentine. Disaat aku sedang senggang dan setelah sekian lama aku tidak terlalu memikirkan nya, tiba - tiba aku mendapati satu email masuk di handphone ku. Nama email nya begitu asing bagiku. Setelah ku buka, ternyata email tersebut merupakan email dari Tito. Aku shock seketika, saat itu aku sedang berbaring di tempat tidur ku tersentak aku terbangun dan melihat kembali ponsel ku seolah tak percaya apa yang baru saja ku alami. Di satu sisi aku sedikit merasa senang namun di sisi lain aku merasa sangat kesal setelah aku memikirkan apa yang sudah ia lakukan terhadap ku. Pada saat itu juga aku sangat ragu untuk membalas. karena keegoisan ku akhirnya aku memilih untuk mengabaikan pesan itu.

Sebentar lagi hari valentine, dikantor ku orang - orang sibuk membahas tentang hari itu bahkan beberapa karyawan sudah sibuk membuat rencana dengan pasangan nya masing - masing. Di kantor, aku terkenal tegas dan pendiam oleh karena itu hampir setiap junior ku enggan berbicara padaku jika tidak mengenai soal pekerjaan. Aku tidak keberatan sama sekali karena aku bukan tipikal orang yang banyak berbicara. Aku banyak bicara hanya pada saat presentasi di kantor atau berbicara masalah kantor dengan para atasan.

Setiap hari nya aku hanya di sibuk kan dengan masalah kantor sehingga aku tidak cukup meluangkan waktu untuk sekedar hangout di kedai kopi ataupun cafe yang biasanya banyak dilakukan oleh orang seusia ku. Dulu aku hanya hangout dengan Tito jikalau ia berhalangan aku memilih untuk pergi sendiri. Bukan berarti aku membenci orang - orang. Aku hanya sedikit canggung dengan orang lain karena aku tidak bisa yang namanya basa - basi.

Hari valentine pun tiba, kebetulan hari itu weekend. Aku hanya ingin menghabiskan waktu ku dirumah untuk beristirahat. Tiba - tiba ibu mengetuk pintu kamar ku dan berteriak membangunkan ku agar aku keluar dari kamar. Rasanya aku tidak ingin bangun dari tempat tidur ku dan kembali menarik selimut ku. Ibu ku berteriak dibalik pintu kamarku mengajak aku ke pusat perbelanjaan untuk berbelanja kebutuhan dapur yang kebetulan saat itu sedang habis. Namun aku menolak nya. Ibu ku tiba - tiba masuk kamar ku dan terlihat geram melihat tingkah laku ku. kemudian ibu menarik selimut ku dan menyeret ku agar aku pergi mengantarnya. Aku tidak bisa berbuat apa - apa. Ayah ku yang saat itu sedang menonton acara berita di televisi hanya bisa tersenyum melihat ku.

" Ah ah ah,,, sakit sakit,, tangan ku sakit ibu, bisa berenti,,,. " Kata ku sambil memegang tangan ibuku yang sedang menarik ku

" Ayo pergi sekarang. apakah kamu tidak bosan setiap saat seperti ini?. " Tanya ibu ku dengan kesal

" Ya baiklah, aku akan mengantar mu. " sahut ku dengan pelan.

" Apakah kau tidak punya kekasih? pergilah berkencan. apakah kamu tidak ingin menikah???. " Kata ibu ku sambil mengomel.

" Sudah lah sudah cukup bu. aku mengerti. aku akan mengantarmu sekarang. " Jawab ku sambil mengambil kunci mobil yang ada dimeja.

Kami berdua akhirnya pergi ke salah satu pusat perbelanjaan yang tidak jauh jaraknya dari rumah kami. Sesampai nya di dalam aku melihat begitu banyak nya hiasan - hiasan bernuansa merah dan pink. Tak heran karna hari ini adalah hari valentine. Banyak sekali pasangan mudi - mudi berkeliaran disekitar ku. Bahkan banyak pula toko yang di hiasi dengan balon berbentuk hati serta bunga. Tiba - tiba aku melamun dan teringat lagi kejadian saat valentine beberapa tahun silam. Dimana saat aku menghabiskan waktu dengan Tito.

Ibu ku tiba - tiba menepuk pundak ku karena melamun sambil membawa troli belanjaan dan menyadarkan ku dari lamunan. Aku kaget dan menatap ibu ku karena sedikit kesal. Saat aku hendak mengambil buah - buahan seseorang perlahan mendekatiku, aku masih berpikir positif mungkin ia juga mau mengambil buah - buahan aku memutuskan pindah tempat akan tetapi orang tersebut masih mengikuti namun aku pun tak terlalu notice sampai aku bolak - balik pindah tempat dan aku menyadari ada yang mengikuti ku. Tanpa pikir panjang aku mencari ibuku, saat aku menemukan ibu ku dan hendak menghampirinya seseorang menarik tangan ku dari belakang dan aku menoleh ke arah nya. Siapakah orang asing itu yang berani menarik tangan ku padahal di tempat ramai seperti ini. Aku cukup kaget setelah berpapasan dengan orang itu, mulut ku pun terasa membisu dan tidak bisa berkata apa - apa. Ya, yang menarik tangan ku adalah Tito.