Chereads / Be a Little Wife / Chapter 12 - Dituduh Selingkuh

Chapter 12 - Dituduh Selingkuh

Fahri teguk minumannya untuk kesekian kalinya, ia yang berniat membalas Klareta, tapi justru dirinya yang dipermalukan.

"Darimana Klareta dapetin foto Ica?" Gio terkekeh melihat foto yang Fahri terima dari mantan kekasihnya itu.

"Gue nggak peduli Klareta dapet foto itu darimana, yang gue keselin kenapa bocah itu sampe bisa ketemu sama cowok lain!" Fahri buka satu botol lagi.

"Berhenti, Fah!" Gio jauhkan botol baru yang hampir saja Fahri buka, dia bisa masuk rumah sakit kalau terus minum seperti ini. "Lo nggak lagi cemburu sama Ica kan?" tambah Gio memancing.

Fahri tergelak mendengar tuduhan itu, "Gue, cemburu sama dia, nggak bakal! Gue begini karena dia ngelanggar aturan yang udah gue kasih ke dia, wajahnya aja yang polos, tapi tetep aja suka ngelirik cowok lain," jelas Fahri.

Gio maklumi ucapan Fahri yang tidak jelas itu, kondisinya tengah mabuk dan apa yang Fahri ucapkan selalu membingungkan, bila ibunya yang mendengar, tentu akan berfikiran sama seperti tuduhan Gio, mengira Fahri cemburu pada Haisha dan bukannya emosi karena gadis itu melanggar kesepakatan yang telah mereka buat.

Tapi, ada senyum samar di sudut bibir Gio akan kondisi Fahri saat ini, rencananya untuk membalas Klareta tampak sia-sia, justru Klareta-lah saat ini yang memegang kendali dengan memberikan bukti foto kedekatan Haisha bersama pria lain.

Hal itu jelas membuktikan kalau Fahri hanya bermain dengan Haisha di depan Klareta, dan menegaskan sekali lagi kalau hanya Klareta yang ada di hati Fahri, tidak akan pernah tergantikan oleh gadis manapun, apalagi hanya gadis berwajah polos dan kampungan seperti Haisha.

"Makasi banyak ya, Ki ... Aku seneng banget bisa ditraktir kayak gini," ucap Haisha. Bukan hanya makanan yang banyak dan luapan cerita yang sontak menghilangkan bebannya, Kiano juga mengantar Haisha pulang dengan cara mengikuti sepeda gadis itu perlahan.

"Sama-sama, pokoknya kalau kamu butuh temen lagi dan kebetulan aku bisa, pasti aku temenin, Ca. Malem kamu mau videocall aku pun nggak apa."

Haisha mengangguk, ia ucap terima kasih sekali lagi sebelum Kiano pulang. Sudah tidak ada tetangga yang memaki Haisha, mereka mendapat teguran keras sampai ada yang harus menghadap ke kantor kelurahan kampung ini, semua itu berkat Meri-calon ibu mertuanya, wanita itu tidak akan membiarkan Haisha mendapat perlakuan buruk, apalagi di rumah yang memang milik keluarga Meri dulunya.

Klek,

Haisha buka pintunya, dan alangkah dia terkejut ketika melihat Fahri sudah duduk di ruang tamu dengan baju yang acak-acakan, bahkan mata pria itu memerah.

"Mas Fahri kok bisa masuk?" tanya Haisha, dia semakin takut kalau ada warga yang melihat, Haisha intip ke luar, tidak ada mobil Fahri di sana, itu artinya Fahri datang berjalan kaki, tapi jelas tidak mungkin.

"Udah puas maen sama cowok, iya?" balas Fahri dengan nada suara yang berbeda, Haisha mendekat sedikit untuk mencium aroma yang dirasa bukan bau minyak wangi.

"Mas Fahri mabuk ya?" setengah terkejut Haisha mengatakannya, ia tutup mulutnya sendiri sebelum mengoceh keras dan bisa membuat kampung ini ricuh kembali.

Fahri terkekeh, ia berdiri dan mendorong tubuh Haisha sampai terpojok pada dinding pembatas ruang tamu itu, Fahri dekatkan wajahnya sampai kening mereka saling menempel rapat.

"Gue udah bilang buat jauhin cowok lain selama kita belum dan sesudah nikah, lo lupa, hah?" ia terkekeh kembali, Haisha merasa pusing dengan aroma yang Fahri bawa. "Enak seharian keluyuran bareng cowok, seneng lo?" imbuh Fahri, ia semakin menekan kening Haisha.

Gadis itu hanya bergeleng lemah, "Eng-enggak, Mas ... Ica tadi-"

"Lo mau selingkuh, iya?" Fahri mulai mengeraskan suaranya, sontak Haisha bekap mulut pria itu.

Terpaksa, Haisha memberanikan diri untuk melawan Fahri dan membuat pria itu terjerembah ke kursi kecilnya, bahkan Fahri hampir terjungkal ke belakang kalau Haisha tidak cepat menarik satu tangan pria itu.

Haisha ambil gulungan dasi yang terlepas dari kerah kemeja Fahri, ia terpaksa membekap mulut pria itu dengan dasi panjang di sana agar Fahri diam.

Tidak cukup sampai di sana, Haisha ambil kain selendang untuk mengikat tangan dan kaki Fahri, kali ini Fahri seperti seorang tahanan di rumah Haisha.

"Maaf, tapi kalau Mas Fahri aku lepas, bisa rame kampungnya Ica ini ... Nanti, pada mikir Ica berbuat yang enggak-enggak sama kamu, Mas, maaf!"

Haisha tinggalkan Fahri sebentar, ia pastikan kalau suara Fahri tidak terdengar kembali, hanya erangan kecil yang mungkin tidak sampai pada rumah tetangga.

Haisha hubungi Meri, hanya Meri yang bisa membantunya, Haisha tidak mungkin membawa dan mengantar pria itu pulang seorang diri.

"Kamu kenapa, Mas?" tanya Haisha sembari duduk di dekat Fahri yang terus berusaha lepas. "Kenapa sampe mabuk kayak gini?" tambah Haisha.

Tapi, pertanyaan Haisha justru mendapat tatapan tajam dari Fahri, sebisa mungkin Haisha ajak Fahri berbicara sembari menunggu Meri dan Hendra datang menjemput.

"Ica nggak keluyuran sama cowok, Ica juga nggak selingkuh kayak yang Mas Fahri bilang, Ica juga nggak ke luar sama cowok asing, dia itu temen baiknya Ica, namanya Kiano ... Tadi, ketemu di taman deket rumahnya kamu, terus Ica ajak ke rumah sakit, Kiano yang selama ini bantu Ica urus masalah rumah sakit. Kamu tahu darimana kalau Ica sama Kiano, apa karena itu sampe mabuk begini, hem?" panjang lebar Haisha mengajak Fahri berbicara, tapi pria itu masih saja menatapnya tajam.

Haisha buka sedikit dasi yang menutup mulut Fahri, pria itu pun memintanya membuka ponsel dan melihat kiriman foto di sana, setiap Fahri mulai mengeraskan suara, Haisha rapatkan lagi dasi itu.

"Iya, ini Kiano .. Jadi, kamu dapet ini dari Mbak Klareta," ucap Haisha lirih.

Haisha tatap hangat wajah merah di depannya itu, bukan marah dengan sikap tidak jelas Fahri, Haisha justru merasa kasihan, pria di depannya itu pasti sangat mencintai Klareta, tapi terus dikhianati, terlalu cintanya sampai rasa sakit pun tidak bisa membuat perasaan itu pergi.

Haisha ingat penjelasan Meri tadi, entah dorongan dari mana hingga tangan Haisha terjulur dan mengusap lembut kening sampai batas pipi Fahri.

"Ica mungkin nggak sebaik Mbak Klareta, tapi Ica janji nggak akan bikin Mas Fahri kecewa. Keluarga Mas Fahri itu udah baik banget sama keluarganya Ica," ucap Haisha.

Benar, semua ini karena kebaikan yang Haisha terima dari keluarga Fahri, dia urungkan niat untuk meminta batal menikah dengan Fahri, bila dulu keluarga itu bisa menolong keluarganya tanpa melihat apapun, sekarang saatnya Haisha membalas semua itu, menerima Fahri dan menjadi istri dari pria itu meskipun tidak ada jaminan mereka bisa hidup bahagia dan menciptakan rasa cinta.

"Tukang selingkuh!" maki Fahri saat Haisha melonggarkan penutup mulutnya.

Haisha gelengkan kepalanya, "Maaf ya .. Ica janji nggak akan teledor lagi, Mas yang tenang ya ... Ica ambilin air putih hangat bentar," balas Haisha.

Bukan hanya air putih hangat yang Haisha bawa, tapi di tangan satunya Haisha bawa satu gayung penuh air biasa, Kiano pernah berkata kalau untuk menyadarkan orang mabuk adalah dengan menyiram kepalanya.

"Maafin, Ica ya, Mas!"

Byurr ....