Para Bangsawan
Gaun panjang berwarna biru pastel itu terlihat anggun. Saat Mia memakainya, gaun itu membungkus tubuhnya dengan sempurna. Gadis itu terkejut saat melihat pantulan dirinya dikaca. Rambut ikal spiral sepunggung dia ikat setengah dengan ornamen bunga yang dia petik dari jendela kamar. Kini penampilannya menjadi kian menarik. Sederhana, namun terlihat anggun.
"Aku sudah siap," ucap Mia malu-malu keluar dari kamar. Clod membalikkan badan dan terpana.
Mia tampak jauh berbeda. Dia bukan lagi seperti gadis berusia tujuh belas tahun. Clod yakin, Mia akan menjadi incaran para pemuda di pesta nanti.
"Clod, berkedip!" sindir Mia geli dan senang bisa membalas pria itu.
"Ada kecoak di rambutmu," balas Clod langsung memalingkan muka jengah.
"Yang takut kecoak cuman kamu!" sahut Mia tertawa semakin kuat. Umpatan tidak jelas keluar dari mulut Clod sambil keluar menuju kereta kuda mereka.
Pesta makan malam itu ternyata dihadiri oleh banyak sekali tamu undangan. Semua tampil dengan baju mewah dan mahal.
Clod mengambil sesuatu dari balik bajunya dan memberikan kepada Mia.
"Pakai kalung ini, untukmu, sebagai ganti yang sudah rusak," Mia menerima kalung berlian biru yang jauh lebih indah dari kalung terakhir yang diterima dari Clod.
"Kamu yakin? Ini kan pasti mahal banget, ntar kalo rusak lagi?" jawab Mia ragu.
"Kalung ini bisa melindungimu. Membantu penyembuhan pastinya," sahut Clod sembari menatap kalung tersebut.
"Di dunia manusia, mungkin laku milyaran Clod!" timpal Mia dengan seksama menatap blue diamond tersebut.
"Kalung ini tidak ternilai, berlian biru adalah lambang status keluarga besarku yang hanya bisa di hasilkan oleh garis keturunan Dionze, nama keluargaku," jawab Clod dengan sendu.
Mia terpaku oleh kesenduan wajah Clod.
"Di mana keluargamu yang lain?" tanya Mia. Dia tidak melihat Clod mengenalkan dirinya pada seluruh keluarga besarnya. Clod menatap keluar. Kereta berjalan cukup cepat.
"Hanya tinggal aku. Seluruh keluargaku tinggal kenangan. Mereka para pahlawan yang mengabdi pada kerajaan dan gugur dalam peperangan," jawab Clod dengan suara tercekat. Hati Mia berdesir. Dia segera memakai kalung dan tersenyum lebar.
"Liat nih, aku jadi ambasador keluargamu! Pembawa kalung Blue Diamond yang paling gaul dan keren!" seru Mia mencoba menghibur Clod. Pemuda itu tertawa kecil dan menyentil rambut Mia.
Suara musik membuat keduanya bergegas turun dan masuk. Tepukan meriah menyambut Clod dan raja elf sendiri yang membawa dia menuju meja makan utama bergabung dengan keluarga besar kerajaan.
Sementara itu Mia duduk di kursi paling ujung ruangan maha luas bersama dengan peri daun yang tampak sibuk sendiri menghias meja makan mereka dengan daun dan bunga beraneka warna.
Hidangan yang sangat mengugah selera tersaji ditiap meja. Mia segera menyantap tanpa menunggu lagi.
Clod memandang dari jauh. Mia yang tampak asyik menyantap hidangan tampak tergelak melihat aksi peri daun yang lucu dan menggemaskan.
"Clod, senang sekali kamu bisa membuktikan kehebatanmu sebagai ksatria kerajaan sekaligus menantu raja," puji seorang patih kerajaan. Clod menundukkan kepala penuh terima kasih dan mengacungkan gelas berisi wine kepada bangsawan itu.
Raja tertawa senang. Leina tidak henti-hentinya memandang penuh kekaguman dan cinta pada tunangannya, Clod Dionze.
"Siapa manusia yang kamu undang bersamamu Leina?" tanya sang ratu.
"Oh dia gadis yang lucu dan sangat menarik sekali! Mia namanya, panggil dia ke sini," jawab Leina dengan antusias. Seorang pelayan segera memanggil Mia yang datang tergopoh-gopoh dengan pipi sedikit belepotan saus putih.
Raja tersenyum dan menyapa Mia.
"Terima kasih sudah membantu mendapatkan Fleurie kembali," sambut ratu dengan lembut dan hangat. Suara ibu Leina terdengar bagaikan suara malaikat yang membuat damai siapapun yang mendengar.
"Sama-sama ibu ratu," jawab Mia sambil membungkukkan badannya kaku. Clod hampir tersedak oleh tawa, melihat gaya Mia yang sangat kikuk.
"Wah bagus sekali kalung pemberian keluarga Dionze kepadamu, nona," seru seorang wanita kurus berambut merah yang duduk di sebelah ratu. Kalimat wanita itu sepertinya mengandung arti yang dalam, karena semua memandang Mia kemudian Clod dengan tatapan heran dan curiga.
Clod baru tersadar dan gugup.
"Itu hadiah," jawab Clod sambil meneguk wine untuk menutupi kegugupannya.
"Wah dengan siapa dia akan menikah?" Selidik wanita kurus yang sepertinya memiliki sifat ingin tahu dan mencampuri urusan orang lain.
Mia tersentak. Menikah? Clod memberi ini hanya sebagai hadiah. Bukan pinangan!
"Karena setahuku, keluarga Dionze tidak memiliki anak lelaki selain dirimu Clod," lanjut wanita berambut merah masih belum puas. Leina mulai gelisah dan tidak sabar menunggu jawaban Clod.
"Kurasa Clod memberi itu hanya murni sebagai hadiah, karena bagi manusia ucapan terima kasih umumnya dihargai dengan hal seperti itu," potong ratu sebelum Clod menjawab. Kalimat ratu terdengar membela posisi sulit Clod yang merupakan lelaki bertunangan, dan calon menantu kerajaan elf.
Wajah raja yang semula gusar tersenyum kembali.
"Wah, pasti jasanya sangat besar, sampai memberikan kalung blue diamond padamu Mia," seru wanita yang ternyata bernama Belriz itu, belum puas menyudutkan Clod.
"Apa maksudmu Belriz?" tanya Clod mulai terpancing emosi.
"Yah, menurutku manusia ini juga tidak tahu seberapa penting arti pemberian blue diamond. Bahkan, pasti dia juga tidak paham jika blue diamond dihasilkan dari curahan air mata keluarga Dionze yang hanya dikeluarkan jika kalian jatuh cinta," sindir Belriz tajam.
Seluruh yang hadir serentak menunjukkan wajah terkejut. Semua paham akan rasa benci Belriz pada Clod karena putranya gagal menikah dengan Leina. Tapi fakta yang diungkap Belriz adalah betul dan itu mengundang kecurigaan terhadap Clod.
"Pertama manusia ini namanya Miana Christanti. Kedua, singkirkan otak kotormu itu, bentuk cinta tidak selalu dalam kotak romantisme! Masih banyak bentuk cinta yang lain!" desis Clod geram. Matanya bersinar terang kebiruan. Belriz langsung menciut.
Mia berdiri mematung. Blue diamond dihasilkan dari air mata yang keluar saat jatuh cinta? Apa maksud semua ini? Bahkan ucapan Clod yang mengelak dari pertanyaan Belriz tidak mampu menghentikan debar aneh Mia yang kembali muncul.
"Sudahlah, Clod tidak mungkin rela menempuh bahaya jika tidak mencintai putriku," raja menengahi perdebatan.
"Betul kan Clod?" tanya raja sambil meneguk wine dari gelas emasnya. Clod tertunduk memandang piringnya.
"A-aku pergi dulu, permisi," pamit Mia buru-buru, tidak ingin terlibat dalam percakapan para bangsawan yang dia sendiri masih belum paham dan menebak-nebak.
"Tunggu, jangan pergi dulu Mia, aku ingin mendengar Clod menjawab pertanyaan raja di depanmu juga," seru Belriz yang mendapat kesempatan lagi menyudutkan Clod.
Mia mengepalkan tangannya. Lancang sekali Clod, berani memperdaya aku dengan pura-pura mengiyakan pengobatanku, padahal ada maksud dibalik ini semua! Dia tidak pernah jatuh cinta padaku. Dia hanya ingin terbebas dari Leina dan menggunakan aku sebagai kambing hitam, batin Mia geram.
"Cukup! Bisakah kalian menghentikan ini semua?" seru Leina dengan mata berkaca-kaca.
"Ya! Cukup! Aku tidak mau terlibat dengan apapun konflik kalian! Kedatanganku untuk berobat bukan merebut kekasih orang!" bukan Mia namanya jika tidak berani. Dia berbalik dan pergi tanpa menunggu.
Clod sontak bangun berusaha mengejar Mia.
"Monsmia*!" Teriak Clod panik.
(*Miaku : panggilan sayang yang berarti milik. Contoh : Monsleina, Monsclod)
Leina terpana.
"Kamu memanggil dia apa Clod?" tanya Leina gemetar.
Pria itu tidak menjawab namun berjalan terus. Leina memanggil Clod untuk terakhir kali. Pemuda itu menoleh,
"Maafkan aku ...," jawab Clod dan segera berlalu mengejar Mia.
Semua terpaku diam dan shocked. Tidak menyangka akan berakhir seperti ini. Leina bangkit dan setengah berlari menuju kamar diikuti para dayangnya.
Ratu menghela napas prihatin dan menyentuh tangan suaminya, sang raja, untuk bersabar.
"Lain kali, dengarkan ratumu, hati Clod bukan milik Leina," bisiknya pelan namun tajam berisi perintah. Raja terlihat penuh penyesalan dan menunduk, membenarkan ucapan bijak istrinya.
▪︎▪︎▪︎
Bersambung ...