Heart Dont Lie!
Mia bingung harus kemana. Dia mencari kereta yang tadi membawanya. Namun tidak ada satupun kereta yang terparkir di halaman istana. Hanya luas kosong. Beberapa penjaga yang tidak mengerti pertanyaan Mia, deskripsi yang dia lontarkan tidak membantu menemukan kereta kudanya.
Mia kesal setengah mati. Berharap ini dunia manusia yang bisa parkir di depan dengan mudah. Dari jauh Clod berlari mengejarnya.
Mia mengangkat gaunnya dan berjalan cepat. Clod semakin mendekat.
"Jangan ikuti aku, dan stop jelasin! Aku lagi jengkel banget!" teriak Mia sambil terus berjalan. Clod melangkah pelan tapi terus mengikuti Mia.
"Kamu mau kemana?" tanya Clod kesal bercampur geli melihat Mia kerepotan mengangkat gaunnya.
"Pulang!" jawabnya ketus.
"Tapi arah pulang kesana, dan kereta kita ada diluar bukan arah ke dapur seperti sekarang," seru Clod. Mia berhenti dan berkacak pinggang.
"Tega kamu Clod!" desis Mia geram dan berbalik ke arah berlawanan.
"Kalo kamu dengar semua perkataan Belriz, berarti sama bodohnya kamu seperti mereka!" Clod membela diri.
"Ya, Belriz mungkin konyol, tapi fakta bahwa kamu memanfaatkan aku untuk lepas dari Leina? Astaga! Jantan sedikitlah! Putuskan tunanganmu tanpa harus mencari kambing hitam!" teriak Mia emosinya makin memuncak.
Clod terdiam. Mia betul. Dia pengecut dan menyimpan semua gundahnya selama ini. Bahkan ketika Arlow, sahabatnya, meminta untuk menolak pertunangan sebelum terlambat tidak bisa dia sanggupi.
"Bukan seperti itu, Mia," tukas Clod. Mia berpaling dan menatap Clod dengan tatapan memicing.
"Jelaskan! Kamu sengaja membawaku di perjamuan makan malam konyol ini, hanya sebagai umpan manis! Bahkan kalung konyol ini juga menyempurnakan tanpa aku sadari!"
Mia betul-betul tidak memahami bahwa tuduhan Belriz setengahnya adalah benar. Biarpun dia berusaha mengelak. Clod memang jatuh cinta pada pandangan pertama!
Tawanya meledak. Rasa geli bercampur haru karena Mia masih belum tahu cerita sesungguhnya, menguasai otak Clod.
"Tertawalah sepuasmu! Karena aku yang merasa bersalah sekarang pada Leina! Astaga gaun ini!" Mia mengangkat gaunnya yang tersangkut di sepatu. Tubuhnya limbung dan terhuyung ke belakang.
Clod menyanggahnya dengan sigap. Mia terpana. Harum aroma tubuh pria ini menghipnotis Mia sesaat. Dengan pelan Clod membantu tegak kembali.
"Makasih! Lain kali jangan paksa aku pake gaun konyol ini!" dengus Mia kembali ketus dan mendahului Clod menuju kereta.
"Memangnya kamu mau pake baju apa?" tanya Clod sambil membuntuti.
"Jeanslah!" sambar Mia sambil membuka pintu kereta.
"Jelek!" cibir Clod
"Biarin!" teriak Mia.
"Kayak perempuan banci kamu!" ejek Clod.
"Tomboi sebutannya! Banci itu kamu! Cowok rambutnya panjang, bibir merah!" Balas Mia tidak mau kalah.
Clod membuka mulut ingin membalas tapi kehabisan kata. Dia membuang muka menatap jalan.
Kuda berlari membawa kereta berjalan pelan. Keduanya saling menghindari bertatap muka. Malam semakin larut, dan udara berhembus semilir. Tanpa mereka berdua sadari, sepanjang jalan yang mereka lewati, bunga berwarna merah muda tumbuh di pinggir. Di negeri elf, itu adalah lambang, bahwa ada cinta yang sedang tumbuh di hati keduanya.
▪︎▪︎▪︎
Suara burung malam berkicau di depan jendela kamar. Mia berjingkat mengintip keluar. Clod duduk di taman samping.
Entah sudah berapa lama dia duduk di situ. Mia menghampiri Clod dengan hati-hati.
"Clod," panggil Mia ragu. Clod menoleh dan menatap gadis yang berdiri dengan sikap gelisah. Hatinya berdebar, menduga berbagai kemungkinan yang akan diucapkan Mia.
"Kenapa?" tanya Clod datar berusaha menutupi gejolak hati.
"Aku laper ...," keluh Mia sambil memegang perut. Suasana hati Clod yang siap beromantis ria langsung menguap. Mukanya berubah kesal.
"Makanya, jangan lari di tengah perjamuan! Kamu pikir hanya kamu saja yang lapar," sungut Clod geram.
Mia menunduk. Clod berdiri dan berjalan melewati Mia tanpa sepatah kata. Dengan lesu, gadis itu menghampiri tempat di mana Clod duduk dan menunggu hingga dia kembali.
"Makan yang ada, jangan protes!" seru Clod kembali datang dengan potongan buah dan biskuit.
Mia mencomot satu persatu dengan lahap.
Clod menggelengkan kepalanya dan ikut menyantap dengan anggun.
"Clod, apa sih yang bikin kamu nerima pertunangan dengan Leina? Sekarang seenaknya mau ninggalin dia.
Kamu jahat banget!" rungut Mia menyalahkan Clod.
Pertanyaan Mia tidak langsung dijawab. Hanya raut muka mendung yang menghiasi wajah Clod. Kunyahannya berhenti. Dia meneguk wine hingga habis.
"Perjodohan kami untuk menguatkan posisi raja elf di barat. Aku tidak menyangka kemenanganku akan berhadiah pertunangan yang tidak pernah aku harapkan. Leina dan aku bersahabat dari kecil. Kasih sayangku tidak lebih dari seorang kakak kepada adiknya. Menolaknya akan menghancurkan hatinya saat itu," Clod menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Mia meletakkan kembali potongan pir di piring. Nafsu makannya hilang. Membayangkan Clod dalam posisi sulit.
"Apa yang akan kamu putuskan sekarang?" tanya Mia hati-hati.
"Dia sudah tau, dan keputusanku bulat. Kebohongan ini harus dihentikan," jawab Clod mantap.
Mia menguap.
"Masalah kalian rumit, orang dewasa tidak ada habisnya membahas selubung dan taktik. Aku berharap nanti kalo udah saatnya pacaran, aku yang nembak duluan! Gak perlu basa basi," janji Mia sungguh-sungguh. Clod tercekat.
"Kamu akan menembak lelaki yang kamu cintai? Barbar sekali kamu Mia!" pekik Clod mendelik. Mia tergelak.
"Nembak itu artinya aku yang bilang cinta duluan!" Mia kembali tertawa sampai mengusap airmatanya yang keluar karena kelucuan Clod yang gagal paham bahasa slank-nya.
"Bahasa yang aneh!" cemooh Clod kesal dan malu. Mia menyentil hidung Clod gemas.
"Kamu yang aneh. Kurasa kamu pria dari planet lain!" balas Mia.
Clod tersenyum. Bersama Mia terasa menyenangkan dan dia merasa kembali bersemangat. Sejak kecil raja membesarkan dirinya yang sudah yatim piatu. Keluarganya yang merupakan pahlawan utama maju bertempur. Termasuk ibu dan para perempuan keluarga Dionze yang terkenal dengan pasukan wanita mautnya. Semua itu tinggal kenangan. Black Drow (Elf hitam) membunuh mereka semua dalam serangan licik.
"Rambut putihku sudah hilang, besok kita pulang yuk?" ajak Mia. Clod memeriksa rambut panjang Mia dengan seksama. Dan betul, pengobatan tidak lagi diperlukan. Mia sudah pulih.
"Besok pagi kita kembali ke duniamu," jawab Clod. Mia memekik kegirangan dan langsung memeluk Clod di sampingnya.
Tubuh Clod mendadak kaku, tidak menyangka akan dipeluk secara spontan. Dadanya bergemuruh. Dorongan hatinya mengarahkan dengan perlahan, tangannya untuk melingkar dipinggang Mia.
Sesaat keduanya berpelukan. Entah kenapa Mia tidak melepas pelukan segera dan Clod juga terhanyut oleh perasaan yang sudah tumbuh sejak awal mereka bertemu.
Mia menarik tubuhnya dengan gugup begitu menyadari hangatnya tubuh Clod membuat hatinya berdebar. Dia menengadah dan memandang wajah Clod yang duduk disampingnya. Keduanya bertatapan dengan raut bingung. Mencoba mengartikan perasaan masing-masing.
Tangan Mia menyentuh pipi Clod, dan memandang pria yang hadir dalam hidupnya secara ajaib.
"Clod ...," panggil Mia pelan. Hasrat Clod ingin sekali merengkuh dan menyatakan perasaannya dengan gamblang. Tapi ucapan Bima terus terngiang di telinganya.
Clod memegang dagu Mia, bibir mungil itu sangat menggoda sekali untuk dilumat. Dengan gerakan perlahan dia mengarahkan bibirnya ke wajah Mia yang menatap dengan mata pasrah. Napas Clod memburu, bibirnya semakin dekat, namun raut wajah polos di depannya membuat Clod berfikir lain.
Mungkin cinta tulus yang akhirnya membuat Clod memutuskan untuk mencium kening Mia, manusia yang terlanjur mencuri hatinya. Gadis itu tersenyum, Clod kembali memeluknya dengan erat.
"Cepatlah besar ...," bisik Clod dengan mesra.
Mia menyusupkan kepalanya ke dalam pelukan Clod dengan perasaan bercampur aduk. Tangannya memeluk erat pinggang kekar Clod. Keduanya menghabiskan beberapa waktu hanya dengan berpelukan tanpa sepatah kata terucap.
▪︎▪︎▪︎
Bersambung