Will You?
Bima membalikkan panggangan ayam kembali. Widya berteriak memanggil Tika dan Kino di atas. Suasana sore itu sangat pas untuk berkumpul.
Nunik membawa semangkuk saus bumbu dan sepiring kue yang langsung disambar oleh semua. Tawa ceria menghiasi tempat itu.
Taman belakang tampak lebih nyaman.
Sebuah gazebo dibangun Bima untuk tempat berkumpul sambil menikmati pemandangan lereng bukit.
"Ma, liat itu!"
Kino berteriak dan menunjuk pusaran angin dengan asap putih muncul di tengah taman. Bima segera melemparkan panggangan ayamnya dan berlari tergopoh-gopoh.
Mia juga Clod muncul dengan wajah penuh senyum. Tanpa menunggu, Bima memeluk buah hati satu-satunya. Air mata tidak berhenti mengalir dan Bima mencium seluruh wajah Mia bertubi-tubi.
"Papa ...," peluk Mia rindu. Bagi Bima, Mia tetaplah gadis kecilnya yang selalu menangis minta digendong. Bayangannya kembali ke masa lalu saat Mia dengan gigi ompongnya berteriak minta dicarikan pangeran tampan, atau saat belajar jalan hingga terjatuh beberapa kali. Sejak usia tiga bulan, Bima membesarkan Mia seorang diri, tanpa pendamping. Melihat anak gadisnya sudah besar, menumbuhkan perasaan haru yang sulit dijelaskan.
"Halo Clod, sehat mas bro?" sapa Gatot sambil ingin memeluk Clod yang memilih mengambil tangannya untuk bersalaman. Belum berubah, masih kaku!
Kino langsung menuntut Clod untuk membuat pesawat dari sihirnya.
Widya dan Nunik memeluk Mia bergantian.
"Astaga Kino! Kamu udah gede banget, kok cepet tinggi sih," seru Mia heran.
"Kamu tau nggak pergi berapa lama?" tanya Tika masih kesal. Mia nyengir dan menyeret Tika untuk duduk disampingnya.
"Baru seminggu ditinggal, biasa ajalah, nanti diajak deh," janji Mia membujuk Tika. Sahabatnya melotot protes.
"Mia, kamu pergi sudah hampir dua tahun," sahut Widya lembut. Mia tercekat. Dia mencoba mencari wajah menahan ketawa dan berharap ini hanya guyonan mereka yang ingin menyambut kedatangan dirinya.
"Pa ..," panggil Mia. Bima mengangguk.
"Satu tahun sepuluh bulan kamu pergi," jawab Bima.
"Astaga, ini berarti?" Mia melirik Tika yang baru disadari terlihat dewasa.
"Kamu bolos sekolah selama dua tahun, dan tiga bulan lagi mesti masuk kuliah," jawab Tika dengan tegas.
Mia duduk lunglai. Usianya sudah sembilan belas tahun! Pantas saja Clod terilhat masih muda, biarpun berusia 900 tahun. Rupanya negeri itu berbeda perhitungan waktunya dengan dunia manusia.
"Mia sudah kembali dengan sehat, saya pamit. Terima kasih atas semuanya," seru Clod bersiap pergi.
"Eh, makan dulu. Orang jawa bilang saru kalo nolak rejeki," Nunik menahan Clod dan mendorong tubuhnya untuk bergabung makan malam.
"Ayolah," ajak Bima hangat.
"Ntar kamu aku ajarin catur mas bro," janji Gatot sambil menyodorkan piring.
Clod menerima dengan kikuk. Dia melirik Mia yang langsung ngobrol asyik dengan Tika.
Makan malam berlangsung hangat, kegembiraan mereka tidak bisa dibayangkan. Bima menikmati tugasnya membakar sate. Widya tersenyum malu-malu sambil membantu memindahkan sate yang sudah masak.
Lelaki berusia 40 tahun itu ingin menyampaikan niat hatinya kepada Widya, tapi keraguan akan penolakan terus menjadi kendala. Apalagi Widya wanita sibuk yang mungkin sulit untuk punya waktu.
"Akan aku bantu kamu Bim, jika kamu mengijinkan aku menyampaikan sesuatu," bisik Clod tiba-tiba di samping Bima.
"Maksud kamu apa," kelit Bima.
"Widya, apalagi," sambar Gatot ikut bergabung. Bima mati kutu.
"Jangan aneh-aneh syaratnya!" bisik Bima setengah mengancam. Clod memandang Mia dari kejauhan. Bima mulai paham. Tapi hatinya ingin meyakinkan.
"Seberapa serius kamu," tanya Bima seperti menginterogasi.
"Aku ingin selamanya," jawab Clod kikuk.
"Darimana kamu tau, anak saya mau nerima kamu? Umurmu kan 900 tahun, kasian Mia kalo kamu bentar lagi mati!" tegas Bima.
Clod memutar bola mata gemas.
"900 tahun umur saya, jika dihitung secara usia manusia, itu baru pertengahan 20-an. 25 tahun tepatnya!" Clod membela diri.
"Ok. Kalo Mia nolak kamu, jangan ada serangan mendadak ke negara kami ya!" pinta Bima tanpa mengendurkan tuntutannya. Clod menghela napas panjang. Ayah dan anak ternyata sama persis!
"Tadi malam kami sudah ...,"
"Kamu sudah apakan anakku!" teriak Bima kalap dan menyambar kipas yang terarah ke leher Clod.
"Tenang Bim, jangan emosi," ucap Gatot mencoba meredakan.
"Papa! Ada apa sih?" seru Mia mendekat.
"Ada apa? Kamu yang harusnya menjelaskan ada apa antara kamu sama Clod!" jawab Bima galak.
Mia terdiam dia memandang Clod yang terus menatapnya dengan mesra dari seberang tungku batu.
"Pa, inget dulu aku pernah bilang sesuatu waktu gigiku tanggal pertama kali?" tanya Mia.
"Ya, ingat, kenapa? Jangan mencoba melemahkan hati papa Mia! Kamu sudah berbuat macam-macam sama Clod!" jawab Bima masih emosi.
"Sabar Bim, dengerin dulu," kata Nunik. Widya menahan kebingungannya dari tadi.
"Percaya Pa, aku nggak macem-macem. Tapi aku pikir, ini saatnya minta ijin untuk menjadi dewasa. Dia Blue Valentineku," mata Mia menatap papanya dengan penuh hormat.
"Yang ada dalam mimpimu dari dulu?" tanya Bima mulai ragu. Mia mengangguk mantap.
"Kamu jangan bohong!" tegas Bima lagi.
"Serius Pa," jawab Mia.
Clod menunduk dan tersenyum samar. Dia mengangkat wajahnya kembali.
Bima menurunkan senjata kipasnya dari leher Clod dan tersedu. Pikirannya terlalu jauh. Tapi, Mia, putrinya memang sudah dewasa!
"Baiklah, papa ngerti," sahutnya lesu.
Clod melesat mendekati Widya dan membisikkan sesuatu. Mata Widya terbeliak dan menutup mulutnya dengan jengah.
Kembali Clod memberi isyarat Widya untuk segera berbicara.
"Ya, ja-jawabanku iya mas Bi-bima," cetus Widya gugup. Nunik memekik kegirangan. Bima bengong saat Gatot mendorong Bima mendekati Widya.
"Boss! Nikahnya di Australia aja, sekalian jalan-jalan!" sindir Gatot sambil memprovokasi.
Clod mendekati Mia dan meraih tangannya, sementara yang lain sedang sibuk merancang pernikahan Bima dan Widya.
"Monsmia," panggil Clod lirih.
"Hmm," jawab Mia masih konsentrasi memandang ayahnya yang tersenyum bahagia.
"Kamu kapan nembak aku?" tanya Clod penuh harap. Mia tersedak oleh geli atas pertanyaan Clod.
"Kamu bisa terbang?" tanya Mia.
"Bisa, kenapa?" tanya Clod heran.
Mia mendekati Tika.
"Aku janji akan kuliah sama kamu, tapi kali ini, ijinin aku untuk ngejar mimpiku dulu," bisiknya. Tika tersenyum mendukungnya.
"Bawa aku keatas," pinta Mia setelah kembali.
Clod menyimpan kebingungan dan merengkuh tubuh Mia lalu melesat ke atas.
Keduanya mengambang dibawah awan terendah. Bulan membulat sempurna. Mia merapatkan tubuhnya dan melihat kebawah.
"Clod, maukah kamu menjadi pacarku?" tanya Mia sambil kembali menatap Clod yang memandang Mia dengan tatapan terpukau. Tidak menyangka begini rasanya menerima pernyataan cinta dari seorang gadis dari kaum manusia.
"Maaf Monsmia, aku tidak bisa," jawab Clod sendu. Mia terkejut. Wajahnya terlihat terluka.
"Aku mau langsung ingin jadi tunanganmu ...," ucap Clod tegas dan yakin.
Mia tersenyum lega dan tertawa. Clod meraih dagu Mia, kali ini tanpa ragu menyentuh bibir gadis pujaannya dan menciumnya dengan lembut. Mia pasrah dan menikmati hangatnya cinta dari mimpi hidupnya.
Teriakan Bima dari bawah menyadarkan keduanya.
"Bersiaplah, papa bakal mencincangmu," seru Mia geli.
"Tidak lagi, malam ini aku sudah ada perjanjian khusus dengan ayahmu!" seru Clod membawa Mia turun.
Sungguh rumit, apa terjadi dalam hidup. Jika kita mau membuka diri sedikit, bersedia melihat sudut pandang berbeda, ada banyak keajaiban disekeliling kita.
Ciptakan petualanganmu sendiri!
Jangan membatasi usia untuk bermimpi yaaa ...
Make your life more interesting!
Terima sudah berkenan mampir.