Chereads / Hayati / Chapter 10 - Berbohong

Chapter 10 - Berbohong

"Seorang anak, harus berbakti kepada kedua orang tuanya. Apapun yang diperintahkan selama itu kebaikan, kalian wajib menaatinya. Agar kalian menjadi anak yang berbakti dan kelak mendapatkan surga." Guru Salwa menerangkan setiap detail pelajaran yang sangat berarti. Hayati yang sedari tadi menyimak menjadi terharu, dia ingat kepada kedua orang tuanya yang susah payah merawatnya dari dia kecil. Dia juga membenarkan bahwa kasih sayang keduanya begitu besar, dan dia sudah merasakannya sendiri.

'Memang seharusnya aku menerima perjodohan itu, mungkin dengan hal itu membuat orang tuaku bahagia.' gumam Hayati.

Beberapa menit kemudian, bel berbunyi. Pertanda pergantian jam, namun guru Matematika saat ini tidak bisa hadir. Hanya ada tugas yang diberikan, tugas secara berkelompok. Hayati sekelompok dengan Reva, Sofia dan Marwah. Sedangkan untuk Akbar, sekelompok dengan teman-teman yang lain. Ditengah pengerjaan tugas, Reva memulai pembicaraannya.

"Hayati, perihal vidio kemarin. Sebenarnya ada hubungan apa antara kamu dan Akbar?" tanya Reva.

Hayati kebingungan, memikirkan jawaban yang pas untuk Reva. Dia tidak ingin bertengkar dengan Reva lagi, Hayati sudah merasa capek menutupi perjodohan. Tapi tidak mungkin juga, dia membeberkannya.

"Oh masalah itu, aku kebetulan bertemu dengan Akbar di jalan. Jadi aku nebeng, dengan syarat harus turun sebelum sampai ke sekolah," jawab Hayati.

"Huffth... Syukur deh... Kalau tidak ada apa-apa antara kamu dan Akbar," kata Reva sembari bernafas panjang.

"Kalian lagi bahas apaan sih?" tanya Marwah penasaran.

"Bukan apa-apa kok," jawab Reva.

Mereka melanjutkan menyelesaikan tugas mereka, meskipun ada beberapa soal yang tak bisa di kerjakan. Mereka tetap saja menyelesaikan dengan tepat waktu, hingga bel kembali berbunyi. Bel kali ini adalah pertanda istirahat. Semua siswa-siswi pun mengumpulkan tugas kelompok, dan semuanya kembali berhamburan ke kantin.

"Ayok kita ke kantin," ajak Marwah.

"Ayok..." Jawab Sofia.

Seperti biasanya, mereka memang sering bersama. Bahkan ketika jajan di kantin, persahabatan mereka semakin akrab dan dekat. Masih banyak gosip tentang Hayati dan Akbar kemarin. Vidio itu masih hangat di perbincangkan, bahkan bulian masih datang kepada Hayati. Namun, Hayati sudah tidak menghiraukannya lagi. Dia yang cuek dengan semuanya, tidak ada gunanya juga melawan. Mereka akan tetap terus mencari titik kesalahan Hayati.

"Hayati..." Panggil Akbar, ketika dia bertemu Hayati di kantin.

"Iya," jawab Hayati.

"Aku perlu bicara sebentar sama kamu," kata Akbar.

"Tidak bisa bicara di sini saja?" tanya Hayati.

"Bisa berdua saja?" Pinta Akbar.

Hayati menoleh ke arah sahabatnya, Marwah dan Sofia mengangguk. Pertanda bahwa mereka berdua setuju.

"Baiklah..."

Hayati dan Akbar berjalan berdampingan, menuju tempat yang lumayan jauh dari kantin.

"Mau bicara apa?" tanya Hayati.

"Aku mohon..!!! tetap rahasiakan tentang perjodohan kita, kamu tau sendiri kan? Anak-anak sekarang semakin membicarakan kita," Pinta Akbar.

"Tenang saja, aku juga tidak mau perihal perjodohan kita itu terungkap." Hayati menjawab dengan wajah iba.

"Terimakasih ya, selain karena aku masih ingin dekat dengan Reva. Aku juga tidak ingin fansku kecewa, jika mereka tahu kalau aku menerima perjodohan itu begitu saja." ucap Akbar.

"Kenapa kamu begitu tidak ingin mereka tahu? Apa memang aku tidak sepantas itu untuk mu?" tanya Hayati.

"Bukan karena kamu tidak pantas, tapi karena umur kita masih belum waktunya untuk membahas masalah jodoh. Aku masih ingin mengejar cita-cita ku, setidaknya jika aku memang mau menikah nanti, aku ingin menikah dengan wanita pilihanku sendiri." Akbar menjelaskan semuanya agar Hayati bisa mengerti.

Setelah obrolan itu selesai, Hayati kembali ke kantin dan menemui sahabatnya.

"Lagi bahas apa tadi?" tanya Marwah.

"Cuma bahas masalah gosip yang beredar," jawab Hayati.

"Memang ada apa sebenarnya antara kamu dan Akbar?" tanya Sofia.

"Tidak ada apa-apa sih, Akbar berpesan agar aku tidak menghiraukan gosip."

"Sudah, itu saja?" tanya Sofia.

"Iya, itu saja. Memang ada lagi yang mesti di bahas?"

"Ya, kali saja dia tanya-tanya tentang aku gitu." kata Sofia senyum-senyum.

"Hahahaa... Aku heran deh sama kalian berdua, apa coba istimewanya Akbar. Kalian sebegitu ngefansnya ke dia."

"Selain Akbar ganteng, dia kan anak orang kaya. Dia juga populer, buktinya bukan aku dan Marwah saja yang ngefans sama dia. Teman-teman sekelas juga, bahkan satu sekolah. Iya kan, Marwah?" jawab Sofia sembari memandangi wajah Akbar yang juga berada di kantin.

"Iya, bener. Kamu saja yang gak ngefans dan aneh." jawab Marwah sembari melihat ke arah Akbar juga.

"Menurut ku biasa saja," kata Hayati.

Mereka bertiga pun melanjutkan memakan makanan yang dipesan, sembari membahas Akbar.

Setelah keseruan mereka, akhirnya bel kembali berbunyi. Pertanda masuk kelas. Dalam perjalanan menuju kelas, Hayati masih bingung memikirkan kelebihan apa yang dimiliki oleh Akbar, sehingga begitu banyak siswi yang menyukainya. Di lain sisi, Hayati sangat ingin membatalkan perjodohan itu.

"Hayati, kenapa kamu melamun?" tanya Sofia saat dia melihat Hayati melamun saat jam pelajaran berlangsung.

"Tidak apa-apa, Sofia. Aku hanya merasa tidak enak badan hari ini, kapan waktunya pulang ya, Sofia?"

Sofia melihat ke jam tangan sebelah kanan tangannya.

"Masih kurang beberapa jam lagi, Hayati. Kalau memang kamu ingin pulang duluan, biar aku izinkan ke guru." Kata Sofia dengan raut wajah kasihan.

"Memang tidak apa-apa?" tanya Hayati.

"Iya tidak apa-apa, lagian badan kamu juga sudah mulai hangat." Sofia sembari memeriksa badan Hayati.

"Baiklah kalau begitu." Hayati mengiyakan.

Perlahan Sofia ke depan kelas.

"Maaf, Bu. Saya dan Hayati izin pulang terlebih dahulu. setelah Hayati sampai rumah, saya akan kembali ke sekolah. Hayati demam, Bu. Badannya mulai hangat dan kepalanya juga pusing," kata Sofia.

"Iya, Sudah. Kamu dan Hayati hati-hati."

Akhirnya Sofia membantu membereskan tas dan alat tulis Hayati yang berserakan di atas mejanya.

"Kalau begitu, kita permisi, Bu," kata Sofia.

"Iya, Hati-hati di jalan."

"Baik, Bu. Assalamu'alaikum," kata Hayati dan Sofia.

"Waalaikumsalam." jawab seluruh siswa-siswi di kelas.

Hayati berjalan di koridor-koridor kelas dengan keadaan lemas. Sofia yang berada di sebelahnya membantu menopang Hayati hingga di depan gerbang sekolah.

"Kamu tunggu di sini dulu, ya. Aku akan mencari taksi terlebih dahulu," kata Sofia.

"Iya," jawab Hayati.

Hayati duduk di samping pagar sekolah, sembari melihat sahabatnya lalu lalang mencari taksi yang butuh penumpang. Beberapa menit kemudian, akhirnya taksi itupun berhenti. Mereka berdua pun masuk ke dalam taksi dan Hayati menyandarkan kepalanya ke bahu Sofia.

"Kamu kenapa? Apa yang menjadi beban di pikiranmu sehingga kamu bisa demam seperti ini?" tanya Sofia.

"Tidak ada," jawab Hayati.

"Apa ini ada hubungannya dengan Akbar?" tanya Sofia lagi.

"Bukan," jawab Hayati.

"Tidak mungkin juga jika aku memberitahu Sofia tentang perjodohan itu, biarlah aku simpan sendiri dulu, hingga waktu yang tepat tiba," gumam Hayati.

"Jika memang ada masalah, kamu cerita sama aku. Meski aku tidak bisa membantu, setidaknya kamu bisa lega," kata Sofia.

"Iya. Terimakasih, Sofia,"

"Kalau begitu, kamu istirahat dulu. Nanti kalau sudah sampai, aku bangunin,"

"Iya," jawab Hayati.

Semenjak itu, Hayati mulai memejamkan matanya dan tertidur pulas.