"Seru, ya! Liburannya." kata Sofia.
"Iya, seru."
"Oh ya! Mama mu kemana? Kok tidak kelihatan daritadi," tanya Marwah.
"Mama ada di kamar, capek." jawab Hayati. Dalam hatinya dia bergumam. 'Jangan sampai Mama keluar, bisa bisa berabe ini urusan. Kalian juga, kapan sih! Kalian pulsng?' Hayati mulai greget dengan sahabat-sahabatnya. Sebab mereka tidak juga pamit pulang, akhirnya Hayati punya inisiatif untuk memancing mereka agar mereka pulang.
"Kalian tidak ada acara?" tanya Hayati.
"Kebetulan kali ini kita free," jawab Sofia.
"Memang sengaja mau ke sini sih! Kalau bisa sampai nanti sore, kita makan di sini dan tidur di sini," imbuh Marwah.
"Apa!? Sampai sore!?" ujar Hayati dengan raut wajahnya yang kaget, dia tidak mampu menutupi kekagetannya kepada sahabat-sahabatnya.
"Iya, hahaha. Tidak kok, kami cuma bercanda. Gak usah spaneng gitu lah!" kata Sofia.
"Iya, seperti ada yang kau sembunyikan saja dari kita," imbuh Marwah.
"Bukan begitu sih! Aku senang kalian ke rumah," kata Hayati.
"Ya sudah kalau gitu, kita sampai sore." kata Sofia.
Akhirnya mereka sepakat di rumah Hayati hingga sore hari, keputusan mereka membuat Hayati gelisah.
'Bukan pulang dari awal, justru mereka malah lebih lama di sini.' gumam Hayati dengan raut wajahnya yang lesu.
"Gubrakkk.." Suara barang jatuh dari arah toilet.
"Bunyi apa itu? Sepertinya dari arah kamar mandi?" tanya Sofia berdiri. Sofia sudah siap-siap untuk menelusuri, namun Hayati menyuruh Sofia duduk kembali.
"Bukan apa-apa, paling juga kucing. Kamu duduk saja, biar aku yang melihat ke sana," ucap Hayati.
'Lagian Akbar juga, ngapain sih! Di toilet, hingga dia menjatuhkan barang.' pikir Hayati.
Hayati berjalan menuju ke toilet, sesampai di toilet Hayati berbicara sama Akbar.
"Gawat.. Mereka di sini sampai sore nanti, kalau bisa kamu pulang lewat pintu belakang."
Akibat bunyi kegaduhan tadi, Hana keluar dari kamarnya dan ke toilet juga.
"Ada apa? Kok rame, Akbar tidak apa-apa kan?" tanya Hana dengan suara nyaring.
"Ssst.. Ma. Jangan keras-keras, di luar ada Sofia dan Marwah." kata Hayati sembari menaruu telunjuknya tepat di bibirnya.
"Oh! Di luar ada sahabat-sahabatmu, kalau gitu Mama ke ruang tamu."
Hana berjalan ke ruang tamu, Hayati semakin panik. Dia takut mamanya akan bicara tentang Akbar dan dirinya.
"Duh! Gawat.. Mama lagi, nambah masalah saja. Kamu untuk sementara di kamar mandi dululah, nanti kalau sudah agak tenang, baru kamu pulang." ucap Hayati.
"Oke!" jawab Akbar singkat. Hayati segera berlari ke ruang tamu, dia menemui Marwah dan Sofia.
"Hallo! Tante! Sudah istirahatnya?" tanya Marwah.
"Hallo juga anak-anak baik, kalian duduk santai saja di sini bareng Hayati dan Ak.."
"Aku.." Tiba-tiba Hayati langsung mengalihkan pembicaraan. Hayati kemudian berbisik kepada Mamanya, agar segera ke belakang. Soalnya Akbar mau pamit pulang, tanpa berbicara lagi, Mamanya langsung berjalan ke toilet. Hayati kembali bernafas lega, dia kembali berbincang-bincang dengan teman-temannya. Hayati tidak tahu apakah Akbar sudah pulang atau belum sekarang yang jelas Hayati berharap Akbar tidak ketahuan.
"Kruk.. Kruk.." suara perut Sofia.
"Hayati, aku lapar. Boleh kita makan!?"
"Iya aku juga mau makan," Imbuh Marwah sembari memegang perutnya yang keroncongan.
"Tentu saja, Boleh."
Hayati mengajak mereka berdua ke dapur untuk mengambil nasi dan lauk, meski sedikit ragu. Hayati tetap melanjutkan langkahnya dan ternyata Akbar sudah tidak ada di toilet.
"Aku mau makan di ruang tamu saja!" ucap Marwah saat dia sudah mengambil nasi dan lauk. Dengan diikuti Sofia, mereka akhirnya makan di ruang tamu.
"Brem.. Brem.." Bunyi sepeda motor.
"Siapa itu, Hayati?"
Sofia yang penasaran, langsung bangkit dari tempat duduknya dan melihat dari jendela.
"Sepertinya aku kenal!" ujar Sofia.
"Paling juga anaknya tetangga," jawab Hayati. Padahal Hayati tahu, bahwa itu adalah bunyi sepeda motor Akbar, namun dia memilih untuk menyembunyikan semuanya. Dengan lahap, Marwah dan Sofia menyantap makanannya.
"Pelan-pelan lah makannya! Seperti tidak pernah makan saja!?" Ledek Hayati.
"Iya, kita memang sengaja tidak makan tadi pagi. Memang sudah niat mau makan di sini! Haha.." jawab Sofia sembari mengunyah nasi.
"Wah... Bayar kalian! Satu porsinya sepuluh ribu." ujar Hayati.
"Gak enak!" kata Marwah menaruh piringnya di atas meja, dia yang berpura-pura karena berbayar.
"Aku cuma bercanda," ucap Hayati.
"Haha.."
Mereka akhirnya tertawa bersama. Tingkah mereka semakin konyol saja, begitu juga dengan Hayati, sebab dipikirannya sudah tak lagi memikirkan Akbar.
Suapan demi suapan nasi sudah mereka habiskan, tidak ada butirpun yang tersisa. Mereka kembali ke dapur dan mencuci piring mereka, dan mereka lanjut ke kamar Hayati untuk rebahan.
"Kalau liburan seperti ini terus, ternyata tidak enak juga ya?"
Hayati memulai pembicaraan sembari rebahan di atas kasur.
"Menurutku justru enak! Kita banyak santainya, gak usah bingung mikirin tugas," ucap Sofia.
"Iya, aku setuju dengan Sofia," timpal Marwah.
"Ye.. Kalian memang pemalas!" timpal Hayati.
Sedangkan sahabatnya tertawa, dan akhirnya mereka terlelap dalam tidur mereka.
***
Hari sudah semakin sore, Marwah dan Sofia pamit untuk pulang. Mereka berdua sudah rapi dan sudah mandi.
"Sering-sering saja seperti ini!" ucap Hayati.
"Siap, kalau untuk makan gratis, tidur gratis dan mandi gratis. Kita tidak akan menolak," ucap Sofia.
"Ye.. Kalian ada-ada saja!"
Mereka berlalu pergi, kini Hayati kembali sendiri di rumah. Dia memainkan handphonenya, ternyata sudah banyak pesan masuk yang tidak sempat dia buka. Hayati membaca pesan satu persatu dan membalasnya, dengan posisi rebahan. Dia lagi lagi teringat akan Akbar dan kejadian lucu hari ini.
'Akbar ternyata lucu juga, kalau gak lagi nyebelin,' pikir Hayati.
Hayati bernostalgia dengan semua yang telah mereka lalui, dia senang. Akhirnya dia dan Akbar kembali rukun, dia juga teringat akan album foto masa kecilnya dahulu saat bersama Akbar. Dia kembali membuka lembaran-lembaran foto itu kembali, dan pikirannya mengajak dia untuk menjelajahi masa indah kecilnya dulu.
Hayati masih ingat betul, saat dirinya jatuh dari ayunan dan semua teman-teman TK nya meledek dia. Akbar lah yang menjadi pahlawan untuknya, Akbar adalah laki-laki yang mau melindungi Hayati. Namun, semua itu hanya masa lalu. Saat mereka menginjak bangku SMA, mereka justru tidak akur, karena orang tua mereka memaksa mereka dijodohkan. Padahal masa-masa itu adalah masa-masa dimana seorang anak sudah bisa memilih dan tidak bisa dikekang.
"Andai Akbar bisa seperti dulu ketika masih kecil, mungkin hubungan kita akan baik-baik saja sekarang. Namun, apa boleh buat. Sikap dan sifatnya sudah berubah dan tidak lagi sama, mungkin suatu saat nanti dia akan kembali." gumam hati Hayati.
Hayati meraih kembali handphonenya, dia mengambil gambar foto yang sedang dipegangnya. Dia berniat untuk mengirim gambar itu kepada Akbar, foto imut masa kecil mereka berdua. Inilah salah satu cara Hayati agar Akbar mau bersikap biasa lagi kepada Hayati, tanpa berselisih dengannya. Akankah usaha Hayati akan berguna dan tidak sia-sia?