Mata dan wajah Hayati bengkak karena menangis semalaman, dia juga tidak mau makan. Dia juga tidak berbicara dengan orang tuanya, pikirannya kalut hari ini. Bahkan handphonenya sengaja dibisukan, dia hanya mengunci dirinya di dalam kamar. Meskipun mama dan papanya sudah berusaha membujuknya, dia tetap saja tidak mau keluar. Rasa sedih yang dia rasakan mampu membuat moodnya berantakan.
"Tok... Tok...." Bunyi ketok pintu.
"Hayati! Ayo, makan!" Ajak mamanya.
"Iya, Hayati. Kamu harus makan! Agar kamu tidak sakit," imbuh papanya.
"Nanti Mama bantu deh! Kamu harus cerita dulu, masalah mu itu apa!?" tanya mamanya.
Namun suara itu diabaikan oleh Hayati, dia hanya menatap langit-langit kamar sembari berandai-andai. Rasa menyesal yang dia rasakan begitu dalam, rasa lapar yang dirasakan juga sudah hilang bersamaan dengan rasa menyesal yang berada dalam hatinya.