Bab 7 Hari yang Aneh
Sudah seminggu setelah kejadian malam itu Aya mulai melakukan rutinitas seperti biasa. Dirinya masih tetap bekerja dan datang kekampus seperti biasa untuk menyelesaikan tugas akhirnya.
Seperti biasa Aya dengan ramah melempar senyuman riangnya kepada setiap mereka yang ia temui. Ya Aya memang pandai sekali menutupi perasaan hatinya.
Saat ini Aya merasa ada yang berbeda dengan perasaan dalam hatinya. Aya merasa ada sesuatu yang sangat ia rindukan yang kadang membuatnya ingin menangis dan terkadang membuatnya ingin marah, entah lah perasaan apa itu. Sebuah perasaan yang membuat hari Aya menjadi hari yang aneh karena suasana hati yang membingungkan dirinya.
"Astaga... Aya lo gila ya" celetuk sahabat Aya yang bernama Kinan setelah melihat tingkah anehsang sahabat.
"Gak tau Nan... rasanya tuh gue pengen marah marah gak jelas trus dah gitu pengen nangis aja kayak baper gitu..." Keluh Aya sembari menggidikkan bahunya.
"Lo mau dapet kali " tebak Kinan.
"Gue udah dapet kok... Dua minggu yang lalu masak ia dapet lagi..." sahut Aya sembari berfikir ada apa dengan dirinya.
Aya menghembuskan nafas kasar mencoba mengingtat ingat sesuatu hal. "Gilang" nama pria ini yang akhir akhir ini selalu membuat dirinya gelisah.
'Entah lah aku sendiri juga bingung dengan perasaanku ini... apa mungkin aku merindukannya... ahh tidak tidak..' ucap Aya dalam hati.
"Mending lo liburan deh Ay... biar mood lo balik lagi" usul Kinan.
"Bener juga lo... ya sudah kita kebali yuk lusa..." ajak Aya yang dibalas acungan jempol oleh Kinan.
Aya dan Kinan kini tengah menikmati makan siangnya di sebuah restoran dekat kampusnya sembari mengobrol santai dan terkadang diselingi dengan candaan.
"Eh Ay.. mami kamu tadi malam telpon... nanyain kabar lo terus tanya lo lagi ngapain... dan tanya gimana kuliahmu. Tante ngomong ke gue kalau om kangen sama lo dan pengen lo cepet balik ke rumah.... Emang lo sampai kapan sih Ay gak mau pulang??" ucap Kinan sembari menyeruput lemon teanya.
"Biarin... Tar kalau gue udah lulus gue balik ke rumah" jawab Aya cuek.
"Ishhh lo mah gitu... kasihan noh nyokap bokap lo..." sewot Kinan karena ucapan cuek Aya.
"Udah ahh yuk balik... eh tunggu dulu, anterin gue ke kafenya abang dulu ya... gue mau ijin cuti buat lusa kita liburan..." ucap Aya yang diacungi jempol oleh Kinan.
Tak butuh waktu lama untukmenuju ke tempat kerja Aya yang merupakan kafe milik kakak laki lakinya kini mereka sudah sampai di depan pelataran kafe yang terkenal elit dan selalu ramai itu.
"Nan... lo tungguin di mobil aja yak... gue bentaran doang..."
"Yo..i" ucap Kinan sembari mengacungkan kedua jempolnya.
Aya memasuki Kafe dan menyusuri lorong menuju ke arah tangga lantai atas bagian office. Aya mengetuk pintu office yang kemudian disambut ramah oleh staff yang sedang berjaga di kantor kafe milik sang kakak.
"Mbak... Abang gak ke sini?" tanya Aya to the point.
"Belum Ay... pak Juna masih di kantor sepertinya sedang sibuk mungkin pulang kantor baru ke sini" jelas Maya.
"Oh ya sudah mbak... lusa hingga empat hari kedepannya saya minta cuti tolong aturkan jadwal saya ya mbak saya ada kepentingan soalnya mbak... biar nanti saya bilang sama abang langsung..."
"Iya Ay.. nanti saya atur jadwalnya lagi..."
"Ya sudah mbak, Aya permisi dulu terimakasih ya. Dadaah Mbak Maya" ucap Aya sembari melambaikan tangannya.
Aya melenggang pergi menuju mobilnya, mengemudikannya perlahan membelah jalanan ibu kota menuju apartemennya yang terletak dipinggiran kota.
"Mau mampir dulu gak?" tanya Aya kepada Kinan.
"Gak usah deh Ay langsung pulang aja..." sahut Kinan menoleh Aya yang sedang fokus menyetir mobil.
"Baiklah..." Aya mengangguk tanda mengerti.
"By the way tadi gimana kata bang Juna Ay?"
"Gue belom ketemu Abang sih Nan... tapi gue sudah bilang ke mbak Maya kok buat atur jadwal gue lagi" jelas Aya membeberkan.
"Jadi kita jadi kan liburannya?"
"You know Bang Juan lah ya... ya pasti jadilah, abang mana mungkin tega sama gue" ucap Aya sembari terkekeh.
"Lo mah adik kurang ajar Ay... Bang Juna lo manfaatin melulu..." ucap Kinan yang mengundang gelak tawa keduanya.
"Ya gimana dong.... kan adek satu satunya pasti lah dituruti"
"Hahaha" tawa keduanya menggelegar di dalam mobil.
Aya memarkirkan mobilnya di lantai basment lantas naek lift bersama Kinan menuju unit apartemen mereka. Aya langsung berlari menuju kamarnya begitu Kinan membuka pintu apartemen.
"Gue mau tidur tolong jangan ganggu gue Nan.." seru Aya sembari berlari masuk ke dalam kamar.
"Ish kurang kerjaan gangguin lo... orang gue juga mau tdr wle..." cibir Kinan sembari menjulurkan lidah.
Kinan pun juga langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya usai mengunci pintu apartemennya.
Sama sama doyan tidur membuat keduanya betah berlama lama di dalamkamar masing masing. Aya segera meletakkan tasnya di atas nakas lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum dirinya beristirahat.
"kayaknya berendam dulu enak nih" ucap Aya sembari menyiapkan air di dalam bak mandi.
Begitu air sudah cukup hangat dan banyak Aya langsung menanggalkan pakaiannya dan masuk ke dalam bak mandi. Ia menggossok tubuhnya dengan sabun semberi memijitnya secara perlahan. Aya mencoba memejamkan mata menikmati aroma rose yang menenangkan.
Dua puluh menit kemudian Aya sudah berdiri air untuk membilas tubuhnya. Ia segera meraih handuk dan kembali menuju kamarnya. Ia membuka bathrobe-nya dan mulai mengenakan pakaian. Ia memilih sebuah gaun tidur sutra dengan belahan dada rendah tanpa lengan lalu berjalan menuju meja rias. Ia membulatkan matanya kala melihat bekas kissmark di dadanya yang masih ketara. Detik selanjutnya ia tersenyum mengingat pernyataan cinta Gilang dalam alam bawah sadarnya serta perlakuan manis Gilang kepadanya malam itu.
"Kau, pria yang pertama mencium bibirku dan menjamah tubuhku Lang" ucap Aya lirih sembari tersenyum tipis.
Namun senyuman itu segera memudar wajahnya berubah sendu menyadari kenyataan bahwa mereka melakukannya tanpa cinta. Dan malamitu hanyalah sebuah keselahan saja. Aya berjalan menuju ranjang membaringkan tubuhnya di sana meraih ponsel yang berada di atas nakas lantas mendial nomor sang kakak. Dan sesuai tebakannya sang kakak langsung mengabulkan keinginan Aya untuk pergi berlibur ke Bali.
"Hallo princess..." sapa sang kakak dari seberang sana.
"Abang..." panggil Aya manja.
"Kenapa dek?"
"Aya boleh minta cuti ya... empat hari aja kok, Aya pengen pergi ke Bali bang buat refreshing... habis itu Aya janji Aya gak akan ambil cuti lagi deh" ucap Aya merayu.
"Sama siapa kamu ke Bali?"
"Sama Kinan lah bang sama siapa lagi coba"
"Oke... as you wish princess"
"Makasih abang sayang...dadahh" ucap Aya sembari menutup telepon