Bab 9 Roti Sobek
Aya merenggangkan otot ototnya lalu beranjak dari ranjang menuju ke kamar mandi. Ia membersihkan muka lalu bergegas membangunkan Gilang.
"Lang... Lang..." panggil Aya lembut sembari menepuk nepuk lengan Gilang.
Tak kunjung mendapatkan sahutan Aya pun berniat menepuk nepuk pipi Gilang. Tangan Aya terulur ke arah wajah Gilang. Namun atensi Aya justru ke ketampanan wajah Gilang. Tanpa sadar Aya sudah mengusap lembut pipi Gilang. Ia juga mengusap bibir dan juga area mata Gilang yang membuat sang empunya terusik. Aya buru buru menyingkirkan tangannya dan hendak bergeser menjauh dari sisi Gilang namun Gilang lebih dulu menarik lengannya sehingga ia limbung ke dalam dekapan Gilang.
Masih dalam pelukan Gilang, mata Aya dan Gilang saling beradu. Hidung mereka saling bersentuhan dan beberapa centi lagi bibir mereka bisa bertemu. Satu detik dua detik tiga detik hingga delapan detik mereka masih tetap dalam posisi yang sama hingga suara dering ponsel menyadarkan keduanya.
Drrt Drttt
Keduanya menoleh ke sumber suara lalu menegakkan tubuh masing masing dan bergerak sedikit menjauh untuk memberi ruang satu sama lain. Aya memalingkan wajahnya ke arah lain menyembunyikan wajah merahnya. Sementara Gilang meraih ponselnya dan mengangkat telepon dari sekertarisnya.
"Ya Lee ada apa?" tanya Gilang kepada Lee.
"...."
"Baiklah aku akan segera ke kantor" jawab Gilang seraya mematikan telepon.
Gilang meletakkan kembali ponselnya di atas nakas lalu bergegas menuju kamar mandi.
"Aku mandi dulu ya Ay... kamu tunggu dulu"
"I-iya Lang"
Aya menghembuskan nafas sembar mengusap usap dadanya kala melihat sosok Gilang menghilang di balik pintu kamar mandi.
"Huhhh..." desis Aya lega. "Untung saja Gilang gak lihat wajah merahku" ucap Aya sembari menetralkan hatinya.
Aya duduk di sofa menyibukkan diri dengan ponsel ditangannya sembari menunggu Gilang selesai mandi. Hampir tiga puluh menit, waktu yang cukup lama dari waktu yang biasa dihabiskan seorang laki laki untuk mandi. Aya menghembuskan nafas kasar kala melihat daun pintu kamar mandi mulai terbuka. Ia hampir saja memprotes Gilang karena lama menunggu. Alih alih memprotes Aya justru dibuat diam tak berkutik. Mata Aya memandang lurus ke arah roti sobek yang terpampang indah dihadapannya. Aya meneguk ludahnya susah payah melihat Gilang yang telanjang dada.
"Kenapa Ay?" tanya Gilang sembari mengulum senyum melihat wajah merah Aya.
"Ah... Ti-tidak mengapa kau tak mengenakan pakaian" cicit Aya sembari memalingkan wajah yang sudah pasti semerah tomat saat ini.
"Maaf aku menjatuhkan kaosku di dalam kamar mandi tadi, dan... yah aku terpaksa keluar seperti ini karena kemejaku ada di kamar" jelas Gilang santai.
"Iya enggak apa apa kok..." sahut Aya yang memberanikan diri menatap wajah Gilang.
Tak butuh waktu lama gilang sudah rapi dengan pakai yang ia kenakan semalam. Ia terlihat makin tampan dengan kaca mata hitam yang menutup mata elangnya. Gilang menyambar kunci mobil lalu meraih tangan Aya tanpa aba aba. Ia menggandeng tangan Aya keluar kamar menuju lift yang kemudian membawa keduanya ke lantai basment tempat parkir mobil. Gilang membukakan pintu mobil untuk Aya lalu berlari masuk dan duduk di kursi kemudi. Ia mengemudikan mobil perlahan menuju jalanan. Tak ada perbincangan diantara mereka hingga menciptakan keheningan.
'Aku putar lagu aja kali ya biar gak jenuh' batin Aya.
Aya memecahkan keheningan yang terjadi diantara mereka berdua dengan memutar lagu dan bersenandung kecil sepanjang perjalanan. Sementara Gilang hanya mengulas senyum melihat tingkah Aya.
"Aku turun sini aja Lang" ucap Aya memberikan intrupsi kepada Gilang tiba tiba.
Gilang tak lantas berhenti, ia hanya memelankan laju mobilnya sembari mendengarkan jawaban Aya.
"Kamu yakin mau turun disini?"
Aya pun mengangguk mantap."Heem iya Lang yakin... aku lagi pengen jalan kaki aja"
Tak mau berbasa basi yang membuat Aya kesal ia pun menuruti kemauan Aya.
"Oh gitu... ya sudah hati hati di jalan ya Ay... kabari aku kalau sudah sampai"
"Kamu juga ya... bye" Aya melambaikan tangannya lalu berlalu pergi.
"Bye Ay..." sahut Gilang sembari melambaikan tangan ke arah Aya.
Dengan senyum sumringah yang setia terpatri di wajah Gilang melajukan mobil dengan kecepatan sedang menuju apartemen untuk berganti pakaian dan bergegas segera pergi ke kantor. Sesampainya di kantor salah seorang sekertarisnya memberi tahu jika klien Gilang memajukan jadwal meeting dua hari lebih cepat sehingga Gilang harus pergi ke Bali siang itu.
"Lee apa saja jadwal hari ini" tanya Gilang sembari berjalan menuju ruang meeting.
Tanpa melihat buku catatan Lee dengan spontan menjawab. "Setelah meeting tuan harus segera berangkat ke Bali, Mr Fang mengajukan jadwal dari sebelumnya tuan" jelas Lee.
"Siang ini?" ulang Gilang. "Bukan kah besok meetingnya?" tanya Gilang lagi.
"Mr. Fang mengundang tuan untuk makan malam hari ini tuan, untuk itu kita harus berangkat hari ini"
"Hemm... baiklah atur saja semuanya"
Dilain tempat Kinan dan Aya sedang menuju apartemen, merekas mengepak beberapa baju dan perlengkapan yang mereka butuhkan selama liburan nanti. Ya Kinan dan Aya sore ini berencana untuk berangkat ke Bali liburan.
"Nan jam berapa sih pesawatnya?" tanya Aya yang sibuk menata bajunya ke dalam koper.
"Masih jam empat"jawab Kinan santai.
"Hah.... gila ya lu. Dua jam lagi itu Nan. Buruan woy ngapain malah bengong liatin gue kek gitu sih" sungut Aya kesal.
"Lu gak mau jelasin apa kek gitu ke gue tentang semalem?" seloroh Kinan.
"Gu-gue kan uda jelasin tadi kalau gue nginep di rumah teman" kelit Aya.
"Dan kamu kira gue percaya gitu?" cetus Kinan. "Lu bisa bohong sama siapa saja Ay, tapi enggak sama gue jadi bisakah lu cerita yang sebenernya ke gue" desak Kinan.
Aya menghela nafas kasar, rasa rasanya membohongi Kinan adalah hal yang membuang buang waktu saja karena ujung ujungnya Kinan pasti tau. Aya pun menghentikan aktifitasnya lalu berjalan mendekat ke arah sang sahabat lantas duduk di sebelahnya. Ia menghela nafas panjang menyiapkan hatinya untuk memulai bercerita kepada sang sahabat.
"Baiklah gue akan cerita sejujurnya sama lu tapi syaratnya lu gak boleh teriak dan gak boleh memotong ucapan gue" ujar Aya yang dibalas anggukan kepala oleh Kina.
"Oke gue janji, buruan mulai" ucap Kinan tak sabaran.
"Sebelumnya ini semua gara gara doa lu waktu itu tau" gerutu Aya kesal.
"Lah kok gue sih Ay... gue doain lu apa emang?"ucap Kinan tak mengerti.
"Ya elu lah, sebelum berangkat ke pesta Adryan lu doain gue apa coba?"
"Tunggu..." Kinan terlihat berfikir sejenak, detik selanjutnya ia menutup mulutnya agar tak mengeluarkan suara melengking yang membuat Aya bertambah kesal. "Jadi lu dapat cowok di sana Ay?" tanya Kinan memastikan. "Atau ada cowok yang naksir sama elu ya? ayo ngaku!" desak Kinan.
Aya diam sejenak tak tantas menjawab pertanyaan sang sahabat air wajahnya berubah menjadi sendu kala mengingat akan sesuatu hal. Itu membuat sang sahabat mengernyitkan dahi dan semakin penasaran dengan apa yang terjadi kepada Aya.
"Ay.... Are you ok?" tanya Kinan khawatir.