~ Aku berharap semoga tidak akan ada hati yang terluka nantinya, meski cukup mustahil memulai hubungan seperti permainan ini.~
Malam ini begitu indah rembulan menunjukkan wujud utuhnya, sinarnya menerobos di gelapnya malam, semilir angin menerbangkan anak rambutku yang sesekali kembali ku selipkan ke belakang telinga.
"Nay-"
Ia menjeda kalimatnya menunduk melihat kearahku, manik matanya seolah dapat menghipnotis. Entah kenapa tapi aku masih menyukai mata coklat itu, kemudian ia tersenyum hangat yang berhasil membuat jantung ini berdegub tak karuan.
"Gimana kalau kita pacaran aja?"
Pertanyaan spontan yang tak pernah aku duga keluar dari mulutnya. Di tengah euforia kembang api di atas sana berdentum keras tidak kalah dengan jantungku yang berdetak lebih cepat.
"Ma-maksudnya, lo lagi becanda kan?"
Aku yang masih dalam posisi terkejut membuatnya meraih tanganku untuk digenggamnya. Aku menelisik mata coklat itu mencari kebohongan yang mungkin tengah ia lakukan tetapi tidak terbukti.
Tunggu seharusnya aku tidak lagi memiliki perasaan seperti ini pada sahabatku sendiri lagipula baru saja aku putus dengan mantan kekasihku, mungkin saja ini efek kembang api yang berdentum keras diatas sana.
"Gini, kita kan habis putus dari pacar kita masing-masing daripada sedih mending kita buktiin ke mereka kalau kita bisa move on."
Aku yang mendengarnya diam sejenak sambil mencerna perkataan Rendy kemudian tertawa sambil menepuk pundak lelaki tersebut sedikit keras, Rendy memegang pundaknya sambil meringis kesakitan.
Ternyata ini hanya rencananya saja, kukira ada apa dengannya yang tiba-tiba bicara begitu, batin Nayla.
"Taruhan nih, belum ada satu minggu, lo pasti udah balikan lagi sama dia."
Nayla menyikut lengan Rendy yang malah tersenyum sambil menyunggingkan bibirnya.
"Ya mangkanya lo bantuin gue biar bisa move on dan nggak bergantung lagi sama dia."
"Terus untungnya buat gue apa coba" jawab ku sedikit tertawa mendengar ucapannya.
"Ya ampun nay lo kan sahabat gue, loe ngak mau sekali-sekali bantuin gue, lagian yah lo juga bisa cepet move on dari si Dinosaurus itu."
Sebenarnya itu ide yang cukup bagus untuk kita masing-masing melupakan bakteri yang bernama mantan.
"Gue sih mau aja bantuin, tapi jaminannya apa nih," ucapku menggodanya.
"Gini gini sampai kita nanti udah dapat pasangan alias pacar masing masing kita balik lagi jadi sahabat, gimana? Dan gue janji ngak bakal bikin orang-orang disekitar Lo berani nyakitin lo lagi" ia menaikkan sebelah alis matanya yang terlihat menjengkelkan bagiku.
Itu yang ia sebut sebagai jaminan batinku.
Aku sempat berpikir hal ini tidaklah buruk, lagipula aku juga harus segera melupakan mantanku.
"Oke gue terima tawarannya , tapi awas aja lo sampai beneran suka sama gue." Ancamku yang membuatnya malah tertawa.
"Oke deal. Tapi kita liat aja nanti siapa yang beneran jatuh cinta." Serunya menyetujui sambil mengedipkan sebelah matanya dan mengeluarkan smirknya.
"Kok gitu?"
"Ya mana ada orang yang ngak terpesona sama ketampanan gue." Aku memasang wajah seolah jijik mendengar perkataannya dan ia tertawa kembali.
Akhirnya aku menyetujui permintaan gila tersebut, mungkin saja hal ini dapat menguntungkan bagi kami berdua.
Meski status kita yang apakah dapat kembali seperti semula seperti yang ia katakan, aku juga tidak tahu.
Yah aku berharap semoga tidak akan ada hati yang terluka diantara kita nantinya, meski cukup mustahil memulai hubungan seperti permainan ini.
Kami berjalan-jalan di sekitar taman menikmati malam tahun baru yang hampir terlewat.
Waktu tengah malam semakin dekat, kami dan orang-orang menghitung mundur secara bersamaan 3 2 1.
Dentuman saling bersautan terdengar, tercetak indah percikan api di atas sana.
Aku melihat senyuman itu yang tak kunjung luntur sejak pertama kali suara petasan itu membumbung tinggi membuat ku mengikutinya menarik sudut bibirku ke atas.
To be continued