Tumpukan
dokumen di atas meja kantorku semakin tinggi. Ada tiga laporan yang harus
kuselesaikan dari perjalanan kami bulan lalu. Kasus penculikan Valerie oleh Max
dan Marco, kasus Hiro yang masih menggantung dan kasus Ibuku, Roseline.
Sudah
seminggu sejak kepulangan kami dari Johor Bahru, Nika dan Razz terus memberiku
tugas administrasi dan tidak ada kesempatan sedikit pun untuk terjun ke lapangan.
Otakku terasa penuh dan muak harus menulis narasi kejadian tiap kasus. Itu
seperti mengingat kembali peristiwa pahit yang terjadi.
Aku
menyambar tas dan berteriak kepada Rensi akan keluar sebentar. Nada protes
terlontar dari Rensi yang membalas teriakanku. Aku tetap berjalan keluar dari
kantor. Setelah mengendarai mobil tanpa tujuan, aku menepi di areal
peristirahatan akhir.