Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 16 - Sixteen

Chapter 16 - Sixteen

Sebuah langkah kaki jenjang milik seorang pria bertubuh kekar juga parasnya yang sangat tampan menyusuri lobby di sebuah gedung perkantoran.

Disamping pria tersebut ada seorang wanita yang sibuk menjelaskan sesuatu hal kepada pria tersebut. Diikuti dengan tiga orang lainnya yang berjalan di belakang mereka berdua.

Sampai di depan sebuah lift, langkah mereka terhenti untuk menunggu lift yang jika dilihat masih berada di lantai 10.

"Kurang lebih begitu pak Arya. Jadi sejauh ini, bapak tidak perlu khawatir mengenai progresnya. Karena semua sudah tersusun secara matang, dan eksekusinya pun sejauh ini sangat baik" ujar wanita tersebut yakni Haura kepada lawan bicaranya- yang sedari tadi hanya diam mendengarkannya berbicara.

"Oke, nanti pada saat rapat saya minta untuk lebih detailnya lagi ya mba,- ohiya... satu lagi"

"Apa itu pak?"

"Nanti lagi kalau kita ada meeting di sini, mba gausah repot-repot nyamperin saya sampe ke lobby. Saya bukan presiden" ucap Arya diikuti dengan sebuah senyuman simpul namun tetap terlihat manis. Sampai-sampai Haura dibuat tersipu untuk beberapa saat.

"Eum, iya pak. Baik"

"Ngomong-ngomong kita rapat di rooftop lagi kan?" Tanya Arya yang dibales dengan anggukkan kepala diikuti dengan senyuman lembut dari Haura.

"Sesuai dengan permitaan pak Arya, ruang meeting di rooftop sudah dipersiapkan"

"Saya bener-bener suka banget sama interior ruangannya. Kesannya tu kita kaya lagi nongkrong di cafe gitu, jadi vibe serius pas rapat tu ilang. bikin ga stres jadinya"

"Terima kasih banyak pak, emang udah jadi tugas saya untuk membuat para klien dan karyawan di sini merasa nyaman dengan tempat kerjanya" bales Haura yang masih menampilkan senyuman cantik andalannya.

Tepat setelahnya, pintu lift pun terbuka dan mereka semua pun masuk satu persatu ke dalam liftnya.

--

Saat Haura, Arya dan rombongannya tiba di ruangan meeting yang berada di rooftop. Mereka melihat Andrea yang tengah mengeluarkan beberapa cup kopi kemudian dia susun di atas nampan.

"Siang mas Andre" sapa Arya terlebih dahulu. Andrea yang menyadari bahwa suara tersebut milik Arya, dia langsung menyudahi kegiatannya untuk menghampiri Arya.

"Siang juga pak Arya, apa kabar?" Sapa Andrea balik diikuti jabatan tangan dari keduanya.

"Baik mas, mas sendiri?"

"Baik-baik. Ngomong-ngomong, apa kita mau mulai sekarang meetingnya?" Tanya Andrea yang ditujukan untuk Arya juga Haura.

"Boleh, tapi saya boleh minta kopinya? Keliatannya itu kopinya enak" gurau Arya yang mengundang kekehan dari yang lainnya.

Andrea pun dengan segera kembali untuk membawa nampang tersebut, setelahnya dia bagikan kopinya kepada Arya, Haura dan juga rombongannya.

"Saya tu bingung. Mas Andre tu kalau beli kopi suka dimana? Heran saya, rasanya enak terus"

"Loh, Pak Arya lupa? Saya pernah cerita bukan, waktu di pesta beberapa waktu yang lalu. Bahkan bapak juga udah kenalan sama pemilik cafenya"

Sejenak Arya terdiam untuk mengingat-ngingat kejadian yang dimaksud oleh Andrea. Lalu setelahnya Arya menjentikkan jarinya diikuti dengan senyuman. "Oh! Iya, namanya Valerie ya?"

"Iya pak, betul sekali"

"Iya.. iya.. saya baru ingat. Kalau gitu, boleh nanti kapan-kapan kita adain meeting disana ya, itung-itung melepas rasa jenuh kalau terlalu sering meeting di kantor"

"Baik pak, siap! Nanti bisa di agendakan kalau soal itu"

--

Sepulangnya dari kantor Haura, Arya menyempatkan diri untuk singgah terlebih dahulu ke sebuah tempat yang jaraknya tidak terlalu jauh. Mungkin sekitar 500 meter dari kantor Haura.

Keinginan Arya untuk singgah karena disaat dia terjebak di lampu merah, dari sisi kiri sebrang jalan dia bisa melihat sebuah cafe yang cukup menarik perhatiannya. Lalu saat Arya mendekati cafe tersebut, dia baru tersadar kalau cafe ini milik teman dekatnya Andrea. Desain bangunannya dari luar cukup memikat hati Arya, maka dari itu dia hendak untuk mampir sejenak sebelum kembali ke kantornya.

"Welcome to the Jungle!" Sapa dari salah satu pelayan disana begitu Arya membuka pintu, diikuti dengan suara lonceng kecil yang berdenting.

Arya tersenyum tipis saat ucapan selamat datangnya bisa dibilang unik, karena yang dia tau selama ini kata dari 'welcome to the Jungle' memiliki makna yang cukup menyedihkan.

"Halo ka, silahkan! Mau pesan apa?"

"Ownernya ada?" Tanya Arya balik, kasir yang melayani Arya sempat kebingungan sejenak lalu tak lama setelahnya kembali tersenyum ramah.

"Maaf, kebetulan mba Valerie- owner cafe ini sedang keluar. Beliau ada meeting diluar dengan klien. kalau boleh tau ada kepentingan apa kak? Barangkali nanti bisa saya sampaikan"

"Oh.. yasudah gausah gapapa. Kalau gitu saya mau ice Americano 3, take away ya"

"Baik, ice americano 3 take away. Totalnya 90.000, kita kebetulan ada service disini. Setiap pembelian minimum 75.000 gratis mendapatkan 2 potong slice cake. Bisa dipilih ka, cakenya mau yang mana"

" mango cake sama strawberry cheese cake" ucap Arya sembari mengeluarkan uang selembar 100ribu.

"Uangnya 100.000-"

"Kembaliannya simpen aja" potong arya cepat. Kasir tersebut langsung menyunggingkan senyumannya.

"Terima kasih banyak ka, pesanannya bisa ditunggu dulu sebentar ya!"

--

"Baru aja saya mau manggil kamu. Tuh, saya beliin kopi sama kue. Saya gasuka kue, jadi kamu bawa aja kerumah ya" Ujar Amelihat Tere yang baru saja memasuki ruangannya.

"Oh, iya makasih banyak pak" bales Tere sembari meraih satu paper bag yang dimaksud Arya barusan.

Tetapi, pergerakan Arya terhenti sejenak saat dia menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan Tere. Terlihat dari gesture badannya yang gelisah, tipikal Tere yang sudah di hafal dengan betul oleh Arya. Tere tidak pandai menyembunyikan perasaannya.

"Ayo bilang aja.. kamu udah jadi sekretaris saya emang baru 5 tahun, tapi saya juga udah hafal kamu itu orangnya kaya gimana" ujar Arya yang membuat Tere menghela nafasnya panjang sambil tersenyum simpul.

"Maaf pak, saya cuman bingung aja"

"Kenapa? Selama saya keluar tadi, kamu bikin perusahaan bangkrut hm?" Tanya Arya yang mendapat kekehan dari Tere sembari menggelengkan kepala.

"Engga pak, masa iya saya bikin perusahaan bangkrut. Nanti saya kerjanya gimana?"

"Ya gimana-gimana, kamu jadi ibu rumah tangga berarti ngurus anak kamu di rumah"

"Bapak bisa aja.."

"Jadi kenapa? Ada apa?" Tanya Arya lagi, seketika wajah gusar Tere kembali seperti awal.

"Saya sebenernya bingung mau bilangnya gimana"

"Yaudah bilang aja, jangan bertele-tele gitu. Time is money Tere"

"Tadi, 20 menit sebelum bapak sampe kantor Pak Adhi sempet kesini. Terus beliau sempet mau nungguin bapak, saya persilahkan masuk. Tapi, pas juga saat itu tiba-tiba aja ada ibu-ibu yang masuk. Saya gatau ibunya bisa masuk sampe ke lantai ini gimana, tapi yang jelas pas ibu itu ada di depan pak Adhi, pak Adhi mukanya keliatan kaget gitu. Terus galama setelahnya, Pak Adhi langsung narik ibunya itu. Sempet heboh banget kejadiannya pak, karyawan lain juga banyak yang liat. Tapi saya sudah himbau ke semuanya supaya ga bahas soal tadi. Cuman ya saya rasa bapak harus tau, karena saya panik banget tadi"

Arya mendengarkan cerita dari Tere dengan seksama sembari bingung. Bertanya-tanya siapa ibu-ibu yang Tere maksud.

"Saya juga tadi sempet denger suara pak Adhi sedikit.. beliau ngomong sesuatu, nyebut nama gitu"

"Nama? Siapa namanya?"

"Kalau saya ga salah denger.. Pak Adhi nyebut nama Mariska"

Seketika Arya berubah menjadi tegang. Nafasny pun memburu, diikuti dengan tatapan yang penuh kekejutan.

"Pak, bapak gapapa?"

"Kamu tadi... bilang siapa? M.. ma.. riska?"