Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 17 - Seventeen

Chapter 17 - Seventeen

Mungkin terhitung sudah satu minggu lamanya Valerie tidak menginjakkan kaki di rumahnya ini. Sebagaimana yang dia katakana kepada ibunya tempo hari, kalau dia memberikan waktu tiga hari untuk ibunya tinggal, tetapi setelah 3 hari itu Valerie tak kunjung kembali. Baru seminggu kemudian dia kembali lagi ke rumahnya. Bukan tanpa alasan, Valerie tidak mau pulang karena dia hanya mau memastikan kalau ibunya benar-benar pergi dari rumahnya. Valerie tahu bahwa tidak akan semudah itu untuk ibunya pergi, mengingat kondisi ibunya sekarang ini bisa dikatakan cukup menyedihkan.

Namun, 10 menit berlalu saat Valerie tiba di rumahnya dia masih enggan melangkahkan kakinya untuk masuk. Dia masih setia untuk berdiri sambil menatap kosong rumahnya yang kini terlihat gelap. Kalau saja dirinya bukan penghuni di perumahan ini, mungkin dirinya sudah disangka seperti maling yang sedang mengamati rumah kosong untuk dijadikan sasaran.

"Ka Val.." suara tersebut mengintrupsi Valerie yang lagi setengah melamun. Saat dia menolehkan kepala, sontak senyuman di wajahnya mengembang begitu melihat Alin- anak tetangga depan rumahnya yang bisa dibilang cukup dekat dengan Valerie.

"tumben udah pulang kamu"

"lagi pengen di rumah aja ka.. makanya tadi pulang kuliah langsung pulang. Kakak juga tumben jam segini udah pulang"

"iya, tadi abis meeting pengen langsung pulang. Agak gaenak badan.." jawab Valerie se kenanya. Karena kenyataannya Valerie memang tidak sedang sakit. Kondisi tubuh dia sangat baik. Mungkin.

"oh gitu.. kalau sakit, kenapa ga langsung masuk coba? Kakak kaya apaan aja tau diem depan rumah gitu" Valerie hanya menanggapinya dengan kekehan, diikuti tangannya yang terulur untuk mengusak rambut Alin.

"ohiya ka, Alin mau nanya boleh?

"Boleh, mau nanya apa?"

"Alin kira rumah kakak kosong kan, soalnya kakak gakeliatan pulang. Tapi alin sama bunda kaget banget tau ka pas tadi pagi ngeliat ada ibu-ibu keluar dari rumah kakak. Alin sama bunda ngiranya itu hantu masa" senyuman di wajah Valerie sempat memudar untuk beberapa saat, sebelum dia kembali menyunggingkan senyuman terbaiknya kepada Alin. Ya, Valerie mencoba untum terlihat biasa saja di depan Alin.

"Terus?"

"Terus... ibunya nyamperin Alin sama bunda. Beliau cuman nanya aja kalau kiita kenal ga sama Ka Val, bunda bilang iya-iya aja.. terus ibunya cuman ngasihin kunci rumah ka Val dan pamit" ujar Alin.

"Ibunya balik lagi ga?" Tanya Valerie yang dibales dengan gidikkan bahu oleh Alin.

"Gatau ka, bunda juga ga bilang apa-apa. Ohiya nih kunci rumah kakak" Alin mengulurkan tangannya untuk menyerahkan sebuah kunci rumah yang memiliki gantungan bergambar kartun favorit Valeriw sewaktu kecil dulu.

"Yaudah, makasih ya Lin.. kakak masuk dulu"

"Ka Val.." suara Alin kembali mengintrupsi Valerie.

"Kenapa?"

"Alin tu belum nanya.. tadi baru cerita aja" mendengar itu Valerie terkekeh sembari mencubit pipi chubbnya Alin. "Yaudah, kenapa?"

"Ibu-ibu itu siapanya kakak? Maaf ya ka sebelumnya kalau pertanyaan Alin lancang. Cuman Alin takutnya itu orang jahat.. terus pura-pura kenal aja gitu sama kakak" kalau saja Valerie berada dalam hubungan yang baik dengan ibunya, dia akan menjawab kalau wanita yang dilihat dirinya itu ibunya.

"Bukan siapa-siapa ko. Udah masuk sana, kakak masuk dulu ya Lin, pengen istirahat"

--

Valerie mengitari setiap sudut rumahnya, taada yang terlewat sedikitpun. Hanya untuk kembali memastikan bahwa ibunya sudah pergi, dan tidak kembali.

Dirasa memang tidak ada, Valerie menghembuskan nafasnya lega kemudian menuju sofa untuk merebahkan dirinya.

"Ternyata giniya rasanya mabal. Enak juga ternyata" gumamnya tiba-tiba, pada diri sendiri.

Memang selama Valerie mulai merintis usahanya, dia tidak pernah absen sekalipun membantu karyawan-karyawannya. Valerie akan terus berada di cafe dari buka sampe tutup, walaupun ada urusan di luar Valerie tetap akan kembali lagi ke cafe.

Hanya untuk sekali ini saja dia mangkir. Entah kenapa rasanya sangat malas sekali untuk kembali ke cafe, maka dari itu Valerie memutuskan untuk mengkhianati kecintaannya terhadap pekerjaannya, hanya sekali.

"Mereka lagi pada ngapain yah? Cafe rame ga ya? Rani sama Ayu kelabakan ga ya?" Gumamnya lagi. Rasa kekhawatiran mendadaknya itu langsung dia tepis jauh-jauh. Lagipula jika memang di cafe sedang kewalahan mereka akan menghubungi dirinya.

Ting

Tong

Baru saja Valerie ingin memejamkan mata, bel rumahnya berbunyi dan itu mengganggu. Valerie masih enggan untuk beranjak dari posisinya sampai bel rumahnya kembali berbunyi untuk ke empat kalinya.

Dengan gerakan yang malas, Valerie menghampiri pintu yang sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh dari posisi dia semula.

"Iya.. cari siap-a ya- ih! Ganggu banget si lo!" Omel Valerie langsung saat membukakan pintu. Andrea yang melihat Valerie tiba-tiba membentak dirinya langsung memberikan reaksi keterkejutannya.

"Ish! Gue baru dateng malah ngomel-ngomel!" Saut Andrea yang ikut membalas ucapannya Valerie dengan nada yang sama.

"Gue baru mau merem lo pake dateng segala. Kenapasi?" Bukannya menjawab, Andrea memilih untuk menerobos masuk rumahnya Valerie. Langkah kakinya pun membawa dirinya menuju dapur untuk mengambil minuman, mengingat Valerie selalu menyimpan banyak minuman segar di dalam kulkasnya.

Sekembalinya Andrea, Valerie hanya menatapnya malas lalu kembali merebahkan dirinya di sofa. Melanjuti kegiatannya yang sempat tertunda.

"Tumben lo ga langsung balik ke cafe. Tadi gue ke cafe katanya lo gaada, lagi meeting. Tapi feeling gue mengatakan lo balik, ternyata bener" ujar Andrea yang bisa Valerie rasakan kalau Andrea duduk di sofa yang sama dengan dirinya, hanya saja posisi Andrea berada di dekat kakinya.

"Emang abis meeting, ini gue baru balik. Terus lagi ga mood kerja, yaudah gue balik aja. Lagian gue bolos gini baru sekali doang"

"Iya, gapapa. Gue dukung ko.. gue juga cape ngeliat lo kerja mulu"

"Ndre.."

"Hm?"

"Ko lo tau gue ada sini?"

"Sebenernya gue ke apart dulu, cuman lo gaada. Jadi yaudah gue langsung kesini. Ngomong-ngomong... ibu lo-"

"Udah pergi. Makanya gue ada di sini juga" jawab Valerie, memotong ucapannya Andrea karena dia tahu kemana arah pertanyaan itu.

"Kalau ibu lo balik lagi ke sini gimana?"

"Gamungkin. Dia kayanya udah dapet mansion dari selingkuhan- maksud gue calon suaminya"

"Ko gitu?"

"Gitu apanya? Bukannya emang harus begituya? Tu laki pengen ngawinin ibu gue, ya harusnya tanggung jawab lah.."

"Yaudah ah. Gue gamau bahas keluarga lo, cape.. keluarga sendiri aja banyak masalah"

"Lo yang nanya Ndre.."

"Val..."

"Hm?"

"Gue mau sewa cafe lo"

"Buat kapan dan buat apa"

"Pak Arya.. dia pengen meeting di cafe lo. Dan meeting selanjutnya tu sekitar 2 mingguan lagi, gimana?"

"Gue butuh tanggal spesifik. Soalnya di minggu-minggu itu ada yang sewa cafe juga"

"Gabisa gitu lo kasih gue special treatment?"

"Gabisa"

"Kenapa gabisa?"

"Bisnis dan pertemanan tak bisa disatukan ya kawan"

"Yeu pelit"