Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 10 - Ten

Chapter 10 - Ten

Sudah menjadi rahasia umum bagi pekerja rumah tangga di rumahnya Arya bila melihat seorang wanita yang tiba-tiba saja turun dari lantai dua lalu mondar-mandi di rumah besar nan mewah milik Arya hanya dengan menggunakan lingerie atau mengenakan kemeja besar milik Arya pada saat pagi hari.

Karena memang sudah menjadi kebiasaan bagi Arya membawa wanit-wanita cantik juga seksi ke rumahnya hanya untuk menemani dirinya dalam semalam.

Para pekerjanya pun tidak bisa mengatakan apapun, mereka hanya bisa menutup mata dan telinga mereka sampai akhirnya mereka sudah benar-benar terbiasa akan hal tersebut.

Tapi tidak dengan Bibi Yumi. Bi Yumi adalah pekerja rumah tangga Arya yang paling tua, beliau sudah bekerja dengan keluarga Arya sejak Arya berumur 11 bulan. Selain mengerjakan pekerjaan rumah, Bi Yumi juga lah yang menjadi baby sitter Arya sampai-sampai Bi Yumi ataupun Arya menyayangi satu sama lain layaknya ibu dan anak.

Saat Arya memutuskan untuk pindah dari rumah orang tuanya, Bi Yumi adalah orang pertama yang Arya datangi lalu dia memohon untuk ikut bersamanya.

Kembali kepada topik sebelumnya, jika Bi Yumi sudah melihat ada wanita asing yang berkeliaran, Bi Yumi akan diam dan tidak akan menegur Arya. Sama seperti sekarang ini, Arya terus mengekori Bi Yumi sambil merengek kepadanya. Memohon untuk berhenti bersikap acuh kepada pria dewasa itu.

"Atu Bi... udah ih. Jangan gitu terus.."

"Bibi mah selalu gini.. iya tau Arya salah. Maafin Arya ya Bi.."

"Bi... Bi Yumi ayolah.."

"Bibi ayo dong.."

"Yaudah Arya mau mati aja kalau bi Yumi gamau maafin Arya" satu kalimat yang keluar dari mulutnya Arya, berhasil membuat Bi Yumi terdiam. Beliau juga langsung menatap Arya dengan tatapan yang datar dan dingin, lain dengan Arya yang malah menampilkan senyuman yang lebar sampai deretan giginya yang rapih itu terlihat.

"Ngomong apa kamu barusan?" Tanya Bi Yumi dingin.

"Arya mau mati aja kalau bi Yumi gamau maafin Ar- Aw! Aduh! Bibi sakit!" Ringis Arya yang malah mendapatkan pukulan di pantatnya dari Bi Yumi.

Masa bodoh dengan pekerja lain yang memperhatikan interaksi antara pengasuh dengan anak majikannya itu. Bi Yumi tetap memberikan pukulan bertubi-tubi kepada Arya.

"Kamu tu ya! Bandel tauga jadi anak?! Udah tau bibi paling gasuka kamu kaya gitu, terus aja dilakuin! Daripada kamu mati, mending bibi aja yang pergi!"

"Ih, Apaan?! Engga! Gaada! Pokonya bibi gaboleh pergi dari rumah ini!"

"Buat apa bibi ada di sini kalau omongan bibi aja gapernah kamu dengerin"

"Yaudah iya... Arya janji gaakan gitu lagi"

"Bibi aja udah muak denger kamu ngomong gitu. Sekarang kamu pergi, keluar sana! Bibi gamau liat muka kamu!"

"Bi.. bi Yumi!"

--

"Lesu amat muka lo, kenapasi? Gadapet jatah?" Tanya Fito, sahabat Arya.

"Gue nginep rumah lo ya To" bales Arya yang menghiraukan pertanyaan dari Fito barusan.

"Lah? Kenapa? Tumben amat.."

"Gue diusir sama bi Yumi" jawab Arya dengan nada bicara yang amat lesu.

"Hah?! Serius lo? Gile... Bi Yumi hebat banget! Seorang Nararya Adhi Julian, si pengusaha sukses juga terkenal diusir dari rumah besar miliknya sama pembantu sendiri! Gila, merinding gue"

"Bi Yumi bukan pembantu ya! Dia keluarga gue!"

"Iyaa deh anaknya Bi Yumi... Eh, tapi lo kenapa deh bisa diusir begitu?"

"Biasaaalah~"

Mendengar jawaban dari sahabatnya tersebut, Fito langsung saja melemparkan bantal kursi kepada Arya. Tentu saja Arya langsung menatap Fito tajam karena tidak terima dengan perlakuannya barusan.

"Apa lo? Mau protes ha?!" Karena Fito yang langsung menyentak, seketika nyali Arya langsung ciut, dan dia langsung beralih untuk memeluk bantal kursi yang baru saja dilempar oleh Fito.

"Gue dukung dan sangat mendukung lo di usir sama bi Yumi. Lagian lo aneh-aneh aja sih Ya jadi orang. Gausah jadi hyper gitu bisa ga sih? Kenapa ga sekalian aja noh sekertaris lo tuh, embat aja sekalian!"

"Gue akui kalau gue emang cowok paling brengsek yang pernah ada, tapi gue gaakan pernah gangguin cewek yang udah punya pasangan ya. Apalagi yang punya anak kaya Tere"

--

Setelah bermalam di kediamannya Fito, Arya langsung kembali pulang ke rumahnya. Karena dia tidak membawa apapun saat menginap di rumah Fito.

Sebelum dia benar-benar hendak bersih-bersih kemudian bersiap pergi ke kantor, dia terlebih dahulu menghampiri Bi Yumi dan kembali meminta maaf kepada beliau. Bahkan segala macam jurus dia lakukan untuk meluluhkan hatinya bi Yumi.

Voila!

Hasil kerja keras Arya untuk merayu bi Yumi membuahkan hasil, walaupun Arya harus berakhir dengan mendapatkan pukulan serta cubitan yang bertubi-tubi dari bi Yumi.

"Bi~ Arya mau minta dibikinin cream- soup." Seketika langkah kaki Arya langsung terhenti begitu dia mendapati seseorang tengah duduk di kursi makan sedang menyantap makanan yang sepertinya sudah disediakan oleh pekerjanya Arya.

Tampang Arya sebelumnya masih menunjukkan sisi lembut, langsung berganti menjadi datar dan terkesan dingin. Tanpa disadari Arya juga sudah mengepalkan tangannya seerat mungkin, dengan maksud untuk mengontrol emosinya supaya tidak meledak-ledak.

"Mau sampe kapan kamu berdiri di situ? Gamau duduk?" Ucap orang tersebut tanpa mengalihkan pandangannya untuk menatap Arya.

"Langsung to the point aja. Ayah ngapain ke sini?" Tanya Arya dingin.

"Kamu ini sama orang tua gaada sopan-sopannya ya. Ga denger kamu tadi ayah bilang apa?"

"Arya sibuk. Arya udah harus pergi ke kantor, kalau ada yang mau di omongin sampein aja ke Bi Yumi"

"Ayah mau nikah" satu kalimat yang keluar dari mulut ayah Arya membuat langkah kaki Arya yang hendak pergi langsung berhenti saat itu juga.

Arya berbalik menatap ayahnya yang sedang menatap dirinya lurus. Tidak menunjukkan ekspresi sama sekali, seakan kalau ucapannya yang barusan adalah sebuah ucapan biasa. Tidak berarti apa-apa.

"Terus? Arya harus gimana? Lagipula sejak kapan jadi suka bilang sama Arya kalau mau nikah? Biasanya juga ayah gapernah peduliin Arya bukan? Lebih baik seperti biasa aja, ayah jalanin hidup ayah, dan gausah peduliin Arya. Seperti biasanya"

"Calon ibu kamu pengen ketemu sama kamu. Kamu itu anak ayah satu-satunya, dan udah sewajarnya kalau ayah ngenalin kamu ke calon ibu kamu nanti" mendengar balasan dari ayahnya, Arya langsung tersenyum sinis.

"Apa? Apa ayah bilang? Ngenalin? Gasalah tu? Kemaren-kemaren ayah kemana aja ha? Apa ada ayah punya inisiatif kaya sekarang ini? Gaada kan? Atau jangan-jangan... calon ayah itu cuman caper doang lagi, aduh! Sayang banget yah.. gamempan banget buat Arya"

"Maksud kamu?"

"Gaperlu Arya jelasin juga ayah pasti tau. Ohiya, ayah perlu inget ini. Gaada yang namanya calon ibu di hidup Arya, ibu Arya cuman satu. Gaada yang bisa gantiin posisi bunda, siapapun itu"