Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 12 - Twelve

Chapter 12 - Twelve

"Pak Arya!"

Ketika Andrea memanggil nama dari klien 'VIP'nya itu, si pemilik nama sontak langsung menolehkan kepalanya. Seketika senyuman ramah pun mengembang di wajahnya tatkala dia melihat Andrea yang tengah menghampirinya.

"Mas Andrea.. apa kabar mas? Udah lama nih kita ga ketemu" sapa balik kliennya Andrea itu seraya mengajak Andrea untuk berjabat tangan.

"Bisa aja bapak ini, kita kan baru ketemu seminggu yang lalu"

"Ya.. seminggu tu lama lah mas" balasnya diikuti kekehan baik dari Andrea maupun dari kliennya Andrea.

Setelah basa-basi singkat itu, mereka berdua jadi membahas soal pekerjaan. Dan aku sudah menduga jika pembahasannya sudah mengarah ke pekerjaan, durasi selama mengobrolnya tentu saja akan sangat lama.

Aku sendiri tidak mengeluarkan suara sejak tadi, yang ku lakukan hanya diam sembari tersenyum sesekali jika ada orang yang papasan lewat tak sengaja matanya bertemu dengan mataku juga.

Telingaku pun tak luput untuk mendengarkan pembicaraan Andrea dan juga kliennya yang samgat tidak ku mengerti.

"Ohiya, ini saya sama mas Andrea keasikan ngibrol, jadinya mas Andrea ga sempet ngenalin mba yang di sebelahnya. Jadi, siapa nih mas? Pacarnya ya?" Ucapnya sambil melirik ke arahku, tak lupa dia juga menampilkan senyuman ramahnya kepadaku.

"Oh! Kenalin mas, namanya Valerie.. dia sahabat saya, bukan pacar mas"ucap Andrea yang memperkenalkan diriku kepada bapak Arya ini.

"Halo, nama saya Valerie"

"Saya Arya. Cukup panggil saya Arya aja, gausah pake embel-embel pak. Sebenernya mas Andrea tu udah sering banget saya minta jangan manggil pak, tapi dia malah ngeyel." balesnya yang berujung jadi curhat dadakan. Aku sendiri hanya menanggapinya dengan sebuah kekehan, bermaksud menghargai tmi dari Bapak- maksudku Arya.

"Kalau begitu panggil saya Valerie juga. Gausah pake mba"

"Boleh, siapa tau kita bisa jadi teman juga ya. Ngomong-ngomong Valerie malam ini sangat cantik sekali, saya kira kalian berdua pacaran. Karena terlihat serasi sekali"

"terima kasih atas pujiannya, tapi saya sama Andrea cuman bersahabat saja"

"Sama-sama.. ohiya, kamu kerja Val?

"Iya, kebetulan saya ngelola cafe"

"Pak Arya inget waktu kita meeting di kantor terakhir? Kopi yang waktu itu dibawa tu belinya di cafenya Valerie Pak" timpal Andrea yang secara tidak langsung mempromosikan cafe milikku.

"Ohya? Itu kopinya enak sekali, boleh kalau gitu nanti kapan-kapan saya mampir ya?"

"Boleh sekali, saya tunggu kedatangannya. Nama cafe saya V's Palace, cafe saya ga terlalu jauh dari tempat kerjanya Andrea"

"Oke, nanti saya mampir ya Valerie"

"Saya tunggu kedatangannya"

--

"Jadi klien VIP lo tu orang yang tadi?" Tanyaku setelah kita berdua menjauh dari Arya.

"Iya, dia keren banget Val. Masih seumuran kita, tapi udah jadi pengusaha sukses... diatu disegani banget"

"Tapi orangnya friendly ya Ndre, gue tu selama ini ngebayangin klien VIP lo itu orangnya angkuh, belagu, nyebelin, gila hormat, pokonya yang jelek-jelek lah"

"Kebanyakan nonton sinetron banget si lo"

"Bukannya orang yang kaya gitu juga beneran ada ya di dunia nyata?"

"Ya emang ada sih.. tapikan gasemuanya begitu. Omongan lo barusan tu ambigu tauga, kesannya tu jadi menyamaratakan kalau semua orang tu ya kaya gitu"

"Ambigu dari mananya sih, lo-nya aja yang pikirannya negatif mulu."

"Eh, tapi tadi gimana? Oke kan gue?"

"Oke banget! Makasih loh udah mau jadi marketing dadakan..."

"Itulah gunanya sahabat. Siapa tau nanti dia beneran mau mampir, eh tiba-tiba pengen inves! Kan lumayan Val. Lagian lo sama sekali gapunya investor kan?"

"Gausah lah pake investor gitu. Lagipula tanpa investor juga cafe gue tetep jalan, gue masih bisa ngegaji anak-anak, gue masih bisa kebeli mobil sama rumah walaupun belum lunas, dan gue juga masih bisa ngelunasin cicilan pinjaman gue di Bank. Sejahtera banget kan?"

"Ya gaada salahnya Val, siapa tau nanti lo bisa buka cabang gitu"

"Ngelola satu aja udah pusing, apalagi harus bercabang"

"Yeee... nolak rejeki banget si lo"

"Berisik ah! Mending cari makan, laper gue"

--

Tepat pukul 1 dini hari, Aku baru aja sampai di rumah. Tentu saja Andrea yang mengantar aku pulang sampai ke depan pintu, bukan pintu pager lagi.

"Sumpah da, manja banget si lo. Pake kudu dianter sampe depan rumah segala"

"Ya gapapa kali. Lagian ntar kalo misalkan pas gue turun dari mobil lo, gue tiba-tiba diculik gimana?"

"Pertanyaannya siapa yang mau nyulik lo? Begal juga kayanya kalo mau ngerampok lo mikir dua kali"

"Sembarangan lo!"

"Yaudah, ini udahlan? Masuk sana, gue mau balik cape banget" saut Andrea yang dibalas dengan anggukkan kepala olehku.

"Thanks ya Ndre"

"Gue yang makasih Val, lo berjasa banget sih tadi. Akhirnya gosip gosip miring tentang gue terpatahkan sudah gara-gara lo"

"Halah, cuman gitu doang. Udah sono balik"

"Yaudah, gue balik. Jangan lupa besok, gue jemput lo jam 8. Dan tidak ada penolakan! Lo udah janji ya Val nemenin gue spa"

"Iya bawel! Lagian besok cafe tutup ko. Gue sengaja ngeliburin"

"Nah! Gitu dong.... libur tu emang beneran pas weekend, bukan hari biasa"

"Iya iya... udah ah! Sana lo balik, ga jadi-jadi mulu daritadi"

"Iya ini beneran balik. Besok ya, bye Val!"

Setelah memastikan mobil Andrea sudah meninggalkan rumah, aku langsung saja masuk ke dalam rumah.

Tujuanku saat ini adalah kamar, karena badanku sudah sangat lelah, hampir satu hari full aku beraktivitas. Belum lagi selama di pesta kantornya Andrea, aku terus berdiri selama berjam-jam. Kaki-ku saat ini sudah sangat mati rasa, ini semua karena sepatu yang ku gunakan berupa heels setinggi 15cm.

Andrea sengaja memilihkannya untukku, karena tinggi dia yang memang menjulang sangat kontras sekali dengan tinggi badanku.

Sesampainya di kamar, aku langsung saja menjatuhkan diri ke atas kasur. Anggap saja aku berlebihan, tapi ketika aku merebahkan diri di atas kasur rasanya entah kenapa sangat nikmat sekali, keinginanku yang hendak membersihkan muka serta ganti baju pun jadi tertunda karena rasa nikmat yang sedang ku rasakan sekarang. tetapi, tiba-tiba dengan amat sangat tidak sopannya bel rumahku berbunyi.

"Argh! Ini jam 1 pagi astaga! Siapa sih yang namu jam segini?!"

Setelah bel rumah berbunyi untuk kedua kalinya, akupun akhirnya dengan sangat terpaksa beranjak dari kasur untuk menghampiri pintu depan.

Karena setelah ku pikir kembali, aku takut kalau yang bertamu itu tetangga depan rumahku yang memang kadang suka ikut menginap disini kalau kalau dia dikunciin sama orang tuanya gegara pulang terlalu malam.

"Alin... kamu dikunciin lag-i ya"

"Valerie, tolong ibu nak..."