Tangan Valerie terus bergerak, entah itu menepuk-nepuk pelan punggung ayahnya atau mengusap punggung ayahnya dengan sangat lembut.
Saat Valerie mengatakan keinginannya itu, ibu Yulia langsung menyanggupinya. Dan 30 menit setelahnya, terdengar suara mobil di depan rumah yang ternyata itu adalah ayahnya Valerie.
Saat beliau masuk ke dalam rumah, tidak ada yang dilakukan oleh ayahnya Valerie selain menangis lalu memeluk erat Valerie. Beliau menyalurkan rasa rindu yang amat terangat sangat kepada putri semata wayangnya yang sudah lama ditinggalkan olehnya.
Ibu Yulia dan Arya, hanya bisa tersenyum melihat pemandangan tersebut. Bahkan ibu Yulia terlihat beberapa kali menyeka air matanya karena terharu melihat interaksi antara suaminya dan juga anaknya.
Ayahnya Valerie melepaskan pelukan keduanya, dirinya menatap Valerie dalam. Tangannya terulur untuk mengusap lembut pipi anaknya, sementara Valerie mengulurkan tangannya untuk mengusap air mata ayahnya yang terus saja mengalir deras.
"Anak ayah cantik sekali..." ucap ayahnya Valerie, sontak kekehan keluar dari mulut Valerie saat mendengar pujian dari ayahnya.
Valerie benar-benar lupa kapan terakhir kali dirinya mendengar pujian seperti ini dari ayahnya tentu saja. Jangan pernah harap ibunya akan melontarkan pujian yang serupa kepada Valerie.
"Ayah gausah nangis lagi.. udah.." ujar Valerie sambil tersenyum lembut. Sementara ayahnya kembali memeluk Valerie erat, seolah-olah dirinya tidak mau melepaskan anaknya itu.
--
"Ayah minta maaf se dalam-dalamnya sama kamu Val, ayah minta maaf karena ayah malah ninggalin kamu pada saat itu. Ayah terlalu emosi sampai-sampai ayah hanya mikirin ego diri ayah sendiri yang berujung ninggalin kamu sendirian dengan perempuan itu" ujar Ayah Valerie dengan penuh penyesalan. Beliau juga terus menggenggam tangan Valerie dengan erat, tidak mau melepaskannya. Beliau ingin menyampaikan semua rasa penyesalannya kepada putrinya atas apa yang sudah dilakukan olehnya.
"Engga yah.. ayah jangan minta maaf. Justru harusnya Val yang minta maaf, karena setelah tadi Val denger dari tante Yulia.. Val ngerasa amat bersalah sama ayah.. Val terlalu acuh, padahal ayah disana terus berusaha cari-cari tentang Val.."
"Gapapa.. ayah mengerti, ayah mengerti kenapa kamu seperti itu. Justru yang ayah takutkan itu adalah kamu marah sama ayah Valerie, itu yang ayah takutkan" Sontak Valerie menggelengkan kepalanya, dirinya menatap mata ayahnya dan terlihat perasaan bersalah disana. "Val gapernah marah sama ayah.. Val juga suka kangen sama ayah, apalagi banyak banget yang Val laluin sendirian.. dan disitu Val suka ngerasa kangen sama ayah. Cuman, Val emang lebih pilih untuk mencoba realistis aja dan gamau berharap lebih. Karena udah cukup perempuan itu bikin Val sakit lahir batin.."
baik Valerie dan juga ayahnya, mereka berdua memiliki ketakutan dan juga keraguan yang sama. Keduanya sama-sama takut jika perasaan marah dan juga akan menghampiri mereka yang berujung saling membenci satu sama lain.
Namun, saat mereka berdua dipertemukan seperti ini dan mengeluarkan semua keluh kesah yang dirasakan selama bertahun-tahun, tidak ada lagi yang dapat ditunjukkan selain rasa bersyukur dan juga kelegaan.
"Makasih ya nak, kamu ga marah sama sekali sama ayah"
"Justru harusnya Val yang berterima kasih.. bahkan sama tante Yulia juga. Val seneng ayah bisa nemu orang yang tepat, ini emang pertemuan pertama Val sama tante Yulia, tapi Val bisa ngerasain kalo tante Yulia itu orang yang baik juga tulu" ujar Valerie sambil menolehkan kepalanya ke arah meja makan. Dimana disana ada tante Yulia dan juga Arya yang tengah asik berbincang.
"Iya, Yulia emang orang yang baik. Ayah juga bersyukur bisa ketemu sama dia. Kalau kamu tau, Yulia selalu penasaran sama kamu, dia selalu pengen ketemu sama kamu.. cuman karena emang dulu ayah bener-bener buntu, gatau harus cari kamu kemana" jelas ayahnya, membuat Valerie tak henti-hentinya untuk tersenyum.
"Anak ayah sama tante Yulia juga cantik.. aku pengen kenalan sama dia" ujar Valerie dan langsung mendapat respon yang sangat senang dari ayahnya. "Adik kamu itu sifatnya bener-bener mirip kamu Val, kalian percis banget. Clara juga pernah ayah ceritain soal kamu, dan dia juga sama.. dia penasaran sama muka cantik kakanya" jawab ayah Valerie dengan semangat.
Bisa Valerie rasakan jika keluarga baru ayahnya ini sangat membuat ayahnya gembira, mempunyai istri yang pengertian dan anak yang cantik adalah impan semua laki-laki, dan Valerie lega ayahnya bisa mendapatkan itu setelah merasakan kegagalan terlebih dahulu.
"Ohiya.. ayah ga penasaran gitu kenapa Val bisa tau rumah ayah?" Tanya Valerie.
"Ohiya.. kamu tau rumah ayah dari mana?"
"Tau sendiri.. karena Valerie pun tinggal di daerah sini juga ayah... rumah Valerie sama ayah cuman beda satu blok" ayahnya saat ini benar-benar tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Jika menurut orang awam mungkin reaksi yang diberikan oleh ayahnya Valerie cenderung berlebihan, tapi ekspresi keterkejutannya ini memang sangat alami.
"Kamu serius?"
"Dua rius yah.. malah Val liat waktu pas truk pindahan di depan rumah ayah.. cuman emang Val gangeliat ayah aja, dan waktu pas ayah bagi-bagi bingkisan, Ayah udah pernah kerumah Val. Cuman waktu itu yang nerimanya bukan Val, tapi temen Val" jelas Valerie yang masih tersenyum.
"Oh.. jangan-jangan.." sejenak ayahnya Valerie terdiam, beliau seakan mengingat-ingat sesuatu, "tapi kayanya ayah lupa" lanjut beliau lagi mengundang tawa dari keduanya.
"Ayah bangga sama kamu nak.. kamu udah bisa punya rumah. Ayah juga tau kamu buka cafe, tapi ayah gatau cafe kamu dimana.. nanti ajak ayah kesana ya"
"Iya yah.. kebetulan Val sekarang tinggalnya ga sendiri. Om Farhan sama keluarganya tinggal bareng sama Val, terus om Farhan juga kerja sama Val"
"Ohya? ya ampun.. ayah udah lama gaketemu sama om kamu itu, ayo kita kerumah kamu. Ajak om sama tante kamu makan malam di sini, kita kumpul sama-sama"
"Mama, Clara pu-lang... kamu kakak aku ya?"
--
"Kamu yakin mau pulang aja? Ga ikut makan malem?" Tanya Valerie kepada Arya.
"Yakin.. lagipula tugas saya udah selesai. Sekarang saatnya kamu menghabiskan waktu sama keluarga kamu sendiri.." ujar Arya sambil tersenyum lembut. "Hahh~ saya jadi kangen sama ibu saya, kayanya saya mau ke rumah ibu saya dari sini" sambung Arya lagi.
"Yakin? Bukannya kamu bilang rumah ibu kamu ada di luar kota?"
"Val.. namanya juga orang tua, mau sejauh apapun jaraknya pasti bakal saya samperin. Harusnya kamu beruntung, rumah kamu sama ayah kamu ga sejauh itu.. masih bisa jalan kaki, gaperlu naik kendaraan dan ngabisin waktu cukup lama"
"Iyaa iyaaa..." bales Valerie sambil terkekeh.
"Eum, Arya..."
"Kenapa?"
"Makasih ya.. kalau bukan karena kamu kayanya saya belum tentu bisa ada di rumah ini" senyuman kembali mengembang di wajah tampan Arya, tangannya pun terulur untuk menepuk-nepuk bahunya Valerie pelan. "Sama-sama, lagipula itu gunanya teman bukan?"