Suara ketukan dari balik pintu kamar Arya terdengar. Arya yang tengah sibuk membaca beberapa email yang masuk langsung beranjak dari duduknya kemudian menghampiri pintu dan dibuka olehnya.
"Malam mas Arya, yang lain sudah menunggu di meja makan" ujar salah satu pekerja di rumah ayahnya Arya.
"Oh iya. Nanti saya turun, makasih mba" bales Arya kemudian dia menutup kembali pintu kamarnya.
Arya berbalik, dirinya menatap kasur miliknya yang kini sedang ditiduri oleh Valerie. Dirinya sempat bilang merasa lelah karena kemarin terlalu sibuk di cafe sehingga badannya merasa pegal, maka dari itu Arya pun menyuruh Valerie untuk tidur sebentar.
"Val.." panggil Arya yang kini sudah berada di samping Valerie sambil mengguncangkan bahunya pelan.
Tidak butuh waktu lama untuk membangunkannya, Valerie sudah terbangun bahkan dirinya langsung membuka matanya seolah-olah nyawanya sudah terkumpul.
"Kamu beneran tidur atau engga?" Tanya Arya sambil terkekeh, karena dirinya baru pertama kali melihat orang baru bangun tidur seperti itu.
"Tidur, tapi badan saya tu suka ngerti. Kalau saya lagi tidur di tempat orang pasti gampang dibangunin" jawab Valerie dengan nada khas orang yang baru bangun tidur.
"Yaudah, sekarang mending cuci muka gih.. kita udah ditunggu"
--
Perasaan gugup yang sempat menghilang kini datang lagi, Valerie terus menggenggam erat tangan Arya. Bisa Arya rasakan jika tangan Valerie saat ini sudah sangat dingin dan juga basah, Arya hanya tersenyum saat dirinya dapat merasakan kegugupan yang dilanda Valerie saat ini.
Mereka berdua jalan beriringan menuju ruang makan yang ternyata jaraknya lumayan jauh. Sebegitu sampai, yang pertama kali sadar akan kedatangan keduanya adalah Anya. Dirinya dengan spontan berteriak dengan sangat girang saat melihat Valerie, "KA VAL!" Anya berlari menghampiri Valerie lalu memeluknya dengan sangat erat. Dirinya saat ini benar-benar rindu dengan Valerie.
Sementara itu, saat Anya berteriak memanggil nama Valerie, otomatis tiga orang sisa yang berada di meja makan langsung menolehkan kepala.
Dan seperti yang sudah Valerie dan Arya duga kalau Alana dan juga pak Heri sama-sama terkejut melihat keberadaan Valerie di rumah ini.
Arya sendiri beberapa saat sempat berkontak mata dengan mereka berdua, dan dirinya hanya membalas dengan senyuman sinis. Sementara itu, apabila pak Heri masih dengan tatapan terkejut, lain halnya dengan Alana. Saat sorot matanya bertemu dengan mata Arya, dengan sangat cepat ekspresi Alana berubah menjadi datar. Sorot matanya pun menjadi sangat tajam, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan perasaan marah dan kesalnya saat ini.
Valerie juga melihat itu, namun dirinya sebisa mungkin menghindari kontak mata dengan mereka. Dalam hati Valerie sangat berterima kasih kepada Anya karena sudah membantu dirinya untuk teralihkan dari Alana dan juga pak Heri.
"Ka Val kemana aja sih?! Akutu kangen tau sama kakak!" Ucap Anya saat pelukan mereka sudah terlepas.
"Maaf ya Nya.. kakak lagi sibuk akhir-akhir ini" bales Valerie yang tentu saja terselip kebohonga disana.
"Tapi kakak sering ketemu sama ka Arya.. ka Arya curang! Kenapa ga ngajak Anya?" Rajuk Anya kepada Arya. Tangan Arya pun terulur untung mengusak rambut adik kecilnya itu dengan gemas, "kakak juga jarang ko ketemunya.. kita berdua kan sama-sama sibuk Nya"
"Ekhem!" Sebuah deheman mengintrupsi mereka bertiga, dan juga pak Heri yang terkejut serta mamanya Anya yang merasa kebingungan.
Deheman tersebut berasal dari Alana, dirinya terlalu jengah melihat kedekatan Anya dan juga Arya dengan Valerie. "Bukannya ini waktunya makan? Reuniannya bisa nanti kan?" Ujar Alana dengan nada yang sangat ketus, dirinya bahkan menatap Valerie dengan sangat tajam.
Pak Heri yang sedari tadi hanya terdiam pun kini sudah kembali ke kenyataan, beliau hanya memberi gestur kepada Arya untuk menyuruhnya segera duduk.
Arya pun kembali mengenggam tangan Valerie, dan menggiringnya untuk duduk di sebelah Arya, sementara Anya kembali duduk di tempatnya semula.
"Ayah, bukannya ayah bilang ini makan malam kelurga ya? Kenapa ada orang lain yang ikut-ikutan?" Ucap Alana, menyindir Valerie.
"Gue yang ngundang dia, jadiya terserah gue lah"
"Kenapa kamu gabilang sama ayah? Emang yang bikin acara makan malam ini kamu? Kan bukan!"
"Emang urusannya sama lo apa? Lo merasa terganggu gitu? Perasaan gue gaada ngusik lo sama sekali, Anya aja keliatan biasa-biasa. Malah dia seneng"
"Ya itu Anya kan, bukan-"
"Cukup!" Satu sentakan yang keluar dari mulut pak Heri langsung menghentikan Alana dan Arya.
"Jadi.. Arya, ini siapa?" Sambung mamanya Anya mengalihkan, sambil matanya mengarah kepada Valerie.
"Eum, perkenalkan sebelumnya om, tante.. saya Valerie"
"Pacarnya Arya"
Sontak ucapan Arya barusan membuat pak Heri dan juga Alana tersedak secara bersamaan, sementara itu Anya menutup mulutnya tidak percaya, dirinya benar-benar tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya saat ini.
"Aduh.. ini Arya suka banget bikin kejutan ya, sampe-sampe pada batuk-batuk gini" ucap mamahnya Anya sambil terkekeh canggung.
Valerie dan juga Arya pun keduanya hanya saling tatap, tetapi Arya langsung menganggukkan kepalanya sambil tersenyum lembut, sementara di bawahnya tangan Arya juga sudah menggenggam kembali tangan Valerie.
"Bukannya kalian itu cuman temen? Kenapa sekarang tiba-tiba jadi pacaran?" Cerca Alana kepada keduanya, tapi matanya lebih terpaku kepada Valerie.
"Ka Alana apaansih, emangnya kenapa deh? Lagian juga semuanya tu berawal dari temenan kan?"
"Diem kamu Nya!"
"Lo gausah bentak-bentak Anya! Lagian Anya bener ko, gue sama Valerie emang temenan. Dan apa salah kalau kita pengen lebih serius? Salah kalau gue suka sama dia? Dan tolong ya, ini gaada urusannya sama lo!"
"Jelas ada! Kamu sendiri kan yang emang gapernah mau serius sama perempuan, kenapa jadi tiba-tiba ga konsisten kaya gitu? Lagipula dulu kamu pedulinya sama siapa? Inget itu Arya!"
Brak
"Gausah bawa-bawa masa lalu!" Sentak Arya yang kini sudah sampai menggebrak meja, bahkan Valerie pun sampai tersentak karena dia duduk di sebelah Arya dan gebrakan tersebut cukup keras.
"Kenapa? Lo takut kalo-"
"Kalian ini bisa DIAM TIDAK?!"
--
Suasana meja makan saat ini terlalu canggung, karena pak Heri yang notabene adalah ayahnya Arya terus larut dalam keheningan, entah karena kehadiran Valerie disini yang diperkenalkan Arya sebagai kekasihnya atau karena pertengkaran antara Arya dan juga Alana.
Alhasil semua memilih untuk diam dan menikmati santap makan malamnya. Kecuali Arya dan juga Anya. Mereka berdua tidak peduli dengan atmosfir canggung yang diciptakan oleh ayah mereka, justru yang dilakukan oleh dua kakak beradik itu hanya saling tatap sambil melempar senyum satu sama lain, bahkan sesekali mereka tertawa diam.
Valerie melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan Arya yang bisa se santai itu setelah apa yang terjadi beberapa waktu sebelumnya membuat hati Valerie cukup dag dig dug. Valerie juga sama sekali tidak menduga pertengkaran tersebut akan terjadi begitu saja, dan sentakan yang keluar dari mulut pak Heri juga sama membuatnya terkejut.
"Arya" panggil pak Heri setelah dirinya diam cukup lama.
"Apa?"
"Habis makan, ke ruang kerja ayah"