Chereads / Tirai Malam yang Tersingkap / Chapter 3 - Witch Hunt, Second Night

Chapter 3 - Witch Hunt, Second Night

Aku bangun pukul 08.00. Ini adalah rekor terburuk milikku dalam urusan bangun pagi, ku pikir aku harus mulai merapikan jam tidurku. Aku pun membersihkan mulutku dan mencuci mukaku, kemudian bekerja dengan catatan dan juga beberapa temuanku tentang desa ini.

Sebagai penanda, desa ini adalah desa yang cukup bagus walaupun beberapa misteri masih membuatku penasaran seperti blok perumahan yang ditinggalkan tanpa dihancurkan, hanya ditinggalkan begitu saja. Itu masih sangat membuatku penasaran dan benar-benar ingin menyelidikinya, apalagi keterangan yang diberikan oleh Naomi yang terkesan setengah-setengah, juga Amelia yang juga menyembunyikan sebuah rahasia tentang desa dan juga menyimpan rahasia tentang Naomi.

Nampaknya sebuah jaring-jaring tipis itu saling berkaitan, namun aku tidak begitu mengetahuinya dengan pasti.

Jika jaring-jaring tipis itu adalah jaring laba-laba bisa saja aku terjebak ke dalamnya dan menjadi santapan besar dari laba-laba yang membuat jaring-jaring itu, itu benar-benar menakutkan. Aku tak ingin berasumsi demikian, tetapi hal itu bisa saja terjadi.

Melihat keanehan para penduduk pada jam 22.00 malam juga membuatku sedikit bertanya-tanya, "kenapa mereka sangat mematuhi peraturan tak tertulis itu?" aku selalu penasaran dengan itu. Hal-hal semacam itu sangat jarang terjadi, di peradaban yang lebih modern mereka akan melanggarnya tanpa rasa bersalah karena mereka percaya itu adalah mitos, tapi di abad 23 menemukan sesuatu seperti ini benar-benar membuatku terkesan.

"Semenjak kapan mitos itu mulai berkembang dan membuat lingkungan yang besar ini? Mungkinkah ada ritual sihir tak jauh dari desa ini? Tapi aku tak bisa menyelidikinya ketika siang, mungkin malam adalah waktu ideal untukku melakukan penyelidikan."

Aku pikir aku masih berada di permukaan dari fakta-fakta yang lebih dalam.

Jika aku memiliki waktu lebih luas, mungkin aku dapat mengetahui tentang rahasia malam setelah pukul 22.00 malam. Lagipula malam ini aku juga harus bertemu dengan Naomi, mungkin akan lebih baik bertanya pada Amelia tentang desa ini lebih detail tentang mitos jam 22.00 malam lebih dulu.

Aku pun membereskan alat tulisku, hasil dari penelitianku berhasil aku akhiri dengan sebuah pertanyaan besar, "Apa mitos itu dan kenapa penduduk sangat mematuhinya?"

Aku pun beranjak dari tempat duduk dan pergi ke tempat dimana makanan disediakan.

Aku berjalan di koridor dan sekaligus berkeliling, nampaknya pemilik penginapan ini memiliki selera yang bagus soal arsitektur. Aku terkesan dengan gaya bangunan ketika ada di dalamnya. Berbeda dengan suasana di luar dan lobi utama, ketika kau masuk ke lingkungan dalam kau akan mendapatkan pemandangan yang jauh berbeda dibandingkan luar penginapan. Namun ketika malam beberapa tempat malah seperti tempat pemujaan dan angker.

Selera pemilik cukup aneh. Ku rasa...

Tapi aku jarang menemukan pelanggan penginapan, mungkin aku akan menanyakannya di tempat makan bersama dengan Amelia. Lagipula sejak pertama kali aku datang ke tempat ini, hanya dua orang yang aku ajak bicara yakni Amelia dan Naomi. Selebihnya aku hanya menyapa pendek dan memberikan senyum, aku pikir akan sedikit aneh bila tempat ini ramai sekali. Karena pesona desa yang menurutku terkesan horor, akan saling bertolak belakang jika penginapan ini ramai akan pengunjung dan wisatawan mondar-mandir kesana kemari.

Juga apa yang dipikirkan pemilik penginapan mendirikan penginapan ini jika tak ada daya tarik wisata dari tempat ini?

"Arggh... pusing. Berpikir tentang ini dan itu membuatku benar-benar sakit kepala."

Ketika aku telah merasakan kebingungan dan buntu, akhirnya aku pun memutuskan untuk segera ke ruang makan. Siapa tahu aku dapat merangkai petunjuk-petunjuk itu.

Aku langkahkan kakiku menuju tempat makan lebih cepat dan sampai disana. Tak ada siapapun, tetapi hidangan disiapkan dengan sangat rapi dan indah. Aku menyukai cara penginapan ini melayani pelanggan mereka.

Lauk hari ini cukup bersahabat. Aku melihat sajian sayur asem dan rendang di sana, karena aku adalah orang yang simpel. Aku langsung mengambilnya tanpa basa-basi.

Kemudian aku duduk di tempat yang telah disediakan di tempat itu juga, aku pun mulai melahapnya secara perlahan sembari merasakan kenikmatan rasa pada setiap gigitannya. Yah, ini adalah ciri khas dari negara ini. Apa yang ada di dalamnya memang memiliki rasa yang kuat dan sedikit pedas, itulah yang sering dikatakan oleh para foreigner ketika mencicipi makanan negara ini.

Aku pun menghabiskan makananku dengan cepat. Tak lama setelah itu Amelia datang ke ruangan dimana aku berada.

Amelia menyapaku.

"Hai tuan, bagaimana makanannya? Enak bukan? Akulah yang menyiapkan semuanya."

"Hm, hebat... kau benar-benar hebat. Kau benar-benar pengurus penginapan yang serba bisa ya... jika aku diberi kesempatan mungkin aku ingin mempekerjakan seseorang seperti dirimu... ah tidak mungkin pembantu... tapi tidak tepat disebut pembantu. Bagaimana jika menjadi istriku?"

"Maaf tuan, aku tidak cocok untuk peran seperti istri atau pembantu rumah tangga. Itu akan sangat menyiksaku, tapi untuk masa trial mungkin akan aku beri diskon pada tuan 20% dari gaji utamaku."

"Hm, yah kau memang tidak salah untuk yang satu itu. Jadi aku ingin bertanya tentang sesuatu padamu."

"Tentang apa tuan?"

"Tentu saja tentang batasan aktivitas malam pada jam 22.00 malam, memangnya ada apa di malam hari?"

"Apakah tuan benar-benar ingin mengetahuinya?"

"Tentu saja, karena ini adalah bagian dari pekerjaanku."

Dirinya diam beberapa saat dan memberikan nada sedikit kecewa dan akhirnya berniat untuk mengatakannya.

"...Baiklah."

Dia kemudian mengambil tempat duduk yang berada di dekatku dan menata dirinya, dan mulai bercerita.

"Ini mungkin kisah lama yang diwariskan secara turun temurun pada keluarga kami, lebih tepatnya seluruh keluarga disini mewariskan cerita ini pada anak-anak mereka sebagai tradisi. Bahwa ada tempat tersembunyi dibalik kabut dan perbukitan yang saling menyambung di bagian terdalam desa yang terlarang..."

Benar sekali, bisa dikatakan bahwa desa ini dikelilingi oleh bukit dan kabut yang cukup tebal, aku kira itu tidak normal tapi nyatanya itu adalah hal biasa.

Tapi karena pengaruh kabut yang tebal membuat kesimpulan awal tentang orang-orang yang baru datang bahwa hanya ada beberapa bukit di desa ini... aku mendengarkannya kembali.

"...di masa lalu ada sebuah ritual yang tak seharusnya dilihat oleh kepala desa. Malam ritual para dukun untuk melakukan kontrak pada iblis dengan mengorbankan manusia hidup. Kepala desa yang ketika itu berkeliling penasaran dengan suara gemuruh, ia pun pergi ke bukit ini dan melihat semuanya, para dukun dan korban dari ritual itu. Dirinya melihat seluruhnya, pada keesokan harinya kepala desa mengumpulkan penduduk yang berjumlah 100 orang, karena waktu itu desa baru berdiri dan tak banyak penduduk di tempat ini..."

Walpurgisnacht… begitulah kami menyebutnya, ritual sihir yang berbahaya menurut buku yang aku baca di perpustakaan. Para penyihir akan melukis lingkaran sihir dan meletakkan korban mereka di tengah-tengah lingkaran magis yang mereka buat. Kemudian para penyihir akan menari dan mengelilingi korban dengan nyanyian dan juga pujaan dengan bahasa khusus yang tak dapat dipahami. Sangat menarik jika pada saat itu ada beberapa penyihir berhasil melakukan ritual kontrak itu.

"...kepala desa yang mengumpulkan seluruh warga, dan memberi maklumat bahwa ada pengkhianat di antara penduduk desa. Pak Kades kemudian memberikan pertanyaan untuk mengenali kerabatnya masing-masing dan seseorang berkata pada Pak Kades. Dia merasa bahwa tetangganya hilang tadi malam, dan sekarang ia tak melihatnya. Pak Kades kemudian memanggil beberapa perempuan ke tempat dirinya berdiri. Mereka ada empat orang yang berumur 20 tahun-an, menurut beberapa orang mereka berasal dari kota dan tinggal di desa karena biaya hidup yang terjangkau. Ketika mereka telah berada di atas panggung, tiba-tiba ada beberapa orang dari belakang yang mengikat tangan mereka dan kaki mereka... kemudian Pak Kades menjelaskan apa yang ia temukan ketika malam hari dan mereka berempat adalah orang yang bertanggung jawab atas menghilangnya penduduk..."

Cukup klise, tapi aku mendengarkan ceritanya sampai akhir. Namun aku menebaknya jika tak ada akhir yang baik, apakah ini yang dinamakan Witch Hunt?... Hm, sejarah yang seharusnya ada di tempat yang jauh sana kenapa muncul di tempat ini. Apakah ada sesuatu yang membuat kejadian serupa terjadi di tempat yang berbeda?

"...kemudian seorang misterius datang dengan membawa kayu balok dan kapak. Kepala Desa memaki mereka berempat, mereka yang hanya memandangi kepala desa dengan tatapan tajam. Makian kepala desa membuat masyarakat terkesan dan mengikuti perkataannya, situasi ketika itu benar-benar tidak terkendali. Kemudian pak kades memukul mereka dengan alat pemukul tadi di punggung mereka satu persatu. Setelah dirasa mereka telah lemas tak berdaya mereka berempat dilemparkan pada kerumunan dan mereka mulai menghakimi mereka, menyobek pakaian mereka hingga tak bersisa dan membuat tubuh mereka lebam tak berdaya."

Tidak. Itu perbuatan yang sangat menyedihkan apakah mereka benar-benar manusia? Aku tahu, di masa lalu tidak seperti saat ini. Daripada aku berkesimpulan sendiri seperti ini lebih baik aku mendengarkannya saja.

"...penduduk laki-laki ada memperkosa mereka berempat. Namun secara mengejutkan laki-laki yang memperkosa mereka pun menggaruk leher mereka dan juga lengan mereka hingga kulit mereka terkelupas, kemudian muncul serangga-serangga menjijikkan dari lubang-lubang mereka, mulut, hidung, dan telinga tak terkecuali dubur mereka. Situasi ketika itu benar-benar kacau, para penyihir berniat untuk menghabisi seluruh penduduk dengan sihir mereka. Pak Kades yang melihat kepanikan warga pun dengan sigap mengambil kapak dan menghampiri salah satu dukun yang tak berdaya, lantas Pak Kades mengayunkannya dan mendaratkan mata kapak itu tepat di tengkuk dukun itu. Para dukun yang masih sadar pun merangkak dan mencoba menjauh dari Pak Kades, tapi nyatanya berbeda. Pak Kades memenggal mereka satu persatu, hingga tiba giliran dukun terakhir yang sebelum kematiannya, Pak Kades membuatnya mengatakan kata-kata kutukan yang benar-benar terasa hingga saat ini."

"Huh, cerita yang cukup menyedihkan... kejadian yang benar-benar tidak manusiawi dan benar-benar di luar perkiraanku. Jika dilihat dari kisah ini, hal yang gelap baru saja kau katakan dengan normal. Mengetahui tentang para penyihir atau dukun itu, menurutmu siapa yang salah dari kedua belah pihak Amelia?"

"Aku tak dapat menilai mereka dengan kaca mataku saat ini, aku menganggap kisah itu sebagai bagian terdalam dari desa ini dan itu tak boleh dilupakan, itu harus tetap terwariskan walaupun anak cucu kita tak lagi tinggal di tempat ini. Setelah peristiwa itu, kami hanya tahu bahwa desa sering diselimuti kabut dan gerimis tipis. Sinar matahari seakan-akan enggan masuk ke tempat ini. Kemudian menyusul setelah itu kemunculan siluman anjing yang besar dan penuh dengan bulu dia mengaum keras dan membuat kami ketakutan... hanya siluman anjing itu yang benar-benar membuat penduduk desa ketakutan, kami menduga itu adalah kutukannya."

Ah, dia mengatakannya… jadi itukah yang membuat jam malam di desa ini? Werewolf juga ada di tempat ini? Bukankah desa ini sedikit melenceng dari mitos-mitos asia sepenuhnya, pasti ada sesuatu dari tempat ini. Ya, aku harus tahu tentang kenapa mitos Eropa dan Amerika bisa ada di tempat ini?

"Huh, jadi begitu… apakah itu yang membuat pembatasan aktivitas pada jam sepuluh malam?"

"Ya, bisa dibilang secara tidak langsung itu adalah penyebabnya."

"Hm... aku mengerti kenapa dengan tempat ini sekarang. Baiklah terima kasih telah menceritakannya padaku, tapi mungkin aku akan menyampaikannya dengan beberapa perubahan. Karena aku mencemaskan keadaan kalian dan kenyamanan kalian jika ada banyak orang asing yang ada di tempat ini."

"Tuan, apakah anda ingin tahu tentang perstiwa tiga tahun lalu? Aku mungkin sedikit mengetahuinya... namun aku ingin menceritakannya lewat cara lain..."

Eh... dia ingin menceritakan peristiwa tiga tahun lalu?

K-kenapa? Ada apa sebenarnya?

Apakah ada sesuatu yang ignin dia uji padaku?

"Tuan, tuan... haloo?"

"Ah, eh maaf. Baiklah, aku akan menunggu ceritamu. Jadi katakan juga kenapa kau tak menyampaikannya sekaligus."

"Baiklah, tapi jangan kaget ataupun heran dengan cerita yang ini."

"... Tentu, aku akan mempersiapkan segalanya."

Ini akan jadi hal yang menarik.

Begitulah pikirku, tapi aku bertanya-tanya dalam perjalananku keluar dari tempat itu. Apa yang dia maksud dengan kaget dengan cerita ini?

Aku harap ini adalah sebuah hal yang normal.

Aku kembali ke kamarku dan melihat pemandangan, jika kemaren aku berangkan keluar dari penginapan pada tujuh malam kali ini aku ingin mencobanya untuk pergi lebih awal.

Pukul 17.00,

Aku mulai berangkat ke tempat tujuanku, belum ada kabar apapun dari Amelia. Bahkan dia tak ada di lobi utama tempat biasanya dia menunggu orang.

Jadi aku bergerak cepat keluar dari kompleks penginapan, jadi aku setengah berlari. Jalanan agak ramai di luar, beberapa anak muda berjalan bebarengan.

Aku dengan cepat bergerak untuk mencapai batas antara desa yang berpenghuni dan yang ditinggalkan.

Ketika aku ingin bergerak melompatinya, tiba-tiba seorang nenek mencegahku untuk pergi ke daerah yang ditinggalkan.

"Nak, jangan kau lewati tempat itu. Tempat itu adalah masa lalu dari desa ini, jika kau pergi kesana... tak ada jaminan kau bisa kembali kemari."

"Huh... apa yang nenek maksud dengan tak dapat kembali?"

"Tentu saja kau akan terjebak disana selamanya."

"Huh, baiklah nek. Terima kasih karena telah memberitahuku tentang itu."

"Selamat tinggal nak, semoga hari-harimu di tempat ini bahagia."

Nenek itu kemudian menghilang dibalik lebatnya rerumputan yang menutupi pemandangan buruk dari tempat yang ditinggalkan.

Aku berhenti untuk melanjutkan penelitian dan memutuskan untuk pergi dari tempat itu.

Dengan cepat aku pergi ke tempat lain dan memberikan beberapa tanda untukku kembali di beberapa tempat tertentu melihat bahwa kabut di malam ini cukup tebal, aku berniat untuk bepergian ke beberapa sudut desa yang sedikit lebih jauh.

Beruntung bahwa aku di perjalanan mala mini membawa sebua senter.

Namun ini terlihat percuma, tak banyak membantu.

Kabut ini benar-benar membuatku terganggu dan aku kembali ke tempat semula dimana aku awalnya mengawali malam ini. Palang pemisah antara desa yang berpenghuni dan yang tak berpenghuni. Namun secara perlahan kabut yang tebal menipis dan benar-benar membuatku sedikit kecewa, ku pikir ini berkaitan dengan pekerjaanku dan juga niatanku untuk eksplorasi lebih jauh.

Alih-alih memindahkanku ke tempat lain seperti mitos-mitos perjalanan di negara ini, mungkin mereka mencegahku untuk memasuki daerah yang lebih dalam.

Daripada berpikir yang tidak-tidak, aku pun akhirnya kembali ke keramaian. Waktu tanpa terasa telah terlewat dua jam. Jadi tinggal tersisa beberapa menit lagi sampai semuanya benar-benar sepi.

Walaupun aku telah mendengarkan mitos itu secara langsung dari penduduk disini, aku tak yakin dengan cerita itu sepenunya.

Walaupun ada beberapa kebenaran tentang beberapa peristiwa yang terjadi ketika itu. Aku tetap tak dapat memperdebatkan pikiranku padanya, aku putuskan untuk menyimpannya sampai sekarang, atau bisa dibilang jika aku akan mengatakannya pada Amelia ketika waktunya benar-benar tepat.

Jadi untuk saat ini itu akan aku sembunyikan, ketika bukti itu benar-benar kuat.

Aku akan mengatakannya bahwa itu semua adalah dusta!

Tapi sekarang lebih baik aku lekas bertemu dengan Naomi di jembatan itu.

Aku ingin mendengarkan ceritanya sedikit lebih banyak dari kemaren. Aku merindukan suaranya, tawa kecilnya, dan juga pakaiannya yang mencerminkan seorang wanita yang berada.

Aku lekas berjalan menuju ke jembatan tua itu, dan tak melihat siapapun.

Aku sedikit kecewa malam ini, selain karena tak mendapatkan izin untuk mengeksplorasi dan sekarang tak ada Naomi untuk mengobati kekecewaanku malam ini.

Aku hanya tertunduk lesu tak mendapatkan hasil positif malam ini, hanya mencatatkan tentang kabut tebal yang menyelimuti desa dan seorang nenek yang mengawasiku agar tak masuk ke dalam bagian desa yang tertinggal.

Tetapi ketika aku ingin meneruskan perjalanan untuk pulang ke penginapan, aku mendengar dari suara telinga kananku dari belakangku.

"Lama menungguku?"

Suara lirih itu, nada bicara yang sama itu… tak salah lagi, dia adalah gadis jembatan yang aku tunggu saat ini. Seketika wajahku tersentak. Terkejut karenanya.

"N-Naomi, kau kah itu? A-aku sungguh tidak mengerti kenapa kau terlambat malam ini?"

"Tidak, aku tidak terlambat. Aku selalu datang ke tempat ini pada saat ini, seperti biasa. Justru aku yang terkejut melihatmu dari kejauhan telah ada disini. Tapi kenapa kau tertunduk lesu begitu? Apakah kau ada masalah?"

Naomi berjalan di sampingku setelah kami saling bertukar kata beberapa kali tanpa saling berhadapan.

Aku kemudian dapat melihatnya dengan jelas, dia semakin cantik malam ini. Apakah ini karena pengaruh bulan yang memberikan halo pada kita malam ini? Tapi mungkin bukan karena itu, karena letak bulan tidak begitu terlihat karena awan yang melayang di atas.

Dia pun berdiri di pinggir jembatan yang sedikit lebih tinggi dari jalan yang ada di atas jembatannya, bak bagai di atas panggung dia berpegang pada gagang jembatan yang ad sepanjang jembatan ini ada.

Dirinya bersiap-siap untuk berbicara.

"Baiklah, sepertinya hari ini tidak nampak bagus… seperti kataku barusan, aku menyadarinya sama seperti wajahmu yang terlihat muram ketika gagal melakukan sesuatu malam ini… kenapa Nashiki?"

"Tidak, aku hanya berusaha melihat lebih dalam ke dalam desa, tapi sepertinya aku menyentuh sesuatu dan membuat kabut tebal aktif kembali selama aku meneruskan perjalananku. Tapi aku memutuskan untuk kembali karena aku khawatir kabut akan menelanku dan kehilangan kesempatanku bertemu denganmu."

"Ha? Hahaha, kau benar-benar mengejutkanku. Bagaimana kau menyepelekan tugasmu untuk meneliti desa ini, hanya untuk meneliti tentang masa laluku? Tidak, Nashiki… kau tidak bisa jadi orang seburuk itu."

"Ah maafkan aku, ini tidak seperti itu. Aku tidak menganggapmu sebagai tempat penelitianku, hanya saja menghibur diriku dengan mengobrol bersama seperti ini membuat diriku sedikit lebih tenang di desa ini. Walaupun ada beberapa mitos yang mengerikan setelah jam 22.00 yang menurutku lumayan mengerikan. Tapi aku belum sepenuhnya mendengarkan tentang isi dari kutukan itu, menurutmu bagaimana tentang mitos di desa ini Naomi?"

"Menurutku tak ada yang benar-benar bisa dipercaya, tetapi ada beberapa hal yang benar-benar terjadi dan tidak terjadi, ada hal yang dibuka terang-terang dan ditutupi sebagian. Apakah dari kisah mitos yang diceritakan padamu sedikit memiliki kekurangan?"

"Hm, dari pikiranku menganggap bahwa ada beberapa hal yang kurang dalam kisa mitos itu, tapi hal menarik dari mitos adalah apa yang tidak masuk akal dari kisah mitos itu."

"Baiklah, mitos akan selamanya seperti itu. Baik dibuktikan ataupun tidak, akan selalu ada orang yang percaya dan tidak padanya. Hal menarik dari sebuah mitos yang ada pada suatu daerah adalah beberapa cerita rakyat yang berkembang dan kasus korban dan kematian dari mitos tersebut. Semakin banyak, maka mitos akan semakin kuat, energi magis yang terambil darinya akan semakin kuat juga. Karena menurutku sihir dan mitos memiliki hubungan, sihir harus memiliki dasar, dan dasarnya yang paling kuat untuk menghasilkan sihir adalah mitos. Semakin dalam dan misterius sebuah mitos yang ada semakin kuat juga sihir yang dihasilkan. Bagaimana menurutmu tentang itu?"

Secara ajaib dia menerangkan padaku tentang sihir dari mitos, aku tahu pengetahuan itu dari perpustakaan yang ada di sekolah. Tapi aku tidak menyangka jika ada seseorang yang terlihat bukan seperti penyihir menerangkannya dengan sangat lugas. Aku terdiam karena terkejut mendengar penjelasannya selama beberapa saat dan kemudian aku membalasnya.

"Ya, menurut buku yang aku baca. Sihir memang berasal dari mitos, mitos benar-benar dapat melahirkan sesuatu yang besar seperti sihir. Tapi apakah kau sebelumnya pernah bersekolah di suatu tempat?"

"Tidak, aku tidak pernah bersekolah di tempat umum. Aku bersekolah dengan jumlah orang yang sedikit, beberapa orang juga tidak memiliki hubungan yang baik dengan teman mereka, bahkan persaingan kami terkesan begitu dalam dan bahkan memakai cara yang tak lazim. Aku enggan menerangkannya tapi aku ingin kamu mengetahui satu hal tentang alasanku berada di tempat ini… yakni perpisahanku dengan suamiku."

Angin yang lembut berhembus setelah dirinya menyelesaikan ucapannya, aku terdiam dan bersiap menyimaknya dengan serius. Aku melihatnya, ia benar-benar ingin bercerita tentang masa lalunya yang telah ia sembunyikan.

Ia kemudian melihat langit-langit, seakan-akan memperkuat keputusannya untuk bercerita tentang masa lalunya. Dan kemudian memandangi sungai di kejauhan dimana bendungan memberikan suara deras air yang jatuh.

"… ini tentang hubunganku dengan suamiku dulu, seseorang yang benar-benar tak memiliki apa yang aku miliki. Tapi ada satu dua hal yang membuatku benar-benar menyukainya, bahkan orang tuaku pun demikian. Beberapa bulan kami menjalani hubungan suami istri tiba-tiba ada sebuah surat yang ia tinggalkan di atas lemari, dia pergi…"

"Kenapa dia pergi begitu saja dari dirimu Naomi?"

"Itu karena kesalahanku sendiri. Aku benar-benar menyesalinya, tapi mau bagaimana pun ini adalah kesalahanku dan aku harus menerimanya dengan benar. Itu karena pada suatu saat aku bersama dengan orang-orang dari sekolahku sedang berada di stasiun, kami sama-sama berjalan bebarengan dengan pakaian yang bersih dan juga rapi, namun pakaian bagus di zaman itu hanya mereka yang benar-benar kaya yang memilikinya. Kemudian aku melihat ibunya berada di stasiun yang sama, aku ingin menyapanya sebagai bentuk rasa hormatku padanya karena dia adalah ibu mertuaku juga… tapi itu enggan aku lakukan, rasa malu ku di depan orang-orang dari sekolahku lebih besar dibandingkan rasa hormatku padanya."

"Kenapa kau enggan memberikannya salam atau ucapan basa-basi di pertemuanmu dengannya di tempat itu?"

"Itu karena ibu mertuaku memakai pakaian yang compang-camping, ada sobekan di bagian belakang pakaian miliknya. Aku tak dapat memberikannya sebuah hal yang patut diberikan oleh seorang anak pada orang tua hanya karena rasa itu. Setelah itu aku ceritakan hal itu pada suamiku, dan dia merasakan beberapa gejolak di hatinya. Aku berpikir demikian karena sebelum aku bercerita, beberapa kali dirinya memberikan respon berbeda dan sering berdiam diri memikirkan sesuatu. Mungkin ceritaku padanya semakin mempertegas keputusannya untuk pergi dariku. Dirinya pergi dan menghilang dari tempat tinggal kami berdua bersama dengan orang tuaku, kemudian kami sekeluarga mencarinya di kampung halamannya. Tetapi tak ada, hanya sebuah gubuk dengan lantai tanah dan rangka kayu dan dinding anyaman. Lantai tanahnya terkadang terlihat beberapa lubang dimana yuyu bertempat tinggal. Hasil pencarian kami pun tak membuahkan hasil apapun…"

Aku mendengarkannya, tapi lelaki yang dia nikahi memiliki sebuah rasa yang rumit. Dia merasa bahwa dirinya tak pantas berada di tempat itu, sendangkan ibunya sendiri berada di sebuah rumah yang benar-benar berbeda dengannya tinggal bersama istrinya. Ketika dia berpikir untuk berpisah dan enggan untuk berpisah karena mertuanya yang juga mencintainya. Dia berusaha untuk bertahan dengan itu.

Namun, cerita dari Naomi membuatnya tergugah dan langsung pergi begitu saja dari rumah itu. Ia telah memantapkan dirinya untuk berpisah dari Naomi setelah mendengar ceritanya dan ia tahu bahwa ada jurang yang dalam antara si kaya dan si miskin. Walaupun ada beberapa pengalaman berbeda tentang itu.

"…beberapa bulan setelah kepergiannya, dia kembali ke rumah kami sekeluarga. Kami menyambutnya dengan hangat seperti biasa, tak ada yang berbeda ketika dia masih tersenyum dan memberikan tanggapan yang baik dari pertanyaan kami. Namun akhirnya dia mengutarakan maksud dari 'kenapa dia kembali', dia menceraikanku…."

Naomi mengeluarkan air matanya, dia benar-benar sangat terpukul ketika kejadian itu. Aku memahami bagaimana dirinya ketika itu dari responnya saat ini, jau di dalam lubuk hatinya… dia masih mencintai laki-laki itu.

"… kami pun bersedih dengan keputusan itu dan mempertanyakannya, namun kami juga mencoba memahami dan menerima keinginannya dengan lapang dada. Akhirnya kami berdua pun bercerai, tetapi orang tuaku menegaskan padanya tentang suatu ikatan antara mereka dan dirinya. 'Walaupun kamu telah berpisah dengan anak kami, sejatinya ikatan antara orang tua dan anaknya tak akan pernah terpisahkan' begitulah kata-kata dari ayahku padanya. Akhirnya mereka sering bertemu dan mengobrol bersama, tetapi aku tidak demikian… aku pergi dari rumah dan membuat beberapa langkah untuk maju, dan berakhir dengan bertemu dengan seseorang perempuan dan menawarkanku pada sebuah peluang. Tetapi aku berakhir menjadi sesuatu yang benar-benar berbeda saat ini, aku bukanlah seorang manusia yang sama seperti dulu. Tapi kau harus tahu bahwa mungkin kau akan ketakutan ketika aku mewujudkan hal itu. Maka dari itu, aku kemari dengan wujud ini… wujud dimana seorang laki-laki menyukainya, wujudku dahulu kala."

"Tidak, tunggu Naomi… apa maksudmu? Aku butuh penjelasanmu! Naomi?"

"Tak ada yang perlu dijelaskan sampai kau melihat semuanya sendiri!"

Aku hanya terdiam, kemudian tiba-tiba tanah bergetar, dan tubuh Naomi tiba-tiba membesar. Dirinya kemudian mengeluarkan bulu di sekujur tubuhnya, bulu emas yang cantik. Jari jemarinya yang lentik pun berubah penuh bulu dan besar dengan kuku panjangnya. Wajahnya yang cantik dan menawan pun berubah wujud penuh bulu dengan dan berubah menjadi kepala serigala.

Kini aku menyadarinya, aku saat ini benar-benar ketakutan…

Aku pun juga mengetahuinya, jika dirinya adalah keberadaan yang setara dengan keajaiban.

Yap, itulah alasan kenapa dirinya mengetahui tentang mitos dan sihir. Itu karena dirinya seperti sihir itu sendiri. Karena dia adalah Werewolf, manusia setengah serigala.

Aku tak tahu pastinya, tapi saat ini lebih baik aku pergi dan lari menjauh dari tempat ini.

Dalam diriku aku bergumam,

Apakah ini kutukan itu?

Sial aku terus berlari tanpa tahu dimana aku berada hingga sampai pada palang yang membatasi desa berpenghuni dan kosong. Karena tak ada pilihan, aku pun meneruskannya dan terus menerobos masuk. Di kejauhan aku menoleh ke belakang dan melihat bahwa serigala itu berhenti tepat di depan palang. Aku pun berhenti dan tiba-tiba ada sesuatu yang mengikat kakiku, sebuah akar pohon, dia meraihku dan menarikku menuju kegelapan dan aku tak menyadari apapun.

Aku kehilangan kesadaran.