Chereads / Tirai Malam yang Tersingkap / Chapter 6 - Naomi, Fifth Night

Chapter 6 - Naomi, Fifth Night

Aku terbangun dari tidurku, melihat ke luar jendela dan suasana masih sama seperti saat aku pertama kali sadar bahwa aku telah dipindahkan. Tak ada yang special, suasana masih mencekam di luar sana.

Aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan muka ku dan merenungkan beberapa hal yang telah berlalu. Ini membuatku berpikir tentang betapa luasnya rahasia yang ada di dunia ini, sejarah dan juga keinginan manusia saban waktu dimana mereka hidup dan berkembang.

Moral dan pengetahuan berkembang seiring dengan apa yang diinginkan dengan manusia, ketika manusia berkeinginan untuk menuju ke tempat yang lebih tinggi ilmu pengetahuan dan moral pun akan berkembang juga mengikuti keinginan manusia.

Aku menyadarinya di tempat ini, saat mitos dan juga misteri masih sangat kental pada sebuah daerah. Maka sihir akan sangat kaya dan kuat, manusia juga mendapatkan timbal balik berupa kemampuan mereka untuk hidup juga lebih baik. Demikian juga orang yang tinggal di pegunungan lebih memiliki afinitas pada sihir dibandingkan dengan orang yang tinggal di kota, tapi itu dalam kasus lain.

Mitos adalah penggerak dalam sihir, ketika sebuah tempat menyimpan misteri dan juga mitos yang kuat, maka sihir sekecil apapun akan memiliki efek yang kuat baik pada penggunanya ataupun targetnya.

Tapi anak kecil itu, dia sangatlah berbeda… dia mengeluarkan sesuatu yang dapat memengaruhi makhluk hidup di sekitarnya. Aku cukup yakin jika itu semacam miasma, ya udara yang dapat memengaruhi sesuatu dan dipercaya sebagai penyebab wabah di masa lalu.

Tapi, jika seorang anak memilikinya bukankah itu akan sangat beresiko bagi hidup ayahnya?

Tidak, seharusnya aku juga cukup terkena dampaknya bukan? Aku harap aku tak begitu terdampak dengan miasmanya.

Itu cukup berbahaya, tapi itu cukup berdampak pada para ghoul. Dia akan sangat berguna untuk menangkap Santoso. Jadi, aku yakin putri Edward akan menghadapi para ghoul dan Edward sendiri akan berhadapan satu lawan satu dengan Santoso. Jadi, aku akan membantunya untuk dapat berhadapan dengan Santoso.

Aku bisa mengunakan sihir ruangku untuk membuat Edward mendekat dengan Santoso, jadi aku bisa sedikit membuat Edward lebih cepat mengalahkannya.

Aku akan bersiap dengan sedikit teknikku. Tapi aku mendengar sebuah suara bunyi logam yang sangat keras di luar.

Aku pun penasaran dan turun dari lantai dua rumah ini dan menuju ke asal suara besi itu. Ternyata Edward sedang mempersiapkan sebuah senjata, sebuah katana baru.

"Apakah kau belajar teknik penempaan pedang Pak?"

"Ah, iya… ketika aku berada di Akademi aku selalu berlatih teknik menempa dan juga praktek dengan beberapa besi bekas selama di Akademi. Ada dua orang yang sepertiku, tapi sepertinya mereka sudah mati dulu sebelum aku. Jadi aku menguasai beberapa teknik penempaan yang membuatku tertarik, salah satunya teknik penempaan dari Jepang. Aku juga tertarik dengan para samurai dan juga katana mereka. Jadi dengan ini aku bisa menyalurkan sihirku pada senjataku."

Eh, dia past sangat tergila-gila dengan Jepang. Apakah dia seorang otaku?

"Anda sangat hebat, aku hanya menguasai sihir ruang sederhana. Serta beberapa rapalan untuk mendukung orang lain bertarung."

"Ah, itu sudah sangat membantu. Aku sangat senang dengan keberadaanmu disini, lagipula di tempat dimana malam tak pernah habis ini kita harus terus bertarung dengan para ghoul akan berakhir nanti. Jadi aku akan menyiapkan katana ini dengan sungguh-sungguh dengan seluruh sihirku."

Sepertinya dia benar-benar berlebihan soal itu, tapi apakah dia benar-benar mempertaruhkan segalanya untuk melawan Santoso? Aku pikir tidak, akan sangat disayangkan jika dia meninggal. Dia belum memberitahuku tentang rahasia para tetua akademi.

Selang beberapa saat ketika kami mengobrol, putri Edward datang dengan beberapa minuman dan juga makanan kecil, dia berjalan menuju sebuah meja yang ada di teras rumah belakang. Ketika aku sedang mengamati putrinya, Edward pun menyela pengamatanku.

"Ah, kau sedang mengamatinya? Tenang saja, dia akan jadi gadis cantik lima tahun lagi. Bersabarlah, kau akan bersamanya nanti…"

Sial, pikiranku terbaca olehnya. Sejak kapan dia membaca pikiranku yang semalam?

Apakah dia masih menyembunyikan hal lain?

"Ah, tidak… hanya saja kenapa dia memiliki miasma?"

"Itu karena dia memiliki hubungan dengan seorang wanita bernama Naomi. Naomi, tapi ini adalah Naomi yang lain."

"Naomi yang lain? Maksud anda?"

"Ya, ada beberapa Naomi di dunia ini. Tapi hanya ada satu yang asli dari dunia ini, karena itulah jangan heran jika ada orang yang telah berinteraksi dengan Naomi. Jujur saja, itu menggangguku tentang jumlah pastinya. Maka dari itu, ingat baik-baik kata-kata ku!"

Dia pun mendekatkan wajahnya padaku. Karena aku masih bingung dengan miasma dan Naomi, aku bertanya kembali,

"Tapi apa hubungannya miasma yang keluar dari putri anda dengan Naomi?"

"Setelah keluar dari Akademi, aku menikah dengan Naomi. Kami berdua pun memiliki-nya, aku menamakannya Putri. Dia mirip seperti ibunya, tapi dia tak mewarisi bagian dalam dari ibunya… mungkin itu seperti sesuatu yang benar-benar lain, atau hanya firasatku saja…"

"Memangnya ada apa dengan Naomi?"

"Kau tahu, Naomi benar-benar awet muda. Bahkan saat melahirkan Putri, dia tidak menunjukkan tanda-tanda gemuk karena melahirkan. Tapi dia sulit menghasilkan air susu ibu. Jadi aku mencari ibu susuan untuk Putri. Kemudian, firasatku juga mengatakan bahwa berbuat kejahatan pada Naomi akan berakhir pada kematian. Itu selalu terpatri dalam diriku. Aku benar-benar merasa ketakutan, tapi perasaan itu jauh ada di dalam diriku. Karena dia istriku, aku selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik untuknya. Tapi, secara tiba-tiba sikapnya berubah…"

"Hm, berubah? Iya, sikap istriku jadi lebih dingin dan tak pernah menganggapku ada. Dia menjauh dari putriku dan kemudian pergi dengan sepenggal surat perpisahan. Dia tak pernah kembali…"

Aku tersentak, apakah para suami istri punya kelompok yang ketika ingin berpisah harus meletakkan surat terlebih dahulu?

"… surat itu membuatku sadar jika seseorang terbangun dari dalam jiwa Naomi. Akhirnya aku memahami kepergiannya dan suka sifatnya yang berubah, itu membuatku membesarkan Putri sendirian. Miasma itu adalah efek samping tiap anak yang lahir dari rahim Naomi karena ketidaknormalan tubuh Naomi."

"Jadi, apakah miasma itu bisa dihilangkan?"

"Tidak. Aku ragu jika ada sebuah metode untuk menghilangkan miasma yang ada di tubuhnya, walaupun ada pasti resiko yang di dapatkan juga akan sepadan dengan itu. Karena miasma yang ada di dalam dirinya adalah bagian dari jiwanya sendiri."

"Oh, jadi seperti itu. Aku kira kau tidak ingin mencoba metode itu, tapi itu hanyalah dugaan bodohku. Kau tetap menyayangi anakmu bukan?"

"Yah, begitu pun dengan Naomi, aku mencintai keduanya sama seperti itu. Meskipun dia meninggalkan aku, aku masih mencintainya, tapi sepertinya kesempatanku telah hilang…"

Aku tahu, Edward terbawa suasana. Jadi aku menyelanya secepat mungkin.

"Bapak, lebih baik kita makan hidangan yang telah disiapkan oleh anak bapak. Bukankah akan sangat disayangkan jika teh dan makanan itu dingin tanpa tersentuh."

Edward pun mengiyakan kata-kataku, kemudian membalasku.

"Ah maafkan aku. Aku terbawa suasana, mari ke sana."

Aku dan Edward pun berjalan menuju tempat dimana hidangan disuguhkan. Aku melihat wajah putri Edward sedikit kesal dengan pipi yang terisi dengan udara.

Kami pun memakan camilan dan mengobrol ringan tentang beberapa hal yang tak penting sampai pada akhirnya Edward bertanya padaku tentang masa depanku,

"Nashiki, bagaimana dengan rencana masa depanmu?"

"A-aku… sebelum ini aku hanya ingin melaksanakan tugas sekolah dan pensiun dengan damai di sekolah. Hanya itu… tapi setelah beberapa hari berada disini, beberapa hal menarik telah membuatku sadar bahwa hidup nampaknya akan terus bergerak sampai benar-benar masalah yang saling berkaitan ini menghilang."

"Hm, baiklah… nampaknya aku bisa mempercayakan masa depan padamu… dan juga anakku. Jadi ingat terus baik-baik pesanku pada kalian, bahwa kita akan menghadapi sebuah badai besar yang akan datang di masa depan."

Aku tak mengerti dengan kata-kata badai besar yang dia katakan, tapi aku tahu bahwa dia memberikan beban besar padaku.

Kami mengakhirinya dengan diam ku, mungkin dia tahu bahwa aku akan ragu. Tapi sepertinya dia sedikit berbeda hari ini.

Mungkin dia sedikit ragu untuk melempar tanggung jawab itu, jadi aku diam dan memandangi langit.

Setelahnya kami bertiga bersiap dengan barang-barang kami, sedangkan Edward tengah mempersiapkan pedangnya. Jadi aku dan putrinya berangkat terlebih dahulu sebelum Edward, kami berjanji untuk bertemu di sebuah jembatan paling panjang di daerah ini.

Selama di perjalanan aku dan putri Edward hanya diam, aku masih belum memastikan namanya dengan baik, yang ku tahu Edward sering memanggilnya putri. Entah itu memang namanya atau memang panggilan kasih saying antara ayah pada anaknya.

"Jadi, selama ini aku sedikit penasaran dengan namamu. Apakah namamu benar-benar Putri?"

"Hm, ya… kau bisa menyebutku dengan nama itu, lagipula ayah juga tidak mempermasalahkanmu. Kau sudah dipercaya oleh ayahku jadi kau bisa memakai nama itu. Panggil saja aku Putri."

"… b-baiklah…" aku sedikit terkejut dengan responnya yang seperti itu.

Apa-apaan itu?

Aku pun terdiam kembali sampai kami dekat dengan jembatan yang dimaksud.

"Lihat, apa itu jembatannya?"

"Kau benar, itu adalah jembatan yang ayah maksud, jadi ayo lekas menunggu disana. Lagipula jembatan itu memiliki atap untuk berlindung dari hujan. Jadi jika ada sesuatu kita tidak basah kuyup."

"Ah tentu, tapi jika jembatan itu runtuh kita juga akan tetap basah bukan?"

"Ya, yang penting pokoknya kita gak basah karena hujan. Kalau jatuh ke sungai itu sudah hal lain."

Dia mengeluarkan sisi manisnya, mungkin itu sedikit tidak wajar mengingat usianya yang masih belia. Apa mungkin bacaannya membuatnya sedikit bersikap lebih dari seharusnya?

Singkat saja, kami telah sampai di atas jembatan itu…

Beberapa rintik air yang jatuh dari langit pun dapat kami ketahui dari bunyi yang muncul di atas kami. Pada awalnya bunyi itu jarang terdengar, tapi semakin lama suaranya semakin sering terdengar dan hujan deras pun tiba…

Bagiku ini sangatlah tidak bagus, suasananya jadi lebih dingin dan membuatku menggigil.

Aku tak dapat menyiapkan sihir ruang yang kedap dingin karena aku dalam kondisi yang tak memungkinkan untuk itu, Putri melihatku dan langsung memelukku. Putri kemudian memberitahukanku sesuatu,

"Peluk aku, mungkin badanmu akan sedikit lebih hangat."

"B-baik."

"Aku tak punya pilihan, karena ini terpaksa aku lakukan demi mempertahankan hidupku. Aku juga bukan seorang penyuka anak-anak dalam konteks negatif. Aku masih menyukai wanita yang lebih tua sedikit dariku."

Saat hujan semakin deras, pelukan kami semakin erat sampai badanku sedikit lebih baik. Aku mulai merapalkan mantra untuk membuat ruang imajiner untuk terhindar dari hawa dingin yang menusuk.

Edward pun datang menyusul kami, dia datang dengan sangat cepat dan tak basah kuyup. Kami pun berkumpul bersama-sama, dan mulai membuat api dengan beberapa kayu kering yang ada di sekitar kami.

Saat api kami mulai terbentuk tiba-tiba suara gemuruh datang dari kejauhan. Seakan-akan puluhan orang akan menuju ke suatu tempat.

"Ayah, apa kau mendengarnya?"

"Tentu saja, aku punya firasat jika kita akan berada dalam situasi yang berbahaya bila kita tetap disini. Jadi lebih baik kita tunggu sampai waktu yang tepat, kita juga perlu menghangatkan diri bukan? Mereka tidak perlu menghangatkan badan mereka."

"Apa itu karena mereka adalah ghoul?"

"Tentu saja, mereka akan mencari sumber makanan."

"Kabar baiknya, sumber makanan itu adalah kita. Tapi jangan khawatir, aku dan putriku memiliki darah yang beracun. Jadi mereka tak akan mudah menglahkan kita."

"Hahaha… aku akan percaya bahwa kau dan putrimu dapat membawa kita semua dalam keadaan selamat."

"Hm, apa kau tidak akan berbuat apa-apa?"

"Lalu apa gunanya dirimu disini? Lebih baik aku jadikan saja kau umpan untuk membuat mereka kemari. Sama seperti saat pertama kali kita bertemu. Bagaimana kak Nashiki?"

"K-Kalian… jahat sekali… kenapa kalian…"

Aku belum selesai melanjutkan pembicaraanku dan tiba-tiba suara kayu rusak pun terdengar diiringi oleh suara-suara para ghoul yang bersahut-sahutan.

Aku tahu, mereka berusaha mengalihkan perhatianku agar aku tidak kaget dan tekejut dengan keadaan.

Tanpa aku sadari, ketika aku mengamati. Mereka telah bergerak dengan cepat tanpa mempedulikanku yang melihat mereka menebas dan berkeliling di antara para ghoul.

Aku melihatnya.

Mereka bergerak dengan sangat cepat.

Sampai-sampai mataku tak sanggup melihat mereka berdua kecuali para ghoul yang terlempar ataupun terpotong karena mereka berdua.

Dalam waktu sekejap saja, para ghoul telah berkurang setengahnya…

Lebih hebatnya mereka berdua sama sekali tak merasakan kelelahan, menurutku itu wajar karena mereka telah melakukan pekerjaan ini secara rutin.

Mereka berdua berdiri mematung memandangi ghoul yang tersisa, aku menyusul mereka berdua yang berdiri di depanku. Tapi aku tahu ada yang aneh dari para ghoul dan juga tingkah mereka.

Ketika aku tinggal selangkah lagi untuk bisa lebih dekat, tiba-tiba Edward mengayunkan katana miliknya.

Aku berhenti. Beruntung aku dapat bergerak sedikit lebih cepat, walaupun wajahku sekarang meninggalkan darah.

Dia kemudian bergerak dan menghadap padaku.

"E-Edward? Ada apa denganmu?!"

"…"

"Sial, dia dikendalikan! Siapa dia, jangan-jangan!"

Aku sadar, Santoso telah mengetahui rencana kami…

Aku mulai ragu, sejak kapan dia mengendalikannya… kemudian aku mulai berpikir tentang kemungkinan bahwa Santoso juga dapat mengendalikan manusia tanpa merubahnya menjadi ghoul. Aku berlari semampuku untuk menghindari ancaman dari mereka berdua.

Tapi, sepertinya pelarianku terlihat percuma.

Mereka dengan mudah menyusulku sembari beberapa kalia benda-benda tajam dilemparkan oleh Nashiki. Bersyukur aku dapat menghindari benda-benda yang ia lempar. Sementara itu, Putri memberikanku tendangan dan juga pukulan yang cukup keras. Beruntung aku sempat mengikuti seni bela diri selama bersekolah.

Aku dikeroyok dua orang yang telah terbiasa bertarung, dan tentunya lebih berpengalaman dari diriku…

Tapi ya, jam terbang membuatku seperti seseorang yang payah. Lagipula aku memang tak pernah serius menjalani seni bela diri ataupun beberapa hal lainnya.

Aku kewalahan dan berlari sedikit lebih kencang.

Kali ini bahaya datang dari Nashiki yang bersiap menusukkan katananya padaku, melihatnya… aku benar-benar kesulitan untuk menghindar.

Tapi saat aku berlari dalam situasi yang sulit ini, aku berhasil memikirkan sebuah metode untuk mengalahkan Santoso yang telah keluar sambal mengaumkan tawa yang menggangguku.

Dia tengah berdiri dengan dua buah ghoul yang berdiam diri di samping kiri dan kanannya.

Aku ingin mencoba sesuatu dengan teknik baruku. Tapi teknik ini sedikit beresiko, karena aku tak pernah mencobanya pada makhluk hidup.

Namun tak ada waktu untuk memikirkan resiko itu, aku harus menyelamatkan nyawaku sebelum aku benar-benar tak dapat menghindarinya. Aku harus membuat keduanya menyerangku di saat yang bersamaan sesuai dengan kondisi kedua ghoul yang ada di sampingnya.

"Ah sial, ini sulit. Aku harus menghindari serangan mereka sembari memancing dua orang ini menyerangku? Sial!"

Aku masih terus berpikir tentang cara agar mereka berdua dapat menyerangku langsung sembari menghindari serangan dari mereka berdua.

Tapi saat aku sedang berpikir kemudian ada jeda saat mereka tak menyerangku, jeda ini sedikit lebih lama dari sebelumnya dan mereka berniat menyerangku.

Melihat itu, aku tahu…

Mereka akan melakukan serangan kombinasi jadi aku akan melakukan teknik baruku.

Aku menyentuh bagian tubuh mereka yang paling dekat dengan diriku kemudian merapalkan sesuatu.

"Doppelzimmer!"

Ruangan terbentuk mengurung tubuh Edward dan Putri serta dua ghoul yang ada di samping Santoso. Melihat ada sebuah ruang imajiner tembus pandang yang tak dapat dibubarkan, membuat Santoso sedikit panik dan berhasil menyadarinya.

Tapi semuanya terlambat,

"Gerührt!"

Serentak, mereka berdua pun berpindah dalam kondisi bersiap menyerangku. Mereka berdua hilang. Bertukar posisi dengan dua ghoul yang berada di samping Santoso.

Aku pun ambruk, aku melihat keduanya menyerang Santoso secara bersamaan.

Sekarang aku benar-benar kelelahan dan tak beradaya, aku tidur terlentang melihat ke langit malam sejenak. Kemudian sebuah jeritan yang memekikkan telingaku membuat beberapa guncangan di daerah ini.

Tepat setelah suara itu, langit pun secara perlahan mulai terang. Bayangan kehitaman langit pun secara perlahan menghilang, seperti sobekan-sobekan kain yang tak rapi sampai langit yang nyata benar-benar terlihat.

Putri dan Edward pun menghampiriku.

"Selamat Nashiki, kau benar-benar hebat!"

"Ah, ya… terima kasih." Aku tersenyum dan kemudian tak sadarkan diri.