Aku pun bangun dan melihat ke sekitarku, aku berada di sisi lain dari desa ini. Nampak bahwa disini tak ada apapun, tak ada tanda-tanda aktivitas manusia di sekitar sini.
Tapi, ada satu hal yang membuatku terpana ketika melihat ke luar jendela.
Aku lihat ke arah langit, sebuah fenomena aneh pun terlihat.
Matahari tetap bersinar, tapi suasana dan juga sekitar yang benar-benar sepi.
Hanya ada suara-suara jankrik dan juga burung hantu yang saling bersahutan. Disini benar-benar tak ada aktivitas manusia.
Aku pun akhirnya pergi dari rumah yang ditinggalkan itu, tapi sebelum aku benar-benar meninggalkan tempat itu. Aku mencatat apa yang aku lihat dan ingat sebelumnya dengan beberapa hal yang mungkin tidak terlalu tepat.
Aku pun keluar dari rumah dan kemudian terus berjalan menyusuri jalan setapak yang ada di antara pepohonan kering tak berdaun, mereka terlihat penuh dengan kesuraman.
Sampai-sampai aku tiba di sebuah jembatan yang serupa dengan apa yang aku lalui dan mengobrol bersama Naomi.
Yap, cukup mengejutkan. Aku sama sekali tak menyangka jika Naomi adalah salah satu entitas hidup yang dapat berumur panjang, mungkin ini terlalu berlebihan. Tapi kesimpulanku mengatakan bahwa Naomi memiliki keterkaitan dengan peristiwa Walpurgis dan juga kutukan milik penyihir untuk desa itu.
Cukup menarik melihat Naomi masih dapat bertahan, dan bagaimana dengan kisah perpisahannya dengan suaminya?
Hm, mungkinkah itu sebelum peristiwa itu terjadi?
Ah, perpisahan dengan suaminya membawanya menuju takdir yang tak semestinya dia alami, dia menjadi tumbal dari upacara Walpurgis dan itu menjadikannya sebuah entitas lain. Jiwanya ditindih dengan sebuah makhluk mitologi yang sekelas dengan para peri, cukup memprihatinkan bagaimana nasibnya kini.
Entah, bagaimanapun…
Dia harus terbebas dari penderitaan itu. Dia tak seharusnya mendapatkan takdir yang mengerikan itu, seharusnya dia dapat hidup lebih bahagia…
Tapi, mau bagaimanapun itu telah terjadi…
Hal-hal aneh yang tak pernah aku alami dan pikirkan, itu terjadi begitu saja.
Jadi, apakah surat tugas itu ingin membuatku mengenal dunia yang penuh dengan hal-hal misterius dan juga penuh rahasia? Entahlah. Aku harus terus berjalan menyusuri jalan setapak ini untuk sampai di sebuah bukit yang terdapat sebuah rumah tua.
Aku menyusuri jalanan ini tanpa beristirahat, aku terus berjalan tanpa melihat ke belakang dan fokus untuk sampai ke tujuanku. Sungai ku lintasi, rumput ilalang yang tinggi ku lalui, jalanan terjal yang mengancam nyawa ku telusuri. Aku terus berjalan untuk sampai ke rumah tua tak bertuan di atas bukit itu.
Aku telah sampai di tempat ini, tepat di depan rumah tersebut. Sebelum aku benar-benar ingin masuk, aku terlebih dulu dikejutkan dengan pemandangan dibalik bukit ini. Sebuah rumah mewah besar yang paling terang di tempat ini.
Di belakangku tiba-tiba ada suara beberapa orang yang melangkah, aku mulai menoleh ke belakang…
Sebuah pemandangan aneh mengejutkanku.
Puluhan bahkan sekitar seratus manusia yang tak dapat mengerti kata-kata dan hanya mengaum dan bersuara tak jelas lainnya, mereka terus berjalan seakan mendekatiku dan berusaha menjadikanku salah satu dari mereka.
Aku berlari menjauhi mereka, kemudian aku merapalkan sihir ruang.
Et separare!
Aku berhasil membuat ruang imajiner berbentuk kubus yang dapat menghindarkanku dari serbuan mereka.
Aku tidak ingin mati di tangan para ghoul seperti mereka.
Aku ingin hidup dan menikmati sisa hidupku dengan damai dengan menjadi seorang guru. Tidak mungkin aku bertindak bodoh dengan melawan mereka semuanya!
Aku melakukan kesalahan ketika berada di sekolah, kenapa aku tidak berlatih sihir serangan juga. Aku malah berkonsentrasi pada pertahanan dan membantu orang lain.
"Sial, aku tak dapat melakukan apapun selain berlarian."
Aku kemudian memandangi rumah besar berwarna putih yang terang. Aku pun mulai berpikir dan melihat secercah harapan.
Aku ingin pergi ke sana untuk meminta bantuan.
Tapi bagaimanapun nantinya, aku tak yakin dengan ke rumah besar itu aku akan selamat dari ini. Jadi, sebenarnya apa yang aku lakukan?
Saat aku tengah kebingungan dengan langkah yang tepat untuk menghindar dari kematian.
Namun tiba-tiba dari arah belakang ada dua orang misterius yang membasmi para ghoul yang mengejarku. Mereka berdua membasminya dengan sangat mudah, seperti terbiasa.
Satu orang adalah pria dewasa dengan jenggot tipis dan rambut berwarna putih dalam beberapa helainya, membasmi para ghoul dengan sebilah pedang khas Jepang, atau disebut dengan katana. Kemudian seorang anak kecil sekitaran 15 tahun yang secara tiba-tiba membuat para ghoul mati ketika berada di sekitarnya dalam radius tiga meter.
Aku terdiam dengan ruang imajinerku yang berantakan. Aku pun menghilangkannya.
Sekarang anak kecil itu sedang berlari menuju ke arah ku. Aku terperangah dan kaget karena sebentar lagi dia akan menabrakku.
Dirinya juga terkejut dan kami berdua pun bertabrakan, aku sedikit ceroboh ketika berhenti.
Kami berdua pun roboh dan dia menindih tubuku.
Aku pun membuka mataku, dan melihat wajahnya sekilas. Cukup cantik pikirku, mungkin jika dia 5 tahun lebih tua mungkin aku akan menyukainya.
Dia pun membuka matanya dan meminta maaf padaku. Dia berdiri dan berkeliling lagi. Aku pun berlari menuju ke tembok dimana rumah itu berada. Aku berhenti.
Mereka masih sibuk dengan para ghoul.
Ghoul di sini, mereka lebih mirip seperti mayat hidup yang menghisap darah untuk mempertahankan tubuh mereka walaupun secara fisik tubuh mereka akan mengering jika tak meminum darah.
Dalam beberapa kasus di dunia sihir, sebuah teknik terlarang mampu membuat abadi penggunanya. Tapi mereka tidak benar-benar abadi, dan mereka berakhir menjadi ghoul yang menghisap darah sebagai makanannya. Teknik Rawarontek, kalau tidak salah akan membuat penggunanya abadi. Itu dijelaskan dalam awal pembelajaran teknik tersebut, tapi itu hanyalah cara agar teknik itu banyak diminati oleh penyihir pemula.
Mereka hanya menjadi tumbal atas rasa tamak mereka terhadap umur. Mereka tidak benar-benar abadi dan justru menjadi mayat hidup, itu sangat disayangkan. Tapi dalam kasus para ghoul disini, mereka berbeda.
Aku pikir ini seperti ada seseorang yang mengaktifkan teknik terlarang tersebut pada manusia-manusia disini. Karena mungkin dia adalah pencetus teknik tersebut.
Jika menilik pada sejarah, sihir tidak sepenuhnya dapat membuat seseorang abadi. Sihir hanya dapat menambah umur para penyihir sedikit lebih lama dari manusia pada umumnya, itu lumrah dan bukan sesuatu yang aneh. Tapi, sihir untuk abadi tidak pernah ada. Aku yang hampir membaca seluruh isi perpustakaan di sekolah pun tak menemukan jejak tentang sihir keabadian. Tapi ada sebuah relik khusus yang dapat membuat seseorang abadi. Jejak Rasul. Sebuah relik yang sekilas seperti pasir hitam itu adalah benda yang dapat membuat seseorang abadi, bahkan saat homunculus terdapat jejak rasul pun mereka juga dapat menjadi abadi.
Memperoleh jejak rasul sangatlah tidak mungkin, maka dari itu mereka pun termakan umpan yang ada di teknik rawarontek itu. Menurutku, karena itulah para penyihir pemula mau mengambil resiko untuk melakukan teknik itu.
Saat aku menganalisis tentang ghoul disini, tanpa sadar mereka telah selesai membereskannya. Mereka berdua telah ada di depanku dan membiarkanku tenggelam dalam pikiranku sendiri.
"Ekhm…"
Suara itu menghentikanku dari aktivitasku, pria paruh baya itu membuatku terpaksa menghentikan aktivitas pikiranku.
"Oh, maaf… aku ingin berterima kasih pada kalian berdua. Tapi sebelum itu…"
"Tak apa nak, aku hanya berpikir bahwa tidak tepat rasanya jika kita berada di luar. Akan lebih baik jika kita berada di dalam rumah ini… mari…"
Orang tua itu sepertinya adalah ayah dari anak ini, mereka berada di depanku. Aku mengikuti mereka masuk ke dalam rumah mereka.
Aku kira hanya ini satu-satunya jalan yang paling aman di sini.
Mereka pun menyalakan lampu, aku pikir disini aka nada listrik. Ternyata mereka memakai lilin untuk penerangan rumah mereka, dan itu ada banyak. Aku cukup terkesan.
Lantas mereka mempersilahkanku duduk dan mereka pun ikut duduk. Sementara itu, anaknya tengah mempersiapkan minuman dan cemilan untuk diberikan pada tamu mereka.
Pria paruh baya itu pun memulai pembicaraan,
"Baiklah, aku ingin memperkenalkan diriku padamu… aku adalah Edward, aku seorang pelarian. Sudah sepuluh tahun semenjak aku pergi dari sekolah itu, dan menetap di sebuah desa. Lalu dalam beberapa tahun aku berpisah dengan istriku dan membawa anakku ke desa ini."
"Aku Nashiki, aku berada di desa ini karena perintah dari sekolah bahwa ada sesuatu yang harus dibereskan disini, dan menyelidiki hilangnya tiga utusan sekolah kami tiga tahun yang lalu. Apakah engkau mengetahui tentang ketiganya?"
"Hm, maaf… sepertinya aku tidak terlalu mengetahui ketiganya mungkin anakku tahu tentang mereka."
"Baiklah, tapi aku pikir kalian aneh untuk tinggal disini. Bukankah akan lebih baik untuk tinggal di sisi desa yang masih ramai dengan orang?"
"Hahaha… nak, kau harus tahu… bahwa desa ini memiliki dua buah tempat yang cukup aneh. Di sisi ini desa dipenuhi dengan ghoul yang haus akan darah dan menghancurkan seluruh makhluk hidup disini semuanya. Namun itu akan sedikit mengkhawatirkan jika mereka tidak dibasmi secara rutin. Karena…"
"…mereka bisa keluar dari tempat ini dan pergi ke sisi lain desa."
"Tepat sekali. Kau benar, mereka bisa pergi kesana."
"Tapi, bukankah di sana ada seekor serigala jadi-jadian?"
"Ah, kau sudah melihatnya… bagaimana menurutmu tentangnya?"
"Aku pikir dia adalah korban dari penyihir Walpurgis pada masa lalu pembentukan desa."
"Darimana kau berpikir tentang itu?"
"Aku mengetahui ini dari cerita dari seorang pelayan penginapan dan juga serigala itu sendiri."
"Hahaha…. Kau mengejutkanku nak, kau bisa berkomunikasi dengan serigala itu?"
"Aku bertemu dengannya dua kali, dan dia memakai wujud seorang wanita cantik dan elegan. Aku pikir gaya berpakaiannya yang tua membuatnya sedikit lebih menawan, tapi aku tak pernah berpikir jika dia adalah serigalanya."
"Hahaha… kau benar-benar membuatku tertawa, apakah kau pawang gadis jadi-jadian? Karena kau harus tahu jika penginapan itu bukanlah tempat yang benar-benar nyata."
"Ha, apa kau bilang?"
"Ya, bisa dibilang penginapan itu ada karena tempat ini juga ada. Orang-orang di sisi lain tidak akan pernah bisa melihatnya dan menyadarinya, karena itu penginapan itu tidak sepenuhnya ada."
"J-jadi kenapa bisa? Kenapa ada anomali aneh seperti ini disini? Tolong jelaskan padaku!"
Ketika aku berusaha menggali informasi dan meminta Edward untuk menjelaskan asal mulanya desa ini, dia pun merubah sikap duduknya yang santai menjadi lebih serius. Anaknya pun juga sampai dengan tiga cangkir teh dengan teko antiknya, berserta kue tradisional yang cukup cantik di piringnya.
Dia ikut duduk bersama kami berdua, dan menyimak kami dengan baik. Kemudian Edward memulai ceritanya,
"Ini berawal karena seorang bernama Santoso, yap… pada awalnya dia adalah orang yang aku percayai. Dia benar-benar berbakat soal ini dan itu, dia membuatku terpesona dan terpikat dengan kemampuannya dalam segala bidang. Akhirnya aku berniat menjadikannya salah satu pewaris dari sihirku dan mulai mengajarinya sihir, dia sangat aktif dan benar-benar menyerap ilmuku dengan baik. Namun pada suatu hari dia tiba-tiba saja pergi…"
"Dia pergi?"
"Iya, dia pergi meninggalkan sebuah surat padaku bahwa dia menemukan jalan lain. Kemudian pada suatu hari, di desaku terdapat kematian massal dan yang mati tiba-tiba hidup dan menghisap mereka yang masih bernyawa. Aku tahu, dari jejak sihirnya bahwa ini adalah ulahnya. Tapi aku tidak mengerti, kenapa dia melakukan ini. Itulah yang membuatku sedikit khawatir bahwa suatu hari ini akan meluas dan membagi desa ini menjadi dua bagian. Jadi ini adalah ulahku. Sedangkan aku tidak berpikir serius tentang serigala itu karena dia terikat dengan desa yang masih hidup. Sedangkan desa yang mati ini adalah wilayahku hidup dahulu beserta orang-orang yang dapat melakukan sihir, mereka dapat masuk dan hidup disini."
"Jadi, ini adalah akibat penggunaan sihir ruang milikmu?"
"Ah iya, aku menguasai sihir ruang dan waktu. Tapi lebih spesifik, aku hanya dapat berpindah waktu dari masa lalu ke masa depan atau sebaliknya. Adapun Santoso, dia dapat menghentikan waktu. Dia cukup ahli dalam bidang itu, dan dia tahu betul cara berhadapan denganku. Maka dari itu, aku masih tidak bisa mengalahkannya dengan teknik perpindahan waktu yang mengancam nyawaku terus menerus. Jadi aku memilih untuk berdiam disini dan mempersiapkan teknik khusus untuk menghadapinya."
"Jadi begitu, para ghoul itu adalah ulah dari Santoso. Tapi, bukankah teknik yang mengubah seseorang menjadi ghoul sudah ada sejak dahulu?"
"Itu memang benar, itu sudah ada sejak dahulu. Tapi dia tidak membuat teknik itu untuk dirinya, melainkan untuk orang lain, jadi dia tak terkena efek itu. Cukup cerdas dan cara yang tepat untuk menggunakan teknik itu untuk menyerang orang lain. Aku kira."
"Ya, dia tahu betul bahwa teknik ini tidak tepat digunakan untuk dirinya sendiri, jadi dia melafalkan mantra yang sedikit berbeda dalam melakukan rapalan teknik itu."
"Kau, apakah kau seorang sarjana?"
"Ya, aku adalah seorang sarjana dari sekolahku."
"Jika kau mengetahui tentang sihir, maka kau berasal dari Akademi Menanti Fajar Hari Senin bukan?"
"Ah, benar. Aku berasal dari sana, apakah bapak juga berasal dari tempat itu?"
"Tentu saja, aku pernah menjabat sebagai seorang kepala sekolah disana selama beberapa waktu. Tapi sepertinya ada yang tidak suka aku berada di sana dan akhirnya aku lari dari akademi sebelum aku diturunkan dari jabatanku."
"Ah, aku paham sekarang. Para tetua akademi tidak suka jika ada orang yang tidak patuh seperti anda berada disana. Jadi mereka berniat untuk membunuh anda, dan menggantikan jabatan anda dengan orang yang lebih patu dengan mereka."
"Yap, bisa dibilang seperti itu. Itu terjadi Ketika aku masih berumur 20 tahun. Aku benar-benar orang yang haus akan rahasia dan juga demi ambisi pribadiku sendiri. Jadi aku memanfaatkan jabatanku untuk tujuanku mengetahui tentang mereka."
"Ah, jadi para tetua memiliki tujuan rahasia ya. Itu jadi menarik jika aku juga mengetahuinya."
"Kau, aku harap kau akan mengetahui tujuan mereka sebenarnya. Jadi hiduplah sampai akhir, dimana kau bisa melihat kebenarannya Nashiki, kau sejatinya lebih hebat dari para penyihir itu. Jadi, kau akan membantu kami bukan untuk memburu Santoso?"
"Tentu, ini untuk tugasku. Serta jaminan hidupku sampai tua, jadi aku akan bermain aman dan membantu kalian dengan bantuanku."
"Baiklah, aku harap kau siap esok hari. Lalu, bukankah kau ingin bertanya pada putriku?"
"Oh, iya… maaf aku lupa tentang itu."
Aku pun menoleh pada anak itu, anak itu pun melihatku.
"Apakah kau tahu tentang tiga orang yang penyihir yang masuk ke tempat ini?"
"Aku kira mereka bertemu dengan Santoso terlebih dahulu dibandingkan denganku, tapi sepertinya mereka meninggalkan beberapa barang bawaan mereka. Aku menyimpan benda itu, walaupun tidak begitu berguna."
"Baiklah, aku pikir aku akan membantu kalian dan benda itu bisa aku bawa."
"Tentu, aku akan menyerahkannya padamu."
Edward pun menyambung,
"Baiklah, sepertinya kita telah membentuk tim. Kita akan bersiap-siap besok dan membasmi para ghoul ini untuk terakhir kalinya."
Kami pun melanjutkan makan-makan kami dan bersenang-senang dan tertawa untuk mengakrabkan diri masing-masing.
Sementara itu, aku terus berpikir tentang segala hal yang terjadi padaku baru-baru ini. Sihir ini dan itu, tentang rawarontek dan juga rahasia para tetua akademi. Ini sangat terburu-buru, belum selesai dengan satu masalah datang rahasia lain yang belum terselesaikan.
Apakah catatanku malam ini akan muat untuk dilaporkan?
Jika mendengar pengakuan dari Edward, aku tak boleh melaporkannya pada pihak akademi. Jadi aku akan merahasiakan pertemuanku dengan Edward di desa ini.
Desa North Mount, membawaku pada beberapa rahasia penting tentang sekolah dan juga misteri Werewolf. Cukup membuatku tertarik dengannya, bagaimanakah nasib dari orang-orang di sekolah hari ini ya? Aku pikir aku tertarik pada seseorang…
Ah, dia… yang waktu itu mengucapkan selamat tinggal padaku. Sedang apa kiranya dia saat ini? Aku harap dia baik-baik saja. Itu balasan atas doa keselamatanmu padaku anak muda. Aku akan berterima kasih padamu saat aku kembali.
Aku pun pergi ke tempat tidur yang telah disediakan oleh putri Edward. Aku beristirahat dengan pulas malam ini karena ini cukup melelahkan.