Chereads / Swords Of Resistance: Endless War [Indonesia] / Chapter 8 - Bab 8, Wilhelm vs Ignas

Chapter 8 - Bab 8, Wilhelm vs Ignas

Setelah beberapa jam perjalanan, para pengungsi tiba di Kota Skidal. Mereka melakukan sujud syukur karena selamat sampai tujuan tanpa mengalami serangan dan tanpa adanya halangan serta kematian.

Sambutan hangat diberikan oleh Penduduk Kota Skidal dengan memeluk saudara-saudara mereka yang baru tiba di tempat yang aman, walaupun kemarin beberapa titik di Kota Skidal terkena serangan rudal dari Lithuania.

Para pemuda-pemudi membagikan roti dan sebotol susu segar kepada saudara-saudara mereka yang baru tiba, sedangkan yang lainnya tengah menuntun para pengungsi menuju ke tenda-tenda darurat yang telah disiapkan sebelumnya.

"Akhirnya kita telah tiba di Skidal," ungkap Sergey von Holstein-Gottorp dengan penuh rasa syukur.

Namun kesenangan tersebut hanya terjadi sementara ketika di langit Kota Skidal terjadi sebuah ledakan, ketika sebuah rudal S-75 Belarusia menghancurkan sebuah rudal Scud yang ditembakkan dari wilayah Lithuania.

Para pengungsi tiarap dengan penuh ketakutan, sedangkan penduduk Kota Skidal berjongkok sambil menutup telinga mereka.

"Semuanya tenanglah dan jangan panik," kata Karol Erwin Schmidt, seorang Lelaki berbadan tinggi besar, berkacamata bulat dengan rambutnya yang klimis pada bagian atasnya, dan tipis pada bagian samping & belakangnya. "Sistem pertahanan ini akan melindungi kalian dari ancaman Lithuania. Tenanglah, dan jangan panik."

Para anak kecil pengungsi berteriak histeris ketakutan ketika mendengar suara ledakan yang begitu keras di angkasa, dan para Ibu berusaha menenangkan anak-anak mereka sekaligus mengkhawatirkan suami mereka yang tengah berperang membela tanah air di garis terdepan.

Michelle menatap sendu para ibu yang mengkhawatirkan anak (yang sudah Dewasa) dan suami mereka yang tengah berperang di medan pertempuran.

"Aku rasa, ayah, dan ibu juga mengkhawatirkan diriku," pikir Patricia Hartmannt.

Seorang lelaki berambut botak dengan raut wajah yang tegas dan memancarkan aura kepemimpinan menghampiri menghampiri para Tentara Belarusia Soviet dan sukarelawan dari Prussia yang baru tiba di Skidal. Dia adalah Khrystafor Karski, Walikota Skidal.

"Kalian istirahatlah, biar giliran kami yang mengurus para pengungsi dari Astryna," kata Walikota, "Ini adalah perintah!"

"Terima kasih atas kebaikanmu, Tuan Walikota," kata Athena.

Beberapa unit tank yang tersisa diparkirkan di sebuah tempat dengan beberapa pohon yang rindang, dan menyamarkan tank mereka dengan dedaunan. Sementara itu para sukarelawan dari Prussia mengamankan tank mereka di dekat sebuah sungai yang terletak di timur laut dan dekat hutan pinus yang tidak begitu luas namun tidak begitu sempit, sedangkan Maria mengamankan TSF miliknya di seberang sungai berjarak seratus delapan puluh tujuh meter dari tank-tank Sukarelawan Prussia.

Para Tentara yang datang dari Astryna beristirahat sejenak untuk menyegarkan pikiran dan mental mereka. Ini adalah Perang, di mana kau hanya memiliki dua pilihan, yaitu, membunuh atau dibunuh. Inilah Perang, di mana hanya bau bubuk mesiu dan darah yang amis yang tercium oleh indera penciumanmu.

.

.

Skala pertempuran yang terjadi pada hari ini mulai menurun, Tentara Koalisi NAA hanya melakukan serangan-serangan berskala kecil, seperti meluncurkan beberapa rudal grad ke beberapa titik yang merupakan garis pertahanan Belarusia.

Di dalam negerinya, terjadi demo besar-besaran di beberapa Kota yang menuntut untuk diberhentikannya Invasi terhadap Belarusia. Para demonstran anti-invasi tersebut mengutuk dan mengecam Presiden Augustinas Voldemaras yang menjadikan invasi untuk meraup banyak suara pada pemilihan umum yang akan datang dan juga sebagai pengalihan isu akan betapa korup pemerintahannya serta skandal yang tengah menimpa Keluarganya.

Seorang lelaki muda berhidung mancung dan berambut model spike berwarna hitam tengah memegangi kepalanya dengan ekspresi wajah depresi. Kepalanya tertunduk dan raut wajahnya menandakan bahwa dia sangat ketakutan. "Untuk apa sebenarnya perang ini? Jika benar Belarusia salah, kenapa kita harus melakukan serangan secara acak. Apakah rakyat mereka juga bersalah sehingga kita harus menghukum mereka?"

Lelaki tersebut menerima sebuah tendangan tepat di wajahnya dan Orang yang menendangnya mencengkram kerah leher seragamnya.

"Kalau kau bukan rekanku, sudah pasti kau akan langsung dieksekusi di tempat!" jelasnya. "Ingat, kita hanya Prajurit yang disuruh oleh atasan kita. Tak perlu khawatir akan dosa yang kita perbuat. Yang penting jalankan tugas-" ucapannya terpotong ketika kepalanya hancur oleh sebuah peluru yang ditembakkan oleh seorang sniper Belarusia.

Lelaki tersebut kaget dengan mulut yang menganga ketika rekannya tewas diterjang oleh timah panas yang menghancurkan kepalanya. Dia berteriak sekeras-kerasnya dan segera berlari dengan cepat, namun tubuhnya terjatuh ketika timah panas menembus jantungnya.

"Sebenarnya lelaki yang kau bunuh barusan itu terlihat sangat tidak ingin terjun ke medan peperangan. Namun situasi memaksanya dan membuatnya mati secara konyol," ujar Albert yang tengah duduk sambil mengamati musuh yang ada di seberang.

"Aku tahu, aku bisa merasakan aura ketakutannya. Sebenarnya Rakyat mereka ingin hidup damai. Namun Politikus korup memaksa rakyatnya untuk mati konyol dengan menyerbu negara ini," balas Wilhelm.

Albert menghisap rokoknya, "Para Politikus hanya mementingkan diri mereka sendiri, dan kelompoknya, tanpa mementingkan rakyatnya," keluh Lelaki berkacamata hitam tersebut, "Aku harap kita bisa menjadi Politikus atau Pemimpin yang baik bagi rakyat kita."

"Yah, aku berjanji akan menjadi Pemimpin yang baik."

"Aku juga sama, Wilhelm, Saudaraku," kata Albert menarik pelatuknya, dan peluru yang dia tembakkan menjatuhkan salah seorang Sniper musuh.

Sebuah rudal meluncur dengan cepat ke arah sebuah ruangan di lantai ketiga pada sebuah bangunan, di mana Albert dan Wilhelm sedang bersembunyi. Mereka berdua segera berlari meninggalkan posisinya sebelum ruangan tersebut dihantam oleh rudal musuh. Rumah itu mengalami kerusakan berat setelah dihantam dengan sebuah rudal, sedangkan Wilhelm, dan Albert telah menyelamatkan diri dengan membuat sebuah kubah batu yang melindungi mereka dari reruntuhan.

"Bagaimana, Wilhelm? Apakah sudah aman situasinya?" tanya Albert sambil berbisik.

"Aman, mereka menyerang dari arah jam delapan," jawab Wilhelm.

Wilhelm dan Albert keluar dari dalam kubah batu tersebut, kemudian Wilhelm mengangkat sebuah bongkahan batu dan melemparkannya ke arah musuh. Batu tersebut menghancurkan sebuah TSF musuh yang berada di sana.

"Rasakan itu, NAA sialan!" kata Albert.

Sebuah peluru melesat dengan sangat cepat dan melukai pundak kanan Albert. Beruntungnya peluru tersebut hanya menggores pundaknya. Albert dan Wilhelm kaget ketika peluru tersebut menembus sebuah beton.

Jauh di atas sebuah bangunan, berdiri seorang Lelaki berkacamata hitam, berseragam abu-abu, dan helm baja berwarna perak mengkilap yang melindungi kepalanya. Lelaki tersebut adalah seorang Mage bernama Ignas Asutaitis. Pemerintah Lithuania baru saja membebaskannya dari penjara akibat kasus pelecehan seksual dan pembunuhan berantai yang dia lakukan.

"Ignas Asutaitis," ujar Wilhelm.

Ignas mengarahkan senapannya ke arah sebuah Tank T-72 milik Tentara Russia, Tank T-72 tersebut mengarahkan turretnya ke arah Ignas yang tengah berdiri di atas sebuah gedung, namun Tank T-72 tersebut hancur berantakan ketika Ignas menarik pelatuknya.

Lelaki itu tersenyum puas ke arah timur laut, tempat di mana Wilhelm dan Albert sedang bersembunyi. Dia mengarahkan senapannya ke arah Wilhelm dan menarik pelatuknya. Tembakannya menghancurkan tempat di mana Wilhelm berpijak. Namun Albert dan Wilhelm segera pergi dengan cepat sebelum peluru tersebut mengenai mereka.

Prajurit Bayaran Afrika dan Tentara Koalisi NAA melancarkan serangan dengan berani setelah kemunculan Ignas Milan. Mereka melakukan serangan kilat terhadap beberapa titik di mana Tentara Belarusia dan Tentara Russia berada.

Ignas menembak dan menghancurkan beberapa tank serta IFV Belarusia dan Russia untuk melemahkan pertahanan lawannya.

Wilhelm dan Albert bergerak dari arah terpisah. Wilhelm membuat tembok dari batu dengan kekuatannya untuk menghadang pergerakan tsentara musuh, sedangkan Albert menembakkan kilatan petir berwarna hitam dan berbentuk seperti Naga untuk melumpuhkan para musuhnya.

Ignas mengarahkan senapannya ke arah Albert dan menembaknya, namun karena Albert berhasil menghindar dengan cepat, tembakan Ignas hanya menghancurkan sebuah dinding gedung di mana Albert berada.

Albert berlari dengan cepat di atas gedung yang runtuh untuk pergi ke gedung di sebelahnya, sedangkan Wilhelm melemparkan seluruh reruntuhan bangunan yang berukuran besar ke arah Ignas. Reruntuhan tersebut berubah menjadi debu ketika mengenai sebuah perisai tak kasat mata yang melindungi Ignas.

Albert menembakkan kilatan petirnya ke arah Ignas, namun serangannya dihindari olehnya.

"Sepertinya aku telah menemukan kelemahannya," pikir Albert melihat reaksi yang barusan dilakukan oleh musuhnya.

Albert menembakkan beberapa kilatan petir ke arah Ignas. Namun dia menghindarinya dan bergelantungan dengan kawat baja yang elastis dari satu bangunan ke bangunan lain.

" Wilhelm, serangan material tidak mempan, seranglah dengan kekuatan apimu!"

"Aku mengerti." Wilhelm lalu menembakkan jilatan-jilatan api berwarna biru gelap dari ujung jari telunjuknya. Api tersebut menyala-nyala dan membakar apa saja yang ada di depannya.

Ignas berlari dan menghindari serangan dari Albert dan Wilhelm, dia melompat ke arah Wilhelm dan memberikan sebuah tendangan tepat ke arah perutnya sehingga Wilhelm terpental jauh.

Albert menciptakan kedua Pedang dengan kekuatan listriknya, dan dia menyerang Ignas. Orang itu menghindari setiap tebasan Pedang listrik yang dilancarkan oleh Albert. Gerakannya sangatlah gesit meskipun dia sudah berusia lima puluh tiga tahun.

"Kau hebat juga, bisa menyadari kelemahan kemampuanku dengan cepat," puji Ignas, Lelaki yang berusia lima puluh tiga tahun tersebut.

"Pertahanan tersebut tidak mempan terhadap serangan elemen petir dan api. Itulah kelemahan terbesarnya." Albert membuat pecut listrik yang berukuran panjang dan menyerang musuhnya, namun Ignas bisa menghindari serangannya dengan sempurna.

Wilhelm segera bangkit dan dia bertarung melawan belasan Tentara Koalisi NAA. Lelaki itu menembaki musuh-musuhnya dan menggorok leher mereka. Ketika sudah berada di medan peperangan, seseorang akan menjadi brutal dan tak pandang bulu dalam menghabisi musuh-musuhnya.

Tank T-72 Russia menembakkan pelurunya ke arah Ignas, namun pelurunya hancur oleh perisai tak kasat matanya.

Ignas menembak ke arah turret tank tersebut dan peluru yang dia tembakkan menghancurkan tank tersebut hingga berkeping-keping.

"Pergilah pengganggu sialan!" katanya dengan suara bernada dingin.

Wilhelm tengah mengamuk dan menggila. Dia membunuh seluruh musuh yang dia temui. Para Tentara Koalisi NAA beserta Prajurit Bayaran Afrika berjatuhan dengan lubang di kepala dan jantung mereka, juga dengan kepala yang terpisah dari badannya.

Wilhelm mengambil MANPADS milik musuh dan menembakkan misil ke arah Ignas, meskipun misil yang dia tembakkan tak membunuhnya.

"Seranganmu tidak akan mempan," katanya memandang rendah ke arah Wilhelm.

Ignas menghindari tinju beraliran listrik yang dilancarkan oleh Albert. Dia memegang tangan Albert dan membanting tubuhnya lalu memelintir kedua tangan Albert dan mematahkan tulangnya.

Albert berteriak kesakitan, dengan tubuhnya yang sekarang ini sudah lemah dan tak berdaya. Ignas lalu menginjak kaki kirinya dan meremukkan tulang keringnya.

"Albert!" teriak Wilhelm yang segera bergerak dengan cepat ke tempat di mana Ignas berada.

Wilhelm bergerak dengan kecepatan yang lebih cepat daripada sebelumnya dan segera memberikan sebuah bogem mentah tepat ke arah hidung Ignas. Tidak lupa juga Wilhelm melempar tujuh buah granat gas sarin yang dia rebut dari beberapa Tentara musuh ke arah Ignas.

Dia segera mengenakan topeng gas dan memasangkan topeng gas tersebut ke wajah Albert. Wilhelm segera berlari sambil menggendong Albert yang tidak berdaya.

Tujuh buah granat gas sarin tersebut kemudian meledak ketika menyentuh perisai tak kasat mata yang melindungi Ignas. Perisai tersebut menjadi senjata makan tuan bagi dirinya dan gas sarin dengan volume besar tersebut langsung membunuhnya.

Sekuat dan sebesar apa pun kekuatan seorang mage, dia akan terjatuh ketika tubuhnya terpapar zat-zat kimia yang beracun dan berbahaya.

.

.

Manusia menciptakan zat kimia untuk melindungi dan membunuh diri mereka sendiri.