Chereads / Swords Of Resistance: Endless War [Indonesia] / Chapter 4 - Bab 4, Perang Telah Dimulai

Chapter 4 - Bab 4, Perang Telah Dimulai

Pada pukul satu dini hari waktu setempat, lima belas orang Pasukan Penjaga Perbatasan Lithuania sedang bersantai sejenak di pos lintas batas negara antara Belarusia Soviet dengan Lithuania. Sebagian di antara mereka sedang memeriksa seorang pengemudi dari Belarusia Soviet dan menggeledah keseluruhan isi mobilnya. Sebelumnya pengemudi tersebut menjalani pemeriksaan dan penggeledahan super ketat di pos lintas batas negara Belarusia Soviet yang berjarak seratus meter dari pos batas lintas negara milik Lithuania.

Mikhail Bautzen pergi menuju ke arah Lithuania untuk mengunjungi salah seorang kerabatnya yang sedang dilanda sakit keras. Pria berjas hitam, bertubuh jangkung, dan berbadan ramping tersebut berkata, "Menurutku ada tangan-tangan jahat yang ingin mengganggu kedamaian kita. Mereka ingin kita saling berperang, sehingga dia menciptakan operasi bendera palsu tersebut."

"Diamlah pemuja teori konspirasi!" bentak salah seorang Tentara bersenjatakan M-16.

Sedangkan sebagian Tentara yang lainnya tersenyum mengejeknya.

Mikhail Bautzen hanya bisa pasrah dibentak oleh seorang Tentara yang terlihat jauh lebih muda dari dirinya. Meskipun diperlakukan seperti itu, dia berusaha sabar karena yang menggeledah dirinya adalah Pemimpin dari sebuah pleton yang tengah berjaga di pos perbatasan Lavoriškės – Kotlovka yang memisahkan antara Belarusia Soviet dan Lithuania.

Sementara itu, seorang Tentara Lithuania bersama dengan beberapa Prajurit Bayaran Afrika tengah bersiap dengan mortar mereka yang telah mereka instal di dekat pos lintas batas negara tersebut.

Pleton Tentara Lithuania tersebut tidak sadar akan bahaya yang tengah mengancam mereka untuk dijadikan tumbal justifikasi Lithuania untuk menginvasi Belarusia. Mereka tengah bersiap dengan senjata-senjata berat yang telah mereka persiapkan dan hanya menunggu aba-aba dalam operasi bendera palsu ini.

Lampu di pos perbatasan Kota Lavoriškės mati secara tiba-tiba sehingga Tentara yang ada di sana kaget dibuatnya. Mereka dengan refleknya memborgol Mikhail pada pintu mobil Trabant miliknya.

"Hoy, lepaskan aku!" teriak Mikhail sambil memberontak.

"Diamlah!" kata seorang Tentara lalu memukul kepala Mikhail sehingga membuatnya pingsan.

Puluhan mortar beterbangan dari atap beberapa rumah di dekat pos perbatasan tersebut. Hujan mortar tersebut menghancurkan pos perbatasan, menewaskan Mikhail dan menewaskan seluruh Pleton Tentara Penjaga Perbatasan Lithuania.

Alarm Kota Lavoriškės berbunyi dengan keras, pertanda invasi Belarusia Soviet atas Lithuania. Pleton Tentara Belarusia Soviet dibuat kaget akan hujan mortar yang menghancurkan pos perbatasan dan menewaskan seluruh orang yang ada di sana. Mereka menatap puing-puing pos perbatasan Negara tetangganya yang telah hancur lebur tersebut.

"Apa yang terjadi di pos perbatasan Lavoriškės - Kotlovka?" tanya salah seorang Tentara Belarusia yang terlihat bingung.

"Entahlah, aku tak tahu. Namun aku merasakan hal buruk akan segera terjadi," ucapnya dengan nada ketakutan dengan ekspresi yang serupa.

Beberapa misil ATGM 71 BMT meluncur dari Lithuania dan menghancurkan sebuah tank T-72, menewaskan sebagian Tentara Belarusia serta menghancurkan sebagian pos penjaga perbatasan Belarusia Soviet.

Beberapa Tentara NAA dan para Prajurit Bayaran Afrika bergerak maju untuk merebut dan mengamankan pos perbatasan Lavoriškės - Kotlovka.

"Untuk kawan-kawan kita yang mati dibunuh oleh Tentara Belarusia Soviet yang terkutuk!" kata seorang Lelaki berbadan kekar sambil mengangkat senapan serbu M-16 ke angkasa. Padahal yang membunuh Tentara Penjaga Perbatasan Lithuania bukanlah Tentara Belarusia Soviet, melainkan mereka beserta Prajurit Bayaran Afrika. "Kita bebaskan Rakyat Belarusia dari Rezim Lukashenko."

Tentara NAA bergerak dengan sangat cepat sehingga memasuki wilayah Belarusia Soviet dengan sangat mudah dan merebut beberapa pos mereka di sepanjang perbatasan.

Sebelum operasi bendera palsu ini dimulai, Pemerintah Lithuania telah menyiagakan sebagian besar Tentara beserta mesin-mesin tempur mereka di sepanjang perbatasan Belarusia Soviet – Lithuania sehingga mereka menumbalkan Tentara mereka sendiri dan menuduh bahwa Belarusia adalah pelakunya. Mereka dengan cepatnya segera menginvasi negara tetangga mereka dan telah menguasai sebagian wilayah Belarusia.

Tiga Puluh Pesawat Tempur Koalisi NAA meluncurkan rudal-rudal terhadap beberapa kota di kawasan Hrodna Oblast, namun dari tiga ratus rudal yang ditembakkan, hanya enam puluh yang mengenai sasarannya seperti pangkalan militer, gudang persenjataan, pabrik bahkan serangan tersebut mengenai perumahan penduduk, sekolah, universitas dan rumah sakit. Rudal yang lainnya ditangkis dengan sistem pertahanan udara Pantsir, S-75, S-200 dan S-300 bahkan ada yang salah sasaran.

Belarusia Soviet juga berhasil menembak jatuh sembilan Pesawat Tempur F-16, delapan di antaranya adalah milik Angkatan Udara Lithuania dan satunya adalah milik Angkatan Udara Denmark. Mengingat Belarusia Soviet telah menerapkan 'No Fly Zone' disepanjang perbatasannya dengan Lithuania, dan Latvia, jadi mereka berhasil merontokkan beberapa pesawat tempur musuh.

Dalam serangan tersebut ada puluhan warga sipil yang meninggal dunia dan ratusan lainnya mengalami luka berat akibat serangan jet-jet tempur dari Koalisi NAA. Puluhan mesin tempur mengalami kerusakan dan hancur akibat serangan udara tersebut.

Pagi hari ini Pasukan Koalisi NAA beserta Prajurit bayaran Afrika telah merebut beberapa desa dan sebuah Kota di wilayah Hrodna Oblast.

.

.

Pukul tujuh pagi waktu setempat. Seorang Lelaki berbadan tinggi besar, berkemeja hitam, dan dengan kacamata bulat yang menghiasi wajahnya tengah berjalan dengan sedikit terburu-buru di lobi Gedung Parlemen diikuti dengan delapan Orang Lelaki berkacamata hitam dan mengenakan jas berwarna hitam legam yang merupakan anggota dari Pasukan Penjaga Presiden. Lelaki tersebut adalah Grigory Aleksandrovich Lukashenko.

Presiden Grigory memasuki Ruang Rapat Paripurna dan segera berjalan menuju ke arah mimbar. Ratusan pasang mata para Politburo menatap sang Pemimpin tertinggi.

"Selamat pagi, Saudara-saudaraku, dan seluruh Rakyat yang aku hormati. Salam damai, kasih, dan sejahtera untuk kita semuanya di manapun kita berada. Semoga Tuhan selalu melindungi kita, khususnya Tentara Merah Belarusia yang sedang melindungi wilayah Hrodna Obltast dari invasi negara fasis Lithuania," sambut Presiden Grigory dengan nada yang hangat. "Kita semua bersahabat di masa lampau." Dengan ekspresinya yang sendu dan sedih Presiden Grigory berkata, "Sayangnya persahabatan antara kita dirusak oleh kelakuan korup para pemimpin fasis yang berkuasa di negara-negara Baltik dengan mengorbankan rakyat dan persaudaraan hanya demi ambisi politik sesaat."

Raut wajah Presiden Grigory mendadak menjadi tegas dan serius, "Ingat, sebentar lagi di Lithuania akan digelar Pemilihan Umum dan dia sedang mencari dukungan serta untuk menutupi skandal yang menimpa keluarganya. Bagaimana caranya agar mendapatkan dukungan serta menutupi skandal? Jawabannya hanya satu, yaitu memulai perang dengan kita. Dia beserta tuannya merancang sebuah konspirasi dan beberapa operasi false flag sebagai justifikasi untuk berperang. Pesawat tempur mereka membom sebuah peternakan di kawasan pedesaan di pinggiran Kota Hrudna dan sudah sepantasnya kami menembak jatuh pesawat tersebut untuk melindungi rakyat kami beserta hartanya. Namun mereka menyangkal dan menolak seperti seorang pencuri yang tertangkap basah. Tapi percayalah padaku, kamerad sekalian. Bahwa yang namanya pencuri tidak akan pernah mengaku. Dalam sidang di Gedung PBB, Duta Besar Belarusia menuntut penyelidikan secara independen atas peristiwa tersebut guna menjaga perdamaian di Eropa Timur. Namun, dengan segala kebodohannya Pemerintah Lithuania menolak penyelidikan tersebut, dan menuntut kita untuk minta maaf. Aku bisa memaklumi sikap yang diambil Pemerintah Lithuania, karena orang bodoh akan selalu mencari pembenaran atas segala kesalahannya. Wahai para kamerad dan rakyatku. Pantaskah kita meminta maaf kepada Orang-orang yang melukai rakyat kita dan menghancurkan sebuah peternakan dan melukai Pemiliknya. TIDAK! Tidak pantas bagi kita meminta maaf kepada para Agresor. Mereka tidak ada bedanya dengan para teroris dan fasis yang menebar ketakutan dan kebencian! Mereka menciptakan sebuah operasi false flag dengan mengorbankan Tentara mereka dan membunuh rakyat kita yang ingin mengunjungi kerabatnya di Lithuania. Mana mungkin kita menghujani mereka dengan mortar, sementara Prajurit perbatasan kita tidak bersenjatakan mortar. Kalau mereka membunuh temannya sendiri adalah wajar. Kepada seluruh Rakyat Belarusia Soviet di manapun kalian berada. Angkatlah senjata kalian dan pertahankan tanah air kita dari kaum Iiperialis yang terkutuk. Tuhan akan selalu bersama rakyat dalam melawan para penindas dan orang-orang dzalim."

Tepuk tangan yang meriah terdengar begitu keras di dalam Gedung Parlemen. Para Politburo bertepuk tangan mengapresiasi ketegasan Presiden Grigory dalam menghadapi invasi Lithuania.

.

.

Pukul sembilan waktu setempat.

Bergerak di dalam bayangan dan membunuh di dalam kesunyian di Kota Hrodna. Perempuan bertopeng kupu-kupu itu menjatuhkan beberapa Tentara Koalisi NAA dan Prajurit Bayaran Afrika yang dia lihat.

Perempuan itu adalah Marie Wiktoria Zenker, anak dari Wali Kota Hrodna.

"Kalian bagaikan vampir yang haus darah yang mengorbankan masa depan pemuda Lithuania untuk mati di medan peperangan," kata Marie merendahkan mereka. "Aku harap ayah dan yang lainnya baik-baik saja. Maafkan aku, untuk saat ini aku belum bisa membebaskanmu, ayah."

Kota Hrodna yang bergaya masa renaissance telah kehilangan kehidupan normalnya. Tak ada lagi tawa anak-anak dan keramaian akan aktifitas seperti sedia kala. Sejauh mata memandang, ratusan Tentara Koalisi NAA beserta sekutunya telah menguasai kota yang berbatasan dengan Lithuania.

Sebagian penduduknya mengungsi ke tempat yang aman dan sebagiannya tersandera oleh Tentara Koalisi NAA. Wali Kota Viktor Zenker ditahan oleh Lithuania bersama dengan beberapa tokoh di Kota Hrodna. Mereka di jebloskan ke dalam sebuah sel yang biasa digunakan oleh Pemerintah Belarusia Soviet untuk memenjarakan mata-mata musuh dan para pembelot.

Seorang Perwira NAA dan beberapa Tentara Bayaran Afrika memasuki sebuah gedung berlantai tiga, di mana Marie telah membunuh beberapa musuh.

"Periksa seluruh gedung ini, aku merasakan kehadiran musuh berdasarkan naluri pembunuhku," perintah Kolonel Dragomir kepada beberapa Pajurit berkulit hitam legam.

Para Prajurit berkulit hitam memasuki gedung berlantai tiga tersebut dan menggeledah setiap isi ruangannya.

"Kolonel Dragomir, bagaimana suasana di sana?" sebuah suara yang terdengar via komunikasi radio melalu headset kecil yang terpasang di telinga sang Kolonel yang terlihat gagah dengan badannya yang berukuran sedang namun kekar.

"Kami sedang mencari seorang assassin yang telah membunuh beberapa Tentara kita. Berdasarkan insting membunuhku dia ada di Gedung ini," balas Kolonel Dragomir.

"Aku harap kau melakukan yang terbaik untuk negara kita."

"Siap, laksanakan, Jenderal," jawab sang Kolonel dengan nada yang tegas.

Salah seorang Tentara Afrika memasuki sebuah ruangan, dengan mendobrak pintunya. Dia berjalan dengan santainya memasuki ruangan tersebut dan melihat ada seorang Perempuan cantik berambut panjang bergelombang berwarna pirang yang terbaring tak berdaya di kasurnya.

"Hai, manis. Sepertinya kau sudah siap untuk berpesta denganku," goda lelaki berkulit hitam tersebut. Dia melepas seragam militernya dan berjalan menghampirinya. Tangannya yang berwarna hitam membelai lembut wajah cantik perempuan yang sedang sakit tersebut.

"Aku selalu mendambakan perempuan Eropa yang cantik jelita. Kulitnya putih, halus dan mulus seperti sutra. Matanya biru bagai lautan dan rambutnya berwarna pirang seperti emas. Dirimu bagaikan seorang malaikat," ungkapnya sambil membelai tubuh Perempuan yang tak berdaya tersebut. "Tubuhmu panas, yah."

Tanpa disadarinya, sebuah kawat melilit lehernya, dan dengan cepat Marie menarik kawat tersebut, dan menariknya. Lelaki berkulit hitam itu berusaha melawannya dengan sekuat tenaga untuk melepaskan lilitan kawat. Marie melepaskan tangan kanannya, lalu mengambil sebuah belati dan menusuk mata kanan musuhnya.

Teriakan lelaki itu terdengar begitu keras seperti seekor singa. Teman-temannya yang mendengarnya segera berjalan menuju ke arah sebuah ruangan yang terletak di lantai tiga.

Marie menusuk-nusukkan belati ke arah kepala musuhnya, sehingga menjadi hancur tak terbentuk. Merasakan akan kehadiran puluhan langkah kaki. Marie mengambil senjata musuhnya dan bergegas keluar.

Perempuan bertopeng kupu-kupu tersebut menembaki beberapa musuhnya yang tengah bergerak ke arahnya. Sebagian ada yang berlindung di balik tembok dan sebagiannya lagi meregang nyawa setelah tertembus timah panas. Mereka menembaki posisi di mana Marie tengah bersembunyi. Secara tiba-tiba terdengar sebuah lagu dari Deep Purple yang berjudul "Soldier of Fortune" sehingga para Tentara berusaha mencari sumber bunyi tersebut.

Terlahir sebagai seorang Ras Wizard, Marie Wiktoria Zenker memiliki sebuah kemampuan untuk memanipulasi suara. Di mana dia membuat sebuah bunyi atau suara melalui gelombang otak yang dia pancarkan.

Belasan orang musuh yang ada terlihat seperti terhipnotis ketika menikmati alunan lagu balad yang begitu syahdu tersebut. Tanpa mereka sadari, mereka telah terbawa suasana, dan terjebak dalam hipnotis suara yang dilancarkan oleh Marie.

Perempuan bertopeng kupu-kupu itu berjalan perlahan dan menusuk leher salah seorang Prajurit Bayaran Perempuan berkulit hitam lalu mengambil senapannya. Dia menjadikan perempuan tersebut sebagai perisai daging dan menembaki para musuhnya.

Suasana yang semula sempat hening dan syahdu kini pecah setelah berondongan peluru menjatuhkan seluruh Tentara musuh yang dia lihat.

Dari atas lantai tiga, Marie melihat ke arah sekelilingnya. Namun sayangnya, sebuah peluru dari arah bawah menggores topeng Kupu-kupunya.

"Kau mungkin bisa menghipnotis para Iblis dari Afrika! Namun, kau tak bisa menaklukanku," teriak Kolonel Dragomir.

Marie berusaha untuk tetap tenang dan menembaki tempat di mana Kolonel Dragomir bersembunyi. Lelaki berkulit pucat tersebut hanya berlindung di balik sebuah dinding. Dia membalas menembaki Marie.

Marie segera melompat turun ke bawah dan melemparkan beberapa pisau bedah ke arah kedua pundak Dragomir sehingga dia tidak bisa menggerakkan kedua tangannya yang menggenggam Pistol.

Marie berlari untuk membunuh Dragomir, namun dia berhenti secara tiba-tiba ketika melihat adanya sebuah lingkaran sihir di bawahnya.

Terjadi sebuah ledakan yang cukup besar di gedung tersebut, sehingga gedung tersebut rubuh dan Marie terpental jauh.

Dari puing-puing bangunan tersebut, terlihat sesosok bayangan Naga yang berukuran besar yang tengah melebarkan sayapnya.

Lelaki itu telah berubah menjadi seekor Naga berwarna hitam dengan matanya yang berwarna kuning menyala dan bersayap lebar namun compang-camping. Naga tersebut langsung memakan seorang Perempuan pesakitan yang merupakan salah satu penghuni ruangan apartemen tersebut yang hampir diperkosa oleh seorang Prajurit Bayaran Afrika.

Kedua tangan dan kakinya tak bisa digerakkan ketika melihat Naga tersebut memakan seorang perempuan yang barusan dia selamatkan. Tubuhnya begitu lemas seketika.

Ekspresi ketakutannya di wajahnya tertutup oleh sebuah topeng berbentuk kupu-kupu, namun aura ketakutan tersebut dirasakan oleh Dragomir.

"Apakah ini akhir dariku?" pikirnya yang sudah putus asa ketika naga tersebut bergerak menuju ke arahnya.