Zarima duduk di ruang makan rumahnya. Tangan kanannya mengaduk coklat panas yang baru saja Ia buat. Pikirannya melayang memikirkan kehidupannya. Alfredo yang tak ada kabar keberadaannya semenjak peristiwa saat mereka makan malam, hingga saat ini laki-laki yang sudah ia nikahi selama beberapa tahun itu sulit untuk di temui. Bahkan saat Zarima ke kantornya pun, laki-laki itu seolah menghindar dan tak mau ia temui.
Sedangkan Tama, sosok yang selama ini ada di hatinyapun sama sudah dua hari laki-laki itu tak ada kabar berita, entah dimana dia berada. Panggilan telponnya tak pernah diterima oleh laki-laki itu. Bahkan pesan singkatnya tak satupun yang terbalas.
Zarima menarik nafas panjang, hidupnya semakin hancur saat ia menyadari jika sudah hampir dua bulan ini Ia tak datang bulan.
"Bagai mana jika aku hamil? Dan ini bukan anak Alfredo." Gumam Zarima.