Flash back On.
"Ndut, kamu kalau menolak aku menjadi suamimu, nanti tidak ada yang mau nikah sama kamu lho." Kata Al kecil pada gadis yang disapa 'gendut' oleh nya.
"Banyak yang mau menjadi suamiku kalau aku sudah besar nanti, ga Cuma kamu aja, Bweek…!" Jawab gendut.
"Kamu ga sadar apa, badan kamu gendut mana ada laki-laki yang mau sama kamu." Cela Al kecil pada si gendut.
"Lalu kenapa kamu mau jadi suamiku kalau tidak ada laki-laki lain yang mau jadi suamiku." Tanya Si gendut sambil bersedakap dan berdiri dengan gaya angkuh di belakang Al yang sedang memberi makan ikan lele di empang milik kakeknya.
"Ya karena aku baik hati mau jadi suamimu." Jawab Al kecil dengan santai dan senyum angkuh yang tak mau kalah dengan si gendut.
"Aku tidak sudi menerima kebaikanmu. Huh. Bwek….!" Si gendut lalu membalik tubuhnya lalu berlari meninggalkan Al kecil yang menoleh ke belakang melihat gadis bertubuh tambun dengan kunciran dua dikepala pergi menjauh.
Al kecil bangkit berdiri, lalu melangkah dengan kedua tangan yang Ia masukkan ke dalam saku celananya. Ia berniat kembali ke villa milik kakeknya yang tak jauh dari empang yang berjajar disana. Tapi di tengah jalan Ia kembali melihat si gendut yang sedang bercengkerama dengan teman laki-laki sebayanya. Dari kejauhan Al kecil menatap pada gadis kecil dan laki-laki yang sedang berbicara mengejek si gadis gendut itu.
"Eh, gendut jelek, ga akan ada yang mau main sama kamu, kamu itu jelek, gendut, dan nih… rambut kamu kayak rambut kuda, aku ga mau jadi suamimu jika kita besar nanti." Kata Laki-laki kecil itu.
"Tapi kamu udah janji sama aku waktu itu."
"Ya sudah aku anggap aku tak pernah janji sama kamu, lagian kita masih kecil ga ada janji-janjian." Kata laki-laki kecil itu lagi.
"Ya udah kalau ga mau, nanti aku pasti menikah sama pangeran tampan kayak di negeri dongeng."
"Hahahhah… Kamu jangan bermimpi, mana mau pangeran sama gadis gendut kayak kamu." Kata laki-laki itu lagi.
Si gendut menunduk sedih, lalu perlahan keluar titik-titik bening dari kedua matanya.
"Dasar gadis gendut, cengeng!" Cerca laki-laki kecil itu membuat Si gendut tambah kencang menangis. Sedangkan si laki-laki kecil itu pergi begitu sama meninggalkan si gadis gendut.
Al kecil yang tidak tega melihat si gendut satu-satunya teman yang Ia miliki setiap kali liburan di rumah kakeknya adalah gadis gendut ini, anak si penjaga Villa dan sekaligus mandor di kebun milik kakeknya.
"Sudah jangan menangis, kamu tidak jelek seperti yang dia bilang." Ucap Al kecil menghibur si gendut.
"Tapi tadi kamu bilang aku jelek, gendut, dang a ada yang mau menikah sama aku kalau aku besar nanti." Ujar Si gendut.
"dengar ya, Ndut. Aku yang akan menjadi suamimu kelak, aku jodohmu, aku janji akan menikahimu kalau kita sudah dewasa nanti." Kata Al kecil.
"Janji?" Kata si gendut.
"Aku janji Ndut."
"Tapi kamu masih panggil aku gendut."
"Kan kamu memang gendut, kalau kamu kurus, nanti aku panggil kamu si kurus, bukan si gendut."
Si gendut terdiam tapi masih menunduk, lalu Si Al kecil membingkai pipi tembem si gendut menggunakan kedua tangan kecilnya.
"Sudah jangan menangis, ayo kita pulang." Ucap Al kecil lalu menghapus air mata di pipi si gendut, dan mengandengnya pulang menuruni jalanan berbukit menuju ke rumah kakek Al kecil.
Sesampainya dirumah Al lalu masuk ke dalam rumah sang kakek, lalu mencari keberadaan kakek dan neneknya yang ternyata berada di kebun belakang bersama ibunya Si gendut yang sedang membantu kakek neneknya menanam sayuran di kebun belakang.
"Kakek!" teriak Al kecil.
"Ada apa cucuku?" Tanya Sang kakek.
"Kakek, nanti kalau Al sudah besar, Al mau menikah sama si gendut." Ucap Al sambil menoleh kebelakang dan menunjuk si gendut yang berdiri tak jauh dari Ibunya. Semua mata menoleh pada Al dan si gendut lalu tertawa.
"Kamu ada-ada saja Al, kalian itu masih kecil, lagian kamu tahu dari mana soal menikah." Tanya sang kakek.
"Kemarin, waktu di tetangga sana ada laki-laki dan perempuan yang di arak pakai becak, itu karena mereka menikah kan kakek, lalu si gendut sama teman laki-lakinya juga di dandani seperti pengantin juga, tapi si anak laki-laki itu tidak mau sama si gendut, tapi Al mau menikah sama si gendut, jadi kalau besok si gendut didanddani lagi, kakek panggil Al, biar Al yang di dandani jangan si laki-laki jelek itu, tidak cocok sama si gendut." Ucap Al kecil panjang lebar membuat sang kakek tertawa lebar.
"Baiklah, kelak kamu yang akan mendampingi gendut, di acara pernikahan tante sama Om kamu ya." Jawab sang Kakek, membuat Al berteriak kegirangan, dan tersenyum lebar.
"Asiiikkk, terimakasih kakek." Jawab Al kecil lalu pergi meninggalkan kakeknya dan menghampiri si gendut sambil memegang kedua tangan gemuk gadis kecil itu.
"Kamu dengar sendiri kan, Ndut. Suatu saat aku yang akan menikah sama kamu, aku suami kamu." Kata Al kecil. Semua yang ada di sana tidak mempermasalahkan tentang ucapan kedua bocah itu, karena memang mereka masih kecil dan tidak mengerti arti pernikahan, sampai pagar bagus dan pagar ayu disebut sebagai pengantin.
Flash back OFF
Namun siapa yang mengira, jika Al selalu mengingat kata-kata itu begitu juga dengan si Gendut itu yang kini menjelma menjadi seorang gadis cantik dan seksi, Karenina.
Setiap tahun Al kecil akan meluangkan waktu untuk berlibur di villa milik kakeknya di Bandung, namun ketika Ia sedang liburan kelulusan Sekolah Dasar, ternyata Karenina dan keluarganya telah pindah dari Bandung, dan tidak ada satupun yang tahu kemana mereka pindah, karena ayah Karenina yang hanya buruh pabrik selalu berpindah kontrakan, hingga ketika Karenina SMA ayahnya berhasil membeli rumah yang dapat mereka tempati, namun akhirnya rumah itupun harusIa jual demi pengibatan sang Ibu.
Dan akhirnya Karenina menerima tawaran Sofia untuk bekerja di Club malam milik kekasihnya, dan disanalah Al kecil menemukan kembali sosok si gendut yang Ia cari selama ini, kala itu Al sedang frustasi karena melihat dengan mata kepalanya sendiri penghiatan Zarima dengan Tama, lalu Ia menghabiskan malamnya di Club malam milik sahabatnya.
Dan takdir mempertemukan mereka kembali, semenjak saat itu Al menjadi sosok penguntit yang selalu mengikuti kemanapun Karenina pergi. Mungkin jika Ia lebih cepat menemukan Karenina maka Ia bisa menyelamatkan nyawa Ibu Karenina dan gadisnya itu tidak perlu bersusah payah bekerja keras demi manyambung hidupnya dan membiayai pengobatan ibunya.