"Dimana Alfredo, kenapa dia tak ada di rumah sepagi ini?" Tanya Amanda ibu dari Alfredo.
Zarina mencoba tenang menghadapi ibu mertuanya yang terkenal cerewet dan perfeksionis.
"Al ada pekerjaan di luar negeri jadi dia belum pulang." Jawab Zarima sesuai dengan informasi yang ia dapatkan dari asisten Alfredo.
"Kenapa kamu tidak ikut? kalau seperti ini terus? kapan kalian punya anak? Lima tahun menikah belum juga punya anak, keluarga mu dan keluargaku butuh keturunan, butuh pewaris, harusnya kamu tahu itu." Kata Amanda panjang lebar.
Zarima menarik nafas panjang, bagai mana mungkin mereka akan punya anak jika Alfredo saja selalu menghindarinya, tanpa sebab yang ia ketahui.
"Hubungan kalian baik-baik saja kan? tidak ada masalah kan?" Tanya Amanda membuat Zarima gugup.
"Hubungan kami baik-baik saja kok, mami tidak perlu khawatir." Sahut Zarima lalu menunduk.
"Bagus kalau begitu, mami tidak mau kalian ada masalah apapun, ingat Zarima, tidak ada kata cerai dalam keluargamu atau pun dalam keluarga Alfredo, kamu tahu itu kan?" lanjut Amanda lalu duduk di sofa ruang keluarga.
"Iya, Zarima paham akan hal itu." jawab Zarima lalu ikut duduk di sofa Single yang tak jauh dari Amanda yang sedang duduk dengan jumawa.
"Apa kamu tahu? kemarin malam Alfredo mengunjugi klub malam ditemani perempuan cantik."Kata Amanda membuat mata Zarima terbelalak, harusnya Zarima sadar bahwa Amanda bisa melakukan apa saja untuk mengetahui sesuatu yang Ia inginkan.
Zarima gugup harus menjawab apa perkataan dari ibu mertuanya itu.
"Ehm, kemarin Alfredo memang pergi ke club' milik sahabatnya, dan dia hanya butuh sedikit hiburan setelah penat bekerja." Jawab Zarima pelan.
"Alfredo di temani perempuan cantik yang sedang men-DJ, apa kamu tidak marah? apa kamu tidak cemburu?" Tanya Amanda lalu menuangkan segelas kecil Vodka yang tersedia di meja.
"Dia hanya karyawan club' malam kenapa aku harus cemburu? sedangkan aku perempuan baik-baik dari keluarga terhormat mengapa aku harus cemburu?" Kata Zarima.
Amanda menolehkan pandangannya pada Zarima lalu tersenyum licik, "kamu tidak tahu jika wanita-wanita murahan itu akan dengan mudah merebut Alfredo dari mu? mereka punya sejuta pesona untuk memikat mangsanya." Ujar Amanda.
Ingatan Amanda tertuju pada satu peristiwa dimana Ia mengambil ayah Alfredo dari mendiang istri sahnya, dan menggunakan beribu macam cara untuk melenyapkan Ibu kandung Alfredo.
"Kamu harus hati-hati dari sekarang, jika kau tak ingin kehilangan suamimu, perempuan jalang akan lebih memikat hati laki-laki karena mereka lebih peka dan lebih menarik dari seorang istri yang hanya berkutat di rumah." Ucap Amnda lalu bangkit dari sofa setelah menghabiskan minuman dalam gelas slokinya.
"Katakan pada suamimu untuk menelponku jika Ia telah kembali, lancang sekali anak itu, tak memberi kabar pada ibunya sendiri." Ucap Amanda lalu menyambar tas yang tergeletak di dalam sofa dan berlalu pergi dari rumah Alfredo.
Zarima menarik nafas panjang, lalu menyugar rambutnya dengan jari. wajahnya tertunduk, Ia mulai berpikir bagai mana jika yang di katakan Ibu mertuanya adalah suatu kebenaran, bagai mana jika Alfredo benar-benar mempunyai perempuan lain selain dirinya? Tapi bukankah Ia sendiri juga mempunyai laki-laki lain? dan bahkan laki-laki itu adalah sahabat dari Alfredo sendiri?
Zarima mendongak lalu bangkit dan berjalan mondar-mandir sambil mengigit ujung kukunya, Ia merenungi dan memikirkan hubungannya dengan Alfredo. laki-laki yang masih Ia sayang, namun Ia juga tak mampu melepaskan Tama. Ia begitu mencintai Tama, kedua laki-laki itu membuatnya benar-benar gila. Zarima tak mampu untuk memilih salah satu dari mereka.
"Aku egois, benar-benar egois, aku tak mampu melepaskan salah satu dari mereka, walau Alfredo selalu menyakitiku tapi aku tak bisa melepaskannya, bahkan aku rindu sentuhannya, aku rindu pelukannya." Gumam Zarima dengan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
"Apa yang harus aku lakukansekarang?" Gumam Zarima.
Dilain tempat Tama sedang berdiri di balkon kamarnya, anggannya jauh menerawang ke sebuah ingatan kala ia melihat Alfredo sedang memasuki bandara dengan mengandeng seorang perempuan yang Ia yakini jika itu bukan Zarima. bahkan Ia telah membuktikan sendiri dengan menyuruh Zarima untuk datang menemuinya di apartemen milik dirinya.
"Kenapa kau selalu beruntung Al, kau memberikan Zarima padaku, karena kau mempunyai wanita lain?apa selama ini kau tidak pernah sedikitpun mencintai Zarima? lalu kenapa kau mau menikahinya Al?" Gumam Tama lalu meneguk bir dalam gelas ditangannya.
"Kau selalu lebih unggul dariku, kau selalu lebih beruntung dari ku. aku benci kamu Al, aku akan mengambil semua hal yang membuatmu bahagia. harusnya kau dan Zarima telah bahagia dengan keluarga kecil kami, tapi karena pernikahan sialan kalian yang membuat semuanya jadi hancur, bahkan anak kami terpaksa harus di gugurkan karena pernikahan sialan itu." Gumam Tama.
"Kalian tak akan mempunyai seorang anakpun dari Zarima, Al. karena Zarima hanya akan menjadi ibu dari anak-anakku." Tama membanting gelas yang ia pegang, lalu masuk ke dalam kamarnya.
Tama duduk di ranjangm, lalu mengambil ponsel miliknya yang ada di atas nakas.
"Sayang, datanglah ke apartemen, aku merindukanmu." Ucap Tama pada Zarima melalui sambungan telepon.
"Baru tadi malam kita bertemu, apa kau sudah serindu itu padaku?" Tanya zarima.
"Ya, kau selalu membuatku rindu, kemarilah."
"Maaf sayang, hari ini aku ada perlu di butik jadi mungkin nanti malam baru bisa ke tempatmu, memang kamu tidak ke kantor hari ini?" Tanya Zarima.
"Tidak, aku sedang malas ke kantor, aku hanya ingin memelukmu saja, tapi mengapa kau menolak untuk datang, Hm? apa aku harus ke butik untuk menemuimu?"
Zarima disebrang sana tampak sedang berpikir, lalu menganggukkan kepala walau Ia tahu jika Tama tak akan mungkin melihatnya, "Oke, kita bertemu di butik."
"Aku mencintaimu." Ucap Tama
"Aku juga Tama, aku sangat mencintaimu." Jawab Zarima lalu mereka meutuskan panggilan mereka.
Tama melompat kegirangan dari tempat tidur, lalu beranjak dan masuk ke dalam kamar mandi. untuk membersihkan diri dan segera berangkat menuju ke butik milik Zarima.
Hubungan terlarang akan selalu indah dirasakan, karena nafsu yang terikat dengan cinta yang salah justru akan lebih besar dari pada nafsu yang halal karena akan saling menjaga satu sama lain dan tidak ada maksud yang merugikan salah satu pihak.
Dan sebuah kebusukan yang tersimpan rapi di ruangan penuh parfum akan tercium sebagai kebusukan dan tak kan pernah berganti menjadi bau harum yang menentramkan hati.
Cinta adalah karunia dari Tuhan yang harus kita jaga dengan ketulusan dan kesucian dengan niat untuk saling menjaga demi mendapatkan ridho-Nya.
Karena cinta akan indah dengan berbalut ketulusan dan keimanan pada Tuhan sang pemilik cinta sejati.