Hasan segera mengambil satu sendok makanan. Kemudian meletakkan di depan bibir Halwa.
"Kamu datang kemari karena mengasihaniku atau mencintaiku?" tanya Halwa dengan suara yang sangat lirih. Seketika pertanyaan itu jelas membuat Hasan berkaca-kaca dan sangat sedih.
"Saat aku menemanimu yang tidak sadarkan diri karena kehilangan kekasih. Saat itu aku sudah menjadi kekasih halalmu. Aku sangat mencintaimu. Sampai aku tidak berani melukaimu. Aku takut mengecewakanmu. Hingga aku pergi meninggalkanmu. Dari awal janji suci terukir di antara kita. Aku sudah jatuh hati kepadamu. Aku mencintaimu ketika kamu masih memejamkan mata. Aku selalu ingin berbicara lama-lama denganmu walaupun kamu tidak bersuara. Makanya aku menceritakan sebuah kisah-kisah agar kamu selalu mendengar suaraku. Aku memang meninggalkanmu, karena aku takut aku tidak membahagiakanmu. Aku bukanlah pemuda yang bisa mencari uang. Untuk mencintaimu Aku juga harus mencari nafkah untukmu. Untuk mencintaimu Aku juga harus bisa berpikir positif demi kebaikanmu. Walaupun kamu sudah memiliki harta yang melimpah tapi aku harus menghasilkan sesuatu dari keringat kuda jerih payahku. Jika aku terus dekat denganmu maka aku akan malas bekerja. Sekarang aku sudah bekerja walaupun hasilnya tidak seberapa. Aku menanam sayuran." Hasan berusaha menjelaskan.
Tidak Bisakah kamu berbicara sejenak kepadaku. Tidak Bisakah kamu mengatakan sesuatu terlebih dahulu. Tidak Bisakah kamu memberitahuku alasan yang sebenarnya. Kamu hanya meninggalkan surat itu dan terus melukai hatiku karena kamu akan menceraikanku. Aku yakin kamu datang kemari untuk menceraikanku kan?" tanya Halwa membuat Hasan sangat menyesal.
"Selama ini aku tidak pernah ingin menceraikan mu aku ingin menceraikan mu karena aku salah paham kepadamu. Aku memintamu untuk kembali menjadi istriku. Aku memintamu agar kamu tetap menjadi pendamping hidupku. Aku merujuk kembali. Bersediakah kamu menerimaku kembali? Aku akan berusaha membahagiakanmu. Aku tidak akan menyerah lagi." Hasan sangat meyakinkan Halwa.
Saat itulah Hasan menyuapi istrinya dengan penuh kasih sayang dia membantu istrinya untuk melepas mukenanya. Dengan penuh perhatian dia menyuapi istri nya penuh kasih sayang dan penuh dengan tatapan cinta semuanya membuat hati berdebar-debar dan kembali bersemangat untuk menjalani hidup.
Waktu terus berlalu. Halwa dan Hasan akan menghadiri acara yang sangat megah. Hasan kembali ragu akan penampilannya yang tidak sepadan dengan gaya pakaian orang berpendidikan dan kaya raya.
"Jadilah dirimu dan jangan jadi seperti mereka aku suka kamu apa adanya. Aku akan berada dan tetap menjadi istrimu aku tidak memperdulikan omongan mereka yang menjelekkanmu. Lagian mereka hanya dititipi rezeki Allah sedikit. Semua yang dimiliki orang kaya itu dari Allah semua yang dimiliki orang kaya itu dari Allah. Jadi apa yang mereka banggakan jika itu hanyalah sesuatu titipan. Sungguh Allah yang maha tahu hati setiap hamba. Berpenampilan lah seperti biasa Karena suamiku memang tampan." Halwa sangat menenangkan hati Hasan.
Hasan menatapnya penuh perasaan dan penuh cinta.
"Tatapan ini. Seakan membuat aku tidak ingin pergi ke mana pun. Aku ingin kita berada di dalam kamar dan melakukan ...." goda Halwa. Tersenyum lalu mencubit hidung istrinya.
"Aku setuju saja itu saran yang lebih baik. Takutnya bertemu mereka aku minder dan hati penyakit hati menyerang karena iri hati. Naudubillah ... jadi mari bagaimana keputusannya pergi atau di dalam kamar?" tanya Hasan.
Halwa tersenyum bahagia kemudian merangkulkan kedua tangan di atas bahu Hasan. Halwa menatapnya penuh tanda tanya.
Kedua Insan saling memadukan perasaan. "Sungguh semuanya tidak terduga dan terjadi sangat cepat Aku tidak pernah menduga jika aku akan memiliki istri yang sangat cantik baik hati dan Sholihah. Terima kasih selama ini kamu. Sudah menerima aku apa adanya."
Hasan memandang Halwa.
"Sesungguhnya, setelah aku kehilangan Fatih. Aku merasa sedih. Tapi aku belajar banyak hal, belajar menerima kenyataan dan takdir dari Allah. Pertemuan kita memang sangat singkat ketika menjadi suami istri ketika aku tidak sadarkan diri. Tapi kamu adalah jodoh yang tepat dan terbaik. Jangan pernah lagi meninggalkanku. Apalagi selama 3 bulan sungguh aku tidak sanggup. Terima kasih sudah menjadi Imamku Terima kasih kamu sudah berada di sampingku. Terima kasih kamu sudah sering bercerita tentang sesuatu yang penuh hikmah. Aku mencintaimu dari suaramu sebelum aku melihat wajahmu. Aku selalu ingin mendengar suaramu ketika aku masih memejamkan mata. Aku merindukanmu ketika kamu jauh. Semoga Allah selalu menyatukan kita. Semoga Allah menguatkan iman Islam kita. Allah memberi kesabaran kepada kita."
"Aamiin.Tapi kali ini aku benar sudah tidak sabar. Apakah kita perlu melakukannya sekarang. Aku merasa gugup." Hasan menutup wajahnya karena malu.
Halwa tersenyum bahagia kemudian memberikan sentuhan hangat di pipi Hasan. Hasan membuka mata kemudian membopong istrinya. Halwa sangat terkejut, Hasan menurunkan di ranjang.
"Tapi kamu berhias untuk pergi," ujar Hasan.
"Aku akan mendapat pahala jika berhias untuk suamiku," jawab Halwa.
Itu rahasia mereka.