Kanaya menatap perusahaan yang akan ia tempati untuk bekerja. Gedung yang bertuliskan 'BUDI JAYA LUHUR' terpapang nyata di bangunan besar nan megah tersebut. Kanaya menarik nafas beberapa kali untuk menghilangkan rasa belum siap pada dirinya, dengan perasaan bercampur aduk, perempuan itu segera melangkah masuk.
Kanaya bertanya dan mencari dimana tempat para OB berkumpul saat pagi, ia menemui seseorang yang nampaknya lebih dewasa darinya. Laki-laki itu tengah merapikan beberapa alat kebersihan.
"Selamat pagi. Maaf, dimana ya tempat berkumpulnya para OB?" Tanya Kanaya dengan pertanyaan yang sedikit tidak yakin.
Laki-laki itu menoleh, tetapi tatapannya seperti tengah bingung dengan pertanyaan aneh Kanaya.
"Emm ... maksud kamu, kamu sedang mencari ruangan untuk membuat minuman?" Jawab laki-laki itu dengan sabar.
Kanaya tidak langsung menjawab, setelahnya ia menganggukkan kepala meskipun ia belum amat sangat paham dengan pekerjaan OB.
"Oh, baik saya antar," tawar laki-laki itu.
Laki-laki itu meminta Kanaya untuk mengikutinya hingga sampai di ruangan seperti sebuah dapur untuk membuat minuman. Di situ juga ada peralatan seperti sapu, pel-pelan dan beberapa alat kebersihan lainnya.
"Kamu office girls baru ya?" tanya laki-laki itu.
"Iya, Mas."
"Oh, perkenalkan aku Toni. Kalau kamu ingin tanya soal OB bisa tanya saya," tawar Toni dengan ramah.
"Baik Mas, saya Kanaya." Kanaya menjulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri pada Toni.
Toni menerima baik uluran tangan Kanaya. Toni mulai menjelaskan segala tugasnya di kantor tersebut. Mulai dari bersih-bersih, melayani para pekerja kantor, membuat minuman, membeli makanan bahkan potocopy dan lain-lain. Kanaya mengangguk-angguk setiap kali Toni menjelaskan apapun soal pekerjaannya. Ia berusaha untuk memahami apapun yang laki-laki itu terangkan. Mengingat memang ini masih pertama baginya bekerja sebagai office girls.
"Sekarang tugas kamu membuat minuman," kata Toni dengan senyum.
"Oh, iya. Dimana ya tempatnya?" Tanya Kanaya masih terlihat sangat bingung.
"Itu disana." Tony menunjuk sebuah ruangan yang biasa office boy masuki untuk membuat minuman dan makanan lainnya.
Kanaya mengikuti kemana arah telunjuk Tony menujuk. Ia mengangguk ngangguk paham setelahnya.
"Disana ada OB dan office girl lain kok," terang Toni dengan ramah.
"Baik, Mas."
Tony memang merupakan office boy pertama di perusahaan Budi Jaya Luhur. Saat perusahaan itu baru saja di bangun ia satu satunya OB yang setia bekerja disana sampai perusahaan membesar seperti sekarang. Jadi, Toni sangat hafal betul tentang pekerjaan di kantor dan Toni juga merupakan salah satu office boy yang sangat dipercaya oleh Pak Abraham. Tony memang berusia lebih tua dari Kanaya, usia mereka terpaut 10 tahun. Namun, Toni tidak terlihat tua, ia masih tampak terlihat muda dan bergaya seperti laki-laki yang masih berusia 27 tahun.
Kanaya clingak-clinguk mencari tempat yang dimaksud oleh Tony. Kedua matanya berbinar tatkala ia melihat pakaian office boy di dalam sebuah ruangan, terlihat ada 2 perempuan dan juga dua laki-laki. Perempuan itu tersenyum tipis sembari melangkahkan kaki untuk masuk untuk mengetuk pintu.
"Permisi," ucap Kanaya dengan sopan.
Keempat orang itu menoleh untuk melihat sosok di balik pengetuk pintu.
"Masuk!" Mereka menjawab dengan wajah penuh tanya. Sebenarnya mereka tau ada Office girls baru, tetapi lumrah bagi mereka kagum dengan perempuan cantik dan rapi tersebut.
"Maaf, saya office girls baru. Saya tadi di minta mas Toni untuk ke ruangan ini, apa yang harus saya lakukan sekarang?" Tanya Kanaya.
Salah satu perempuan itu berdiri mendekat pada Kanaya.
"Oh, kamu to office girl barunya. Ok, emm ... ada satu hal yang harus saya jelaskan, peraturan disini kalau masuk ruangan harus di biasakan mngucapkan salam ya. Soalnya, pemilik kantor ini yang mempunyai peraturan itu, beliau termasuk dalam seseorang yang Islami. Apakah kamu bisa?" Terang perempuan yang tengah tersenyum kepada Kanaya.
Kanaya terdiam tidak langsung menjawab, entah apa yang ia pikirkan. Kanaya merasa tidak ingat sudah berapa lama tidak mengucap salam setelah orang tuanya meninggal, jujur Kanaya memang cukup jauh dengan agama.
"Oh, emm iya Mbak," putus Kanaya.
Perempuan itu tersenyum mendengar jawaban Kanaya.
"Itu masih satu peraturan yang kami sampaikan, nanti kita akan beritahu pelan pelan setiap harinya, kamu juga akan terbiasa kok," tambah salah satu perempuan yang masih duduk.
"Perkenalkan saya Kanaya." Kanaya menjulurkan tangannya kepada perempuan yang baru saja menyampaikan peraturan pertama di kantor tersebut.
"Aku Rani, ini Iqbal, Zidan dan Nadia."
"Hai," sapa mereka bersamaan."
"Ok, pagi ini tugas kamu bantuin kita membuat minuman dan membagikannya ke seluruh pekerja kantor," tutur Rani lagi.
"Baik, Mbak."
****
Gibran hampir saja sampai ke kantor. Namun, ternyata pagi ini kendaraan di jalan menuju kantor sangat padat, tetapi bagi Pak Abraham meskipun Gibran datang terlambat ia tidak akan merasa keberatan. Namun, disini yang merasa tidak tahan Menunggu adalah Gibran, ia tidak suka menunggu jalan macet ssperti sekarang.
Gibran memutuskan untuk turun dari mobilnya sembari membawa tas kantor untuk mencari taksi. Laki-laki itu memang pekerja keras dan sama sekali tidak suka menunggu. Gibran berusaha mencari taksi agar cepat sampai ke kantor Setelah menunggu beberapa menit akhirnya ia menemukan sebuah tukang ojek bukan taksi yang seperti dia harapkan. Gibran tidak merasa itu sebuah masalah, tetapi baginya itu sebuah pertolongan. Gibran meminta tukang ojek untuk membawa dirinya dengan cepat ke kantor.
Sesampainya di kantor, Gibran masuk dengan mengucapkan salam seperti peraturan yang dibuat oleh pemilik kantor. Gibran mulai menyapa semua pekerja kantor, termasuk para wanita. Para pekerja wanita itu menjawabnya dengan histeris. Siapa yang tidak tertarik dengan sosok setampan, pintar dan sekaya dirinya, pasti tidak akan ada yang menolak laki-laki sejenis itu.
Sebenarnya Gibran cukup merasa risih dengan para perempuan seperti mereka, tetapi ia merasa harus bekerja profesional. Setidaknya selama di kantor untuk menghargai atas jasa-jasa pak Abraham selama ini.
****
Kanaya mulai membagikan minuman bersama Office Boy dan office girl yang lain. Ia masih cukup canggung dan bingung dengan pekerjaan yang baru pertama kali ia lakukan.
"Mbak Rani, ini disini?" Tanyanya merasa ragu.
"Iya, Nay."
Satu persatu Minuman itu sampai ke para pekerja kantor. Kemudian, kini saatnya untuk mengirim minuman ke kepala direktur dan wakil direktur.
"Kita ke ruangan yang mana dulu?" Tanya Kanaya dengan rasa tidak enak.
"Bapak Direktur dulu," balasnya.
"Yang ini?" Karena yang menunjuk sebuah ruangan yang ia rasa adalah ruangan sang pemilik kantor.
"Iya betul sekali." Rani menjawabnya penuh semangat. Ia sepertinya ikut bahagia dengan adanya Kanaya sebagai pekerja kantor baru di tempatnya.
BACA TERUS KISAH GIBRAN
NANTIKAN PART SELANJUTNYA
JANGAN LUPA MASUKKAN RAK YA BUKUNYA
SALAM
GIBRANKU