"Good morning, princess."
Grace mengerjap-ngerjapkan matanya lalu meregangkan punggung. Karena masih mengantuk, jadi Grace menarik selimutnya lagi sampai menutupi kepala dan kembali memejamkan mata.
Eh, tapi tunggu,
"Jack?"
"Hai," sapanya. Sebelah tangannya lalu menyingkirkan helaian rambut Grace yang tidak beraturan menutupi sebagian wajahnya.
"Kok di sini?" Tanya Grace sambil bangun, segera menata rambutnya dengan jari sebisanya agar tidak terlihat seperti singa.
"Kangen," jawabnya sambil mengulas senyum genit.
"Gembel," tukas Grace.
"Serius."
Grcae hanya memutar bola matanya jengah. Sudah terbiasa digombali Jackson.
"Sana mandi," katanya sambil menarik selimut Grcae lalu dilipat-kebiasaan Jackson waktu awal-awal mereka berpacaran. Sweet, jangan ditanya. Tapi kalian tahu sendiri, keromantisan pasangan itu tidak bertahan lama. Kalau sebuah hubungan sudah lumayan 'tua', maka yang tersisa adalah komitmen. Romantis itu hanya pemanis. Dan terlalu banyak pemanis itu tidak baik bagi kesehatan.
Tapi bukannya menuruti apa kata Jackson, Grace malah kembali menjatuhkan dirinya di kasur. Bukan mau dimanja, hanya saja memang masih mengantuk. Grace melirik jam di atas nakas, masih jam setengah 6 pagi. Kurang kerjaan sekali Jackson pagi buta begini datang kesini.
"Heeeeh, disuruh bangun!"
"Masih ngantuk, Jack! Sana keluar, aku mau tidur lagi," kata Grace sambil kembali menarik selimut yang sudah Jackson lipat-sangat rapi, Grace bahkan biasanya hanya meninggalkannya begitu saja, tidak pernah melipat selimut.
"Young lady get up! Belajar jadi calon ibu yang baik," omelnya.
"Aku belum mau punya anak," sahut Grace dari dalam selimut.
"Mau aku bikinin?"
Grace menoleh Jackson aneh, dan dia tersenyum miring, menyeramkan.
"Get out!" Grace memunggunginya lalu membungkus tubuhnya dengan selimut.
Dan Jackson malah menelusup masuk ke dalam selimut Grace lalu memeluk gadis itu dari belakang.
"Jack-"
"Aku juga mau tidur lagi kalo gitu," katanya. Dia menjejalkan kepalanya ke tengkuk Grace. Belum lagi tangannya yang melingkar di pinggang Grace, rasanya-Grace ingin berteriak meminta tolong.
"Geli Jack!" Grace memberontak. Tapi yang ada pelukannya malah semakin mengerat.
"Young lady, calm down."
"Jack."
"Kalo aku ubah nama kamu jadi Grace Jung, mau?" Tanyanya.
"Huh?"
Grace bisa merasakan di belakang dia tersenyum. Beberapa saat Jackson memindahkan tangannya dari pinggang Grace, lalu kembali merengkuh Grace lagi tidak, dia memperlihatkan sesuatu di tangannya pada gadisnya.
"Will you marry me?"
Speechless. Brain freeze. What is this?
"Mau gaaaaakk?"
Grace belum merespon. Kalian tahu, Grace rasa ada yang salah dengan otaknya.
Jackson memutar badan Grace menghadapnya, lalu dia menyodorkan benda tadi—kotak kecil berwarna hitam dengan sebuah cincin perak yang-Grace hanya bisa bilang, cantik.
"Jack, ini-"
"Iya ini cincin. Mahal. Mau gak? Kalo gak, mau aku jual lagi," ketusnya.
Hell.
Grace menatapnya jengkel, sementara dia malah tertawa lalu menarik Grace bangun.
"Sekarang serius," katanya. Dia menata rambut Grace dan menyelipkannya ke belakang telinga. Tatapan matanya lurus ke arah Grace, dan setelah menarik nafas panjang, dia mengulangi apa yang tadi dia katakan. Pelan, dan jelas.
"Grace Yoo, will you marry me?"
"Tapi—"
Grace menggantung kalimatnya, dan dia menunggu.
Kalian tahu, rasanya aneh. Memang benar Grace sudah berpacaran lama dengannya, tapi tetap saja. Grace masih terkejut, Is this real?
"Be mine, would you?"
"..."
"..."
"... Yes."
Jackson melepas senyum sedetik setelah Grace berkata 'iya'. Dia mencabut cincin itu dari kotaknya lalu memasangkannya ke jari manis Grace.
"Aduh, gak cukup," keluhnya. "Padahal badanmu kurus, tapi jarimu gede ya-awh!"
"Sorry..." Kata Grace sambil menggosok pipi Jackson pelan -sepertinya tadi Grace menamparnya terlalu keras.
"Cuma bercanda padahal..." Jackson memandang Grace melas. Sebelah tangannya menangkup tangan Grace yang menggosok-gosok pipinya.
"Salah sendiri ngeselin," sarkas Grace.
"Udah jadi calon istri, kan?"
"Masih calon," ketusku.
"Hehe..." Jackson malah cengengesan.
"Apa?"
"Tadi belum ngasih morning kiss loh," katanya sambil menarik pinggang Grace mendekat.
"No!" Grace mendorong wajah Jackson, "My first kiss belongs to my husband!"
"Nah ini??" Dia menunjuk dirinya sendiri.
"Masih calon!"
Dia mendengus, "Ya udah, peluk aja kalo gitu." Lalu menarik Grace ke dalam pelukannya.
"Udah jadi calon istri ku, jangan macem-macem sama orang lain loh."
"Aku yang harusnya bilang gitu."
"Aku sih cuma sayang sama kamu," katanya sambil mengeratkan pelukannya.
"Iya, tapi cinta nya berceceran dimana-mana."
Jackson melepas pelukannya lalu menatap lawan bicaranya aneh.
Dan saat itu juga dia mencuri satu kecupan ringan di bibir Grace.
"Jack!"
Dia tersenyum, "I own you."
Mereka kembali bertemu. Begitu lembut, sampai Grace lupa kalau ia harus menyimpan ciuman pertamanya untuk suaminya nanti.
-Tidak.
Lelaki itu, Jackson hanya milik Grace seorang.
-The Sleeping King-
"Kak Grace seneng banget kenapa?" Tanya Peter.
Grace hanya tersenyum menanggapinya.
"Cincin baru?" Tanyanya lagi.
"Hm," jawab Grace singkat.
"Dari Kak Jack?"
Lagi-lagi Grace hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.
"Kenapa?" Tanya Grace saat Peter malah mendengus dibandingkan bilang 'selamat'.
Dia menggeleng, lalu pergi begitu saja dari dapur -tidak benar-benar pergi, dia kembali lagi lalu masuk ke gudang-kamar Nathan.
"Pergi dulu," katanya. Dia berjalan dengan langkah lebar sambil menarik Nathan yang memasang wajah bingung.
"Kemana, Pet?" Tanya Grace.
"Gak tau!"
Blam!
Kebiasaan. Selalu saja begitu kalau ngambek, banting-banting pintu. Padahal juga gak ada yang perlu di-ngambek-in.
-The Sleeping King-
Kalian tahu, pada akhirnya Peter dan Nathan malah mengikuti Grace berbelanja. Grace kira tadi dia membawa pergi Nathan entah kemana, ternyata cuma duduk melamun di depan rumah.
"Es krim," kata Peter.
"Minta tuh gak kayak gitu," ketus Grace, karena Peter malah memalingkan mukanya saat Grace menoleh.
"Ya udah," katanya lalu mengambil beberapa langkah mendahului Grace.
Dasar!
"Miss Turtle, kamu nikah?" Tanya Nathan.
Grace memandang Nathan sebentar lalu kembali mendorong troli belanjanya, "Belum," jawabku.
Nathan tidak menyahuti lagi, hanya mengikuti Grace dalam diam.
"Kamu mau apa?" Tanya Grace saat mereka berada di depan rak berisi macam-macam snack.
Nathan menggeleng. Grace menangkapnya sesekali mencuri-curi pandang pada cincin di jariku-pemberian Jackson.
"Kenapa?" Grace menyembunyikan cincin itu dibalik punggungnya. Jujur saja, caranya menatap membuat Grace sedikit canggung.
Dia menggeleng, lalu pergi begitu saja.
Grace mendengus.
Terserah.
-The Sleeping King-
Mereka bertiga menunggu taksi di pinggir jalan. Tidak seperti biasa, mereka tidak membawa mobil sendiri. Grace membiarkan Mark membawanya karena, yah, dia lebih sibuk daripada Grace maupun Peter.
Dan adik bungsu nya ini sudah hampir 2 minggu bolos sekolah! Padahal dia bilang sebentar lagi mau ujian kelulusan. Tapi malah seenaknya sendiri.
Grace heran, apa isi otaknya sampai sebegitu acuhnya dengan masa depannya sendiri??
Ah, sudahlah. Biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan.
Grace melihat jauh ke sisi kanan, sebuah mobil hitam melaju dengan kecepatan tinggi. Entahlah, padahal mobil itu berada di jalur seberang, tapi mendadak perasaan Grace menjadi tidak enak.
"Kak." Peter menyentuh lengan Grace. Ah, ada taksi dan kelihatannya kosong.
Tapi mobil hitam yang tadi melaju kencang tiba-tiba banting setir dan putar balik-hampir menabrak taksi yang akan mereka tumpangi.
Mobil itu berhenti tepat di depan mereka bertiga dengan suara decitan ban yang sangat memekik telinga. Sedetik kemudian seorang wanita keluar dari mobil dan menarik paksa Nathan ke dalam mobil.
"Nat—"
"Excuse us, Miss," kata wanita itu sesaat sebelum dia masuk lagi ke dalam mobil dan melengang pergi dengan kecepatan tinggi.
"Kak.."
Grace menoleh.
"Peter?!!"
-The Sleeping King-
"Kak, minum dulu."
Mark memberi Grace segelas air.
"Diminum," katanya lagi karena Grace hanya memegang gelas berisi air itu-dengan tangan yang masih gemetar.
"Peter bakal baik-baik aja, percaya sama Om Henry." Mark memegang tangan Grace, menuntunnya untuk minum.
"Sorry..."
"Gak apa-apa, bukan Kak Grace yang salah." Mark meletakkan kembali gelas yang isinya hanya berkurang sedikit di meja lalu merangkul Grace.
Iya, Grace tidak bersalah. Tapi Grace tidak bisa berbohong kalau ia takut. Takut kalau Peter mengalami luka serius dan takut kalau terjadi apa-apa pada Nathan.
Kemana dia dibawa pergi? Siapa yang membawanya? Dan kenapa tidak hanya cukup membawa Nathan, tapi juga melukai Peter?
Grace menumpu kepalanya dengan kedua tangannya di atas lutut.
"Kak Grace mau aku anterin pulang aja apa gimana?" Tanya Mark.
"Aku mau nunggu Peter."
"Oh, oke."
"Grace?"
Seseorang masuk ke ruangan ini-ruangan Henry. Grace kenal suaranya, itu Jackson. Tapi Grace sudah tidak punya tenaga barang hanya untuk mengangkat wajah dan menyambutnya.
"You okay?"
Jackson menggantikan posisi Mark, dia merangkul Grace lalu mengangkat wajah Grace.
"Jackson..."
"Cup cup, gak papa..."
Grace tidak bisa mengatakan bagaimana perasaannya saat ini, kecuali menangis.
-The Sleeping King-