Sesampai nya aku dirumah, aku bergegas mandi dan berganti pakaian dikarenakan malam ini mama dan papa menagajakku dinner dirumah. Dan katanya akan ada tamu yang datang ikut dinner bersama malam ini plus ada hal penting yang akan di bicarakan kepada ku. -Ah paling juga soal bisnis, sudah kenyang aku mendengar hal itu setiap mama dan papa kembali atau saat akan pergi perjalanan bisnis ke luar negeri.
Selesainya aku bersiap-siap aku bergegas menuruni anak tangga pergi ke dapur untuk sekedar membantu bu siti dan mama menyiapkan makanan di meja makan.
"malam mah.. bu siti.." aku mencium pipi kanan mama dan salam dengan bu siti karena aku sejak pulang sekolah tidak sempat bertemu dengan mereka. Yaa, aku langsung pergi ke kamar untuk bersiap-siap.
"malam sayangg.. /malam non.." jawab mama dan ibu siti berbarengan.
"wahhh anak mama malam ini cantik banget, nah gitu dong kalo mau ada tamu tuh dandan kaya gini" puji mama,
Ya malam ini memang aku mengenakan gaun yang telah disiapkan bu siti. Biasanya aku tak mau mengenakan gaun setiap ada pertemuan bisnis seperti ini, ya paling hanya memakai pakaian formal biasa. Tapi sepertinya malam ini memang tamu special hingga bu siti menaruh note di gaun ku untuk tidak menolak memakai gaun ini dimalam ini.
"ma.. papa kemana kok gak ada? Kan malam ini acara dia?" mata ku menelusuri seluruh penjuru tapi tak menemukan papa dimana pun.
"loh sayang siapa yang bilang ini acara papa? Ini acara kamu." Terdengar suara papa yang baru saja masuk dari pintu depan.
"acara aku? Loh pa kan aku gak ulangtahun hari ini papa.." ujar ku
"nggak sayang, ini bukan acara ulangtahun tapi acara- aww.." belum selesai bicara mama mencubit pinggang papa.
"sakitt maa" eluh papa
"pa, mana tamunya? Bukannya tadi mau jemput kedepan?" mama mengalihkan pembicaraan.
"bentar lagi juga sampai kok.. tadi papa mau jemput, tapi katanya gak usah."
Aku yang sudah terlanjur bete karena gak sempat tau acara apa malam ini sebenernya dan kenapa juga makanan yang disiapkan sebanyak ini? Memang nya ada berapa tamu sih? Lagi juga kenapa tamunya gak mau di jemput? Memang nya mereka tau rumah kami yang mana? Apa tamu nya adalah orang yang udah lama papa kenal? Tapi siapa? Ah taulah peduli setan sama tamu itu.
Aku termenung duduk di ruang tamu dengan santainya aku hanya bolak balik scroll medsos ku, ada banyak postingan terbaru dari teman teman lama ku. Mereka sepertinya sedang bersenang senang lagi malam ini seperti biasanya, lagi pula mereka sepertinya tidak lagi mengingatku. Sudah hampir 2 bulan aku tidak disana. Setelah masa DO 1 bulan hingga bersekolah ditempat baru mereka tak pernah lagi menghubungi ku bahkan tak pernah ingin tau kabarku. Aku seperti telah lenyap dari ingatan mereka.
"Non Agatha.. ada apa non? Kok non nangis?" bu siti menghampiriku
"ah gapapa bu, aku Cuma keinget teman lama ku. Aku rindu Seira." Ujar ku.
"Ibu tau kok perasaan non. Sabar ya non, polisi masih mencari Seira non. Non cukup berdoa aja sama Gusti Allah non."
"ya bu.. aku pasti selalu doain seira untuk keselamatan dia kok"
"yaudah sekarang non apus airmata nya non, tamu nya sudah datang. Udah jangan nangis non tuh make up nya jadi luntur nanti cantik nya ilang" hibur bu siti
"hehe ibu bisa aja" Aku bergegas merapihkan baju dan makeup ku.
Aku menuju ke ruang makan, yang dimana aku harus tetap terlihat baik baik saja didepan tamu papa dan mama. Meja makan yang terdiri dari 1 meja besar, dengan 8 kursi di sekelilingnya yang dimana Aku melihat ada papa yang duduk di kursi paling ujung dan mama disebelahnya, dengan sepasang suami istri yang duduk berhadapan dengan mama papa, dan ada satu anak laki laki seumuran ku yang duduk di sebelah ibunya.
"Agatha, ayo sini sayang, gak baik membiarkan tamu menunggu lama." Panggil mama yang melihat ku dari meja makan.
"iya ma.." langkah ku terhenti.
Anak laki laki itu berdiri dari meja makan, membalikkan badan dan melangkah maju ke arah ku. Aku yang saat itu terkejut hanya mematung melihat seorang anak laki laki itu yang ternyata adalah Eren. Sahabat ku sejak kecil, orang yang paling berharga yang selalu ada untukku. aku sangat merindukan orang itu. Astaga mimpi apa aku semalam setelah 2 bulan aku tak pernah menemui dia. Dan hari ini? -Ah tidak aku lupa fakta bahwa orangtua kami juga bersahabat, jadi tidak ada kemungkinan bahwa kami bisa dipertemukan kembali.
Sesampainya Eren dihadapan ku, Eren langsung memelukku erat sangat erat. Aku bisa merasakan bahwa dia juga merindukan ku. Tangis ku pecah di pelukannya. Aku merindukan dia sangat. Aku menyesal saat itu aku menolak perasaan dia padaku hanya karena alasan aku tak ingin kehilangan dia sebagai sahabat terbaikku dan lebih memilih orang lain yang tentu saja baru ku kenal.
"lu kemana aja sih? Gua kangen kangen kangen banget sumpah sama lu, gua nyesel pernah ngungkapin itu ke lo. Dan dengan egois nya gua marah ke lo." Bisiknya tak melepas pelukannya.
"gua minta maaf banget Ren.. tapi saat itu gua bener bener gak mau kehilangan lo. Lo satu satu nya orang yang bisa jadi tempat berbagi gua. Dan gua gak-"
"sstt.. udah gua paham kok sekarang" Eren melepas pelukannya menyeka air mata ku.
Dibelakang ku telah berdiri seorang yang tak asing lagi bagiku. Orang yang pernah aku pilih dibanding memilih Eren. "Leviandra" Orang itu baru saja keluar dari kamar mandi. Aku terkejut melihatnya. Untuk apa dia ada disini dan menatap kami dengan tatapan menyebalkan. Matanya memerah seperti menahan amarah. –ah tidak itu bukan lagi jadi urusanku, yang menjadi urusanku saat ini adalah untuk apa dia ada disini? Apa mama dan papa mengenalnya? Apa dia tamu mama dan papa juga? Tapi untuk apa? Sumpah ini hanya membuatku semakin bingung.
"ekhemm.. anak anak sudah selesai belum temu kangen nya? Ayoo mama udah laper nih." Mama dari meja makan.
"iya ma." Aku melepas pegangan ku pada Eren. Aku hampir lupa situasi, aku berpelukan dengan pria didepan orang tua? Sungguh memalukan. Bodoh banget sih Agathaa. ya walaupun aku tau itu hal yang wajar sejak kecil, tapi saat ini kami sudah besar bukan anak anak lagi ini tidak akan terlihat seperti hubungan kakak dan adik lagi.
Aku dan Eren kembali ke meja makan yang diikuti oleh Andra di belakang kami. Aku duduk disebelah mama. Sedangkan Eren duduk di sesebrangku dan Andra disebelah Eren masih dengan wajah masam nya. Entahlah ada hubungan apa dia dengan keluarga Eren, tapi yang bisa ku pastikan dia pasti datang bersama Eren.
Makan malam ini berlangsung dengan lancar, mama dan papa sesekali bergurau 'biasa jokes bapak bapak. Sesekali Eren mengambilkanku satu dua makanan dan ditaruh di atas piringku.
"ini ambil nih makan yang banyak, anggep aja rumah sendiri" ujar Eren
"Renn, ini itu emang rumah gua yaa" aku dan eren tertawa.
Sedangkan si muka masam itu? Entah lah dia hanya diam. Sesekali, ibunya menyuruh nya ikut mengobrol dengan kami. Tapi peduli setan, aku tak menanggapi nya. Karena dia lah aku harus kehilangan Eren selama 2 bulan ini. Tapi saat Eren kembali, dia malah ikut kembali. Kenapa tidak lenyap saja dia.
Banyak hal yang papa dan mama bahas saat di meja makan, mulai dari bisnis nya hingga menceritakan sekolah baruku. Sesekali orangtua Eren menanyakan keadaanku, hingga perasaan ku disekolah baru ku. Tuan Aldebaran ini memang sangat peduli padaku sejak kecil. Dia orang yang sangat baik sama seperti Eren.
"ohya ma.. " aku tiba tiba teringat sesuatu.
"kenapa sayang?"
"ma tadi mama bilang mau ada yang dibicarakan soal aku di meja makan? Mau bicara apasih ma? Aku penasaran dari tadi." Tanya ku
"ohiya, sabar dong.. eh tapi ini bukan hanya soal kamu. Tapi juga soal Eren" ujar mama
"hah? Gimana? Eren?" aku terkejut. Semua orang menatap ke arah ku. Termasuk Eren dan Andra.
"udah nanti juga kamu tau"
Aku terbungkam, dan mulai serius mendengarkan semua percakapan kedua orangtua ku. Siapa tau dengan aku mendengarkan mereka aku bisa mendapatkan clue. Tapi mereka tidak sama sekali membahas atau sedikit saja menyebut namaku. Mereka hanya membicarakan bisnis. –ah sudahlah tak ada gunanya mendengarkan pembicaraan mereka aku pun tak mengerti.
Tak selang lama, Keluarga Aldebaran berhenti berbicara soal bisnis dan mengalihkannya ke topik lain. Mereka membicarakan soal perjodohan. Entah siapa yang akan mereka jodohkan.
"ohya, pak grace bagaimana dengan perjodohan itu?" –Tuan Aldebaran
"sepertinya kita tak perlu menjodohkan lagi, kita bisa langsung nikahkan saja. Lagi pula mereka sudah sangat akrab bukan? Mereka malah seperti sudah terbiasa dan terlihat sangat serasi." –papa
"tapi pa, kita harus tetap tanyakan terlebih dahulu ke mereka." mama
Aku jadi penasaran, mencoba untuk menyela mereka dan menanyakan nya langsung. Tapi belum sempat ku bertanya, Tuan Aldebaran menatap ku dan bertanya.
"Agatha, Apa kamu siap?" tanya nya.
hah? Siap apa? Mau kemana? Apasih? Kenapa? aku yang bingung hanya menunjukkan raut wajah tak paham.
"iya, kamu siap sama perjodohan ini?" ujar nya lagi. Eren dan Andra yang mendengarnya kaget hingga tersedak.
"Hah? Perjodohan? Aku? Sama siapa?" aku menunjukkan raut muka yang sangat bingung. Gak paham dengan apa yang dibicarakan.
"ya sama siapa lagi, kalian seperti nya juga sudah saling cocok bukan? Sejak kecil juga kalian sudah sering bersama."
"Loh maksud nya gimana om?" tanya ku.
"iya kamu dan Eren kaliah bisa selalu bersama kan?" jelasnya
"hah?" aku hanya terkejut dan menatap kearah Eren yang mematung. Berganti menatap ke arah Andra yang terdiam dan meminta izin untuk pergi kebelakang.
"Sudah pak Aldebaran, mereka pasti sangat terkejut karena hal ini mendadak. Nanti juga mereka akan terbiasa. Lagipula perjodohan ini akan tetap berlanjut bukan? Sesuai keinginan Almh. Istri Anda?" Ujar papa.
***
Aku dan Eren hanya termangu, terdiam di pinggir kolam renang rumah ku. Kami canggung setelah pembicaraan di meja makan tadi. Aku masih belum mengerti, apa yang sedang mereka pikirkan. Aku pikir papa tidak akan berfikir sejauh itu tentang kami, aku pikir aku yang akan menentukan nasib ku sepenuhnya. Tapi kenapa masalah hati seperti ini malah mereka yang menentukan.
"eumm.. tha, menurut lo gimana?" Eren membuka pembicaraan.
"gua juga gak tau Ren.. gua bahkan udah pernah nolak lo. Dan kehilangan lo, tapi disaat kita dipertemukan lagi malah dalam situasi kaya gini." Ujar ku.
"lo kalo mau tolak perjodohan itu juga gpp kok, gua tau lo masih ada perasaan sama orang itu"
"lo sendiri gimana Ren?" tanya ku
"kalo gua, gua bisa aja terima perjodohan itu dengan senang hati. Tapi gua gak mau maksa orang yang gak pernah punya perasaan sama sekali sama gua."
"tapi gimana yang kata lo, kalo perasaan itu bisa tumbuh ketika kita terbiasa bersama?" ujar ku
"itu dulu tha, waktu gua masih egois. Dan gua gak lupa, padahal kita udah terbiasa tumbuh bersama sejak kecil tapi lo tetep gak ada perasaan. Dan emang lo gak akan pernah bisa tumbuh perasaan sama gua" jelas nya.
Aku merasa bersalah, menempatkan dia di posisi seperti ini. Aku tau betapa tersiksa nya dia mencintai seseorang yang takkan mungkin membalas perasaan nya. Aku merasa bersalah tak pernah bisa membalas semua perasaannya. Yang aku bisa hanya memeluknya, memberi dia semangat. Mencintai dia sebagai sahabat.
Disisi lain ada seseorang yang menatap kami dengan wajah marah, dan melemparkan sebuah kaleng kedekat kami. Kami yang terkejut melepaskan pelukan kami dan menjaga jarak kami. Eren yang tadi menangis langsung terdiam, saat itu wajah nya memerah malu. Hey itu sangat lucu. Aku tertawa melihat ekspresinya seperti itu.
"ehiya, ren.. kenapa kok Leviandra ada disini? Kalian dateng bareng? Kok bisa?" aku teringat tentang Leviandra yang tiba tiba ada di rumahku.
"harusnya hari itu lo dateng tha.. hari dimana gua gedor-gedor kamar lo, dan lo tetep ngotot gak mau nemuin gua dan memilih buat sembunyi dari orang orang selama berhari hari padahal lo gak salah. Hari itu bokap gue married lagi, dan yang harus lo tau dia married sama nyokapnya Leviandra. Gua butuh lo saat itu." Eren mencoba menjelaskan.
"hah? Loh gimana ceritanya kok bisa?"