Hades menjalani kehidupan baru yang penuh dengan cobaan dan teka-teki. Seumur hidupnya, belum pernah sama sekali menginjakkan diri di dunia manusia ataupun alam iblis. Dunia manusia tempat dia berada saat ini sangat berbeda dengan Kerajaan Giok di atas langit.
Bahkan, dia diturunkan dalam bentuk bayi kecil yang rapuh. Sekali injak oleh orang dewasa, nyawanya akan melayang. Namun, Titan memberikan anugerah kepadanya bahwa dalam kondisi apa pun, Hades tidak akan mati. Tidak ada yang bisa membunuhnya selama dia menjalani hukumannya.
"Kasihan sekali anak ini."
Seorang perempuan tua yang kebetulan lewat melihat bayi dalam bungkusan kain serba hitam. Bayi itu menangis pertanda di sedang dalam masalah.
"Anak manis, siapa ibumu? Dan mengapa dia meninggalkan kau di sini?"
Perempuan itu berjongkok di sebelahnya dan menatap Hades dalam bentuk bayi yang kini rapuh dan lemah. Dia bahkan merasakan lapar saat ini.
"Aku lapar, tolong bawa aku," pinta Hades dengan wajah sendu.
"Di mana ibumu?" tanya orang tua itu seraya memperhatikan sekelilingnya. Dia sangat penasaran siapa yang tega meninggalkan bayi imut yang tidak bersalah itu.
Saat ini di Inggris sedang musim perang dan kelaparan terjadi di mana-mana. Tahun 1912 bukan masa yang baik, perang terjadi di mana-mana dan kelaparan juga mewabah seperti penyakit yang susah ditemukan vaksinnya.
"Aku tidak punya ibu, tolong bawa aku," pinta Hades dengan sekuat tenaganya.
"Aduh, jangan menangis. Hidupku juga susah. Kalau aku membawamu maka akan tambah jumlah mulut yang akan diberikan makan,. tetapi jika aku meninggalkan kau di sini, kau mungkin akan mati."
Perempuan berusia sekitar 50 tahunan itu terus berbicara seolah dia sedang bertengkar dengan dirinya sendiri.
"Bawa aku, aku bisa membantu kalian," teriak Hades dengan sisa energi yang dia miliki.
Perempuan itu tidak menoleh atau menatapnya. Akhirnya Hades mengerti bahwa perempuan itu tidak bisa mendengar ucapannya. Mungkin juga kemampuannya disesuaikan dengan bayi seusianya sehingga dia belum bisa berbicara dan hanya menangis untuk menyampaikan segala isi hatinya.
Hades sedih mengetahui kenyataan bahwa dia sekarang hanya seorang bayi yang merengek dan menangis di depan manusia yang lemah.
Dahulu, dia menganggap manusia itu sebagai mahkluk paling lemah dari semua alam yang ada dan kini dia benar-benar menjadi seperti manusia, lemah dan lapar.
Menyadari dirinya hanya bisa menangis dan memohon, harga diri pangeran mahkota tercabik-cabik seperti seseorang memukulnya dengan senjata andalan Titan dan merusak jiwanya.
"Ini lebih mengerikan daripada kematian," gumam Hades.
Pada titik ini dia sadar kenapa pada umumnya para dewa menolak diturunkan ke bumi dan mengalami penderitaan manusia. Terutama saat ini perang, dia akan dihadapkan dengan segala kejahatan yang keji. Manusia bisa saling membunuh dan memakan dalam kondisi paling darurat.
"Baiklah, aku akan membawamu, kuanggap ini sebagai suatu anugerah atau berkah," ucap perempuan bermantel hitam lusuh itu. Caranya berpakaian menandakan dia bukan berasal dari keluarga kaya ditambah lagi dialog monolog yang dia sampaikan tadi soal kekhawatirannya.
"Terima kasih, aku akan mengingatnya dengan baik," balas Hades dengan tulus andai dia bisa mengucapkannya dengan jelas dan perempuan itu bisa mendengar apa yang dia katakan.
Berada dalam pelukan perempuan paruh baya itu, Hades merasakan kehangatan yang belum pernah dia rasakan selama ini. Seolah ibunya, Rhea sedang memeluk dan memanjakannya seperti bayi baru lahir.
"Mengapa aku malah menangis? Apakah aku sudah sama seperti manusia? Memiliki sifat sentimental?"
Hades ingin mengutuk dirinya andai dia bisa. Namun, tanpa melakukannya dia sudah terkutuk. Tidak ada yang tersisa selain nama. Semuanya rusak dan hancur, termasuk kebanggaan selama ini.
"Rhea! Bayi siapa yang kau bawa?" tanya seorang pria berjanggut kemerahan senada dengan rambutnya yang agak panjang dan tidak terlalu rapi.
"Rhea? Dia benar-benar ibuku?" pikir Hades sambil menatap wajah wanita yang memeluknya itu. Wajahnya tidak begitu mirip dengan Rhea yang sesungguhnya walau dia bisa dikatakan termasuk cantik pada masanya walau tidak secantik para dewi khayangan.
"Lihatlah, Jimmy, dia sangat manis. Aku menemukannya di jalanan menuju ke sini. Dia menangis dan sepertinya dia kelaparan. Aku merasa kasihan jadi aku membawanya," jelas Rhea dengan bersungguh-sungguh dan bersemangat.
"Bagaimana kau bisa membawa bayi busuk ke rumah ini? Tiga anak sudah cukup membuat kita menderita bekerja keras!"
"Tapi dia butuh bantuan dan dia hanya seorang bayi," bela Rhea pada dirinya dan keputusannya.
Dia sudah bisa menebak kalau Jimmy, suaminya tersayang akan menolak ide baiknya itu. Bukan karena Jimmy benar-benar jahat, tetapi kondisi mereka memang sudah sangat menyedihkan.
"Persetan dengan kasihan, mengapa tidak kau kasihani dirimu saja terlebih dahulu?"
Pria itu membanting pintu dan berlalu entah ke mana. Jelas sekali emosinya meninggi seketika karena kondisi mereka memang tidak sebaik yang diharapkan, bahkan rumah itu jauh lebih kumuh dari yang pernah dibayangkan oleh Hades.
"Jangan menangis, anak manis, aku akan menjagamu," ucap Rhea sambil menggoyangkan sedikit tubuh Hades kecil yang tidak berdaya.
Rhea meletakkan bayi itu di tempat tidur dan pergi ke dapur.
Tak lama kemudian, dia datang membawa bubur labu yang sepertinya sudah dimasak sejak tadi karena terlalu cepat dia kembali jika harus menyiapkan segalanya dalam waktu singkat.
Sesuai memberikan Hades kecil makan, tiga orang anak kecil memasuki ruangan itu.
"Ibu, siapa dia?" tanya gadis kecil dengan mata bulat. Netranya cokelat terang dan rambutnya berombak, cokelat terang senada dengan warna bola matanya.
"Mmm, aku belum memberinya nama. Tapi mulai sekarang dia akan bersama kita. Apa kalian ada ide, siapa nama yang cocok untuknya?"
Rhea tersenyum menatap anak-anaknya yang masih terdiam. Entah mereka bingung atau cemburu.
"Griffin!" teriak salah satu dari gadis-gadis kecil itu.
"Hei, itu nama yang bagus," puji Rhea dengan senang.
Gadis kecil itu bersorak senang karena mendapat pujian. Hades mendengar Rhea memanggil putrinya dengan nama Isabella, Casandra dan Althea. Entah siapa yang memiliki nama yang mana, Hades tidak bisa melihatnya dengan jelas karena posisinya masih berbaring.
Sementara ibu dan tiga anak itu berbahagia, Hades harus meratapi dirinya dan nasibnya yang semakin menyedihkan saja.
"Andai mereka tahu arti nama itu sangat jelek," lirih Hades yang meronta dalam ketidakmampuannya.
Griffin hanyalah makhluk jelek yang terkutuk. Walau dia memiliki otak yang cerdas, pandangan setajam elang, tetapi dia memiliki hati yang jahat.
"Baiklah, mulai sekarang namamu Griffin," ucap Rhea bersemangat.
Hades putus asa pada hari pertamanya di bumi. Satu hal yang masih bisa disyukuri adalah bahwa dia masih hidup dan ada yang mau memungut dirinya walau kondisi mereka tidak seperti yang diharapkan. Lagipula, apa yang bisa diharapkan oleh seorang pangeran mahkota yang termakzul dan terbuang? Tidak ada! Mungkin dia malah harus memohon agar nyawanya diampuni.
Sangat miris!
Catatan: Maaf, yah, kalau silsilah keluarga Hades terkesan agak berantakan walau sebenarnya disengaja agar tidak sama persis dengan aslinya. Semoga suka dan jangan lupa berikan bintang lima supaya saya semangat terus update cerita ini.