Kehidupan Hades remaja tak selamanya menyedihkan, kadang-kadang dia merasa senang kala musim semi tiba. Melihat bunga bermekaran dan tanaman kembali menghijau membuatnya merasakan kehadiran Persefone secara nyata.
Tak heran kenapa Hades begitu mencintai musim semi dibandingkan tiga musim lainnnya. Namun, di dalam empat musim itu, ada satu musim yang selalu terjadi setiap saat, musim rindu---merindukan Persefone.
Ingatan Hades tidak pernah hilang atau pudar, dia selalu sama sejak dulu, lahir kembali menjadi bayi dengan cara yang ajaib. Bahkan, di kehidupan ini, dia masih bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi dahulu.
Satu hal yang dia syukuri dari kekuatan ingatan yang menyiksa itu adalah kenyataan bahwa dia masih bisa mengingat wajah Persefone dengan jelas.
"Griffin? Apa yang kau lakukan diam di sana?" teriak Rhea menyadari putra angkatnya berdiri tanpa bergerak untuk waktu yang cukup lama di tengah hamparan bunga liar di taman.
Beberapa saudarinya yang menyebalkan itu kecuali Casandra membicarakan Hades dan mengejeknya si gila seperti biasanya.
"Aku menikmati musim semi," balas Hades pelan ketika Rhea semakin mendekat.
Perempuan itu tersenyum. Sejak awal dia selalu menganggap Hades adalah anak ajaib dan istimewa walau tidak semua orang menganggap hal yang sama. Suaminya misalnya, dia entah kenapa sangat membenci Hades sejak awal kedatangannya. Padahal, seharusnya dia bersyukur dan senang karena akhirnya memiliki seorang putra. Apalagi Hades bukan anak manja dan bisa diandalkan di perkebunan dan mengambil kayu di hutan.
Selain Jimmy, pada tetangga juga banyak yang menganggap Hades sangat aneh. Pokoknya, mereka akan menggunjing apabila ada waktu dan kesempatan, seolah kehidupan mereka sudah sangat baik dan bagus dibandingkan siapa pun.
"Kau begitu menyukai musim semi."
Rhea menatap wajah Hades remaja dan wajahnya menunjukkan penuh kasih sayang dan juga kelembutan. Hades berkali-kali seperti sedang bermimpi dan berimajinasi bahwa Rhea yang di hadapannya ini adalah orang yang sama dengan ibunya yang asli, walau kemungkinannya sangat kecil.
"Aku suka. Aku merasa seperti hidup ketika musim semi," jelas Hades tidak mau menjelaskan alasannya yang sebenarnya.
Sejujurnya, dia tidak berdusta soal merasa hidup. Hanya saja tidak mau menjelaskan lebih banyak dan lebih jelas.
"Kau memang gila, apa kau pernah hidup? Hidup macam apa?" ejek Isabella yang tiba-tiba datang dan melempar kepala Hades dengan sebongkah bunga yang agak besar.
"Isabel! Jaga ucapanmu!" teriak Rhea dengan nada marah.
Dia hendak mengejar dan menghukum gadis itu, tetapi dihentikan oleh Hades.
"Ibu, biarkan saja. Aku sudah tidak terganggu dengan apa yang dia lakukan. Aku tidak menganggapnya serius," ucap Hades.
Hati Rhea berdecit mendengar penjelasan anak baik itu. Dia menganggap Hades terlalu polos dan naif sehingga orang-orang mudah saja menindasnya.
"Kau terlalu baik dan polos. Dia akan terus menindasmu kalau begini. Biar aku beri pelajaran," ucap Rhea.
Hades tentu saja tidak mau hal itu terjadi. Sesungguhnya dia bukanlah lemah atau naif, hanya saja dia masih bisa memaafkan gadis lemah itu. Bila saatnya Hades marah, siapa yang bisa menghadapi kemarahannya? Dia tentu saja akan menghadapi kematian yang nyata.
"Aku akan membalasnya suatu saat. Itu bukan hal penting."
Hades mencoba menjelaskan dengan baik. Walau terdengar naif, Rhea akhirnya luluh dengan penjelasan putranya. Dia tersenyum dan semakin yakin bahwa mengambil anak yang dia temukan lima belas tahun yang lalu ada tindakan benar. Lihatlah, anak itu telah tumbuh dengan baik dan dia sangat berhati mulia.
"Aku masuk dulu menyiapkan makan malam, kau jangan terlalu lama di sini," ucap Rhea sambil mengelus lembut kepala Hades dan berlalu ke dalam rumah.
Hades menatapnya sampai perempuan tua itu menghilang di balik pintu.
"Aku mendapat kebaikan di antara semua omong kosong ini."
Hades memulai monolognya dan mengingat kejadian beberapa tahun lalu. Dia sangat merindukan Persefone, kekasihnya yang cantik dan manis. Wajahnya sangat indah seperti bunga yang sedang mekar.
Berkali-kali membayangkan wajahnya, selalu saja membuat Hades tersenyum dan terluka dalam satu waktu. Dia sudah lama tidak bertemu walau 15 tahun bagi dewa adalah waktu yang singkat. Namun, soal urusan hati dan rindu, tidak ada yang singkat, sehari bisa terasa seperti seribu tahun.
"Apa kabarmu? Apa kau baik-baik saja? Aku masih di sini menjalani hukuman. Kuharap hidupmu baik dan Zeus si brengsek itu berhenti mengganggu," ucap Hades dengan nada lirih.
Ketika dia selesai berucap dan memaki Zeus dalam hatinya, suara petir terdengar di langit dan seketika awan menjadi lebih gelap.
"Griffin, ini akan hujan, masuklah!" teriak Casandra.
Hades masih diam terpaku. Dia tahu kalau saudaranya itu mungkin saja mendengarkan ucapannya lalu murka.
"Persetan dengan Zeus! Aku akan menantangnya sampai ke neraka!"
Hades semakin kesal dengan ancaman Zeus yang baru saja menunjukkan kehadirannya dengan petir tersebut.
"Griffin, kau bisa sakit kalau begini!"
Casandra mendekatinya dengan membawa payung dan juga menarik Hades masuk ke dalam rumah karena gerimis mulai turun perlahan.
"Musim semi dengan gerimis, ini aneh," ucap Casandra pelan.
"Ini memang aneh, temanmu itu yang aneh!" teriak Isabella dan Althea.
Mereka berdua paling suka menindas Hades dan Casandra. Tak ada hari tanpa hinaan dan kata-kata kasar yang dilontarkan pada dua orang itu.
"Tutup mulutmu! Kau tidak bisa berkata sesukamu!" teriak Casandra tidak suka Hades diperlakukan kasar oleh dua gadis itu.
Hades yang masih kesal dan emosi pada Zeus karena kerinduannya pada Persefone tidak peduli dengan Althea dan Isabella. Dia masih memikirkan tantangan di kepalanya. Zeus adalah penyebab bencana ini, bencana cinta yang membuatnya harus menjalani kehidupan dengan sangat aneh, menderita dan dinistakan.
"Kau siapa berani membentak kakakmu, huh?" Althea sebagai kakak paling sulung menarik rambut panjang Casandra yang berwana cokelat terang seperti emas yang indah.
"Lepaskan aku!"
Casandra berusaha melepaskan dirinya dari cengkeraman kakaknya yang kejam itu. Semakin dia berteriak, Althea malah menambah kekuatan dan membuatnya semakin kesakitan.
Tak cukup hanya itu, Isabella juga turut menyiksa Casandra agar tidak terlalu membela Hades.
"Kau harus tahu siapa saudaramu dan siapa yang bukan. Dia hanya anak pungut yang dibuang oleh orang tuanya. Bagaimana kau bisa lebih menyayangi dia dibandingkan kami?"
Isabella terus mengancam Casandra dengan berbagai ucapan kasar dan menyakitkan sambil menarik rambutnya dari sisi lain sedangkan Althea di sisi lainnya juga tertawa terbahak-bahak karena senang melihat Casandra menderita.
"Lihat, kau membela dia dengan sangat, sedangkan dia hanya diam melihat kau menderita. Apakah hatimu tidak sakit? Kau diabaikan," cecar Althea sambil mengejek Hades yang masih duduk terpaku sambil menatap langit.
Amarahnya masih meledak di dalam sana, sekarang dia semakin marah dengan ucapan gadis itu.
"Kau, Griffin jelek dan hina!" teriak Isabella.
Seketika Hades menatapnya dan Isabella melihat api yang menyala-nyala di dalam mata remaja berambut gelap itu. Dia berteriak histeris dan sampai akhirnya tidak mampu berucap. Althea kebingungan dan melepaskan cengkeramannya dari Casandra.
"Hei, ada apa ini?" tanyanya penasaran.
"Ampun! Aku mohon ampun, aku tidak akan melakukannya lagi," teriak Isabella sambil berlutut di hadapan Hades.
Dia melihat neraka yang menyala-nyala dan Hades duduk di atas tahtanya sedangkan dia menjadi salah satu tahanan di sana. Entah itu halusinasi atau bukan, Isabella merasa itu terlalu nyata.
"Itu adalah masa depanmu jika kau tidak berubah," ucap Hades.