Chereads / Hades: The Cursed Prince / Chapter 6 - Meninggalkan Rumah

Chapter 6 - Meninggalkan Rumah

Setelah memutuskan untuk pergi, Hades menghabiskan hari-hari terakhirnya dengan baik bersama keluarga angkatnya. Hades tidak ingin meninggalkan duka di antara mereka, terlebih Rhea dan Casandra sudah banyak berbuat bagi seumur hidupnya di bumi ini.

Meski berat, Rhea akhirnya merelakan kepergian Hades, anak angkatnya yang sudah dianggap sebagai anak sendiri.

"Aku menjaga dan merawatnya dan sekarang dia pergi meninggalkan aku. Dunia memang sungguh tidak adil," monolog perempuan paruh baya itu sambil terus menyisir rambutnya dan meneteskan air matanya perlahan.

Seumur hidup, dia sudah banyak mengalami kesusahan dan penderitaan serta perpisahan. Namun, berpisah dengan anak yang dia temukan, cintai, besarkan dan sayangi adalah hal terberat baginya.

"Dewa sangat tidak adil," gumam Rhea lagi.

Entah sejak kapan keluarga yang tidak menganut agama itu mulai membicarakan dewa dan segala keserakahannya. Hades adalah pelaku yang menjelaskan bahwa dewa tidak sebaik dan seindah yang dilukiskan dalam cerita. Banyak dewa melakukan kejahatan dan juga beberapa perbuatan yang tidak mulia.

Jika dibandingkan dengan manusia, tidak jauh berbeda kebobrokannya. Atau jangan-jangan, dewa adalah contoh manusia dalam segala hal?

Bisa saja iya dan bisa juga tidak. Kita tidak pernah tahu apakah manusia atau dewa yang terlebih dahulu diciptakan. Jangan-jangan sebenarnya manusia dan dewa adalah sama hanya beda zaman?

"Aku hanya menginginkan anak laki-laki, aku mendapatkannya dan kemudian harus melepasnya," gumam Rhea.

Perempuan itu terus meratapi nasibnya sampai dia dikejutkan oleh Isabella yang datang memanggil ibunya untuk sarapan dan kemudian mengantarkan Hades berangkat ke peperangan.

Tentu saja mereka akan latihan dulu sebelum dibuang ke medan peperangan yang ganas itu.

Belum ada kabar anak muda yang kembali dari medan perang dengan selamat. Kalau pun kembali, mereka sudah jelas cacat dan dianggap tidak berguna lagi seumur hidup.

Ide soal cacat dan mati adalah hal terburuk dalam pikiran Rhea. Bagaimana dia bisa membayangkan Hades yang tampan dan tinggi mendadak cacat? Bukankah akan lebih baik mati daripada melihatnya seperti itu?

"Kau pergilah, Ibu akan menyusul," ucap Rhea pada putrinya dan anak itu menurut dengan sopan.

Di ruang makan, Casandra terlihat seperti orang yang patah hati. Sejak lama dia senang dengan kehadiran Hades dan takut kehilangannya. Akhirnya, ketakutan itu menjadi suatu kenyataan yang, kenyataan pahit yang sulit diterima.

Gadis itu membayangkan melepas Hades karena menikah dengan orang lain, kenyataannya dia malah pergi mengantarkan nyawa. Suatu ide yang tidak pernah dipikirkan atau sengaja diabaikan.

"Makanlah dengan baik, kau bisa sakit kalau begini," ucap Hades dengan lembut.

Casandra mengangguk tanpa semangat. Dia seperti seseorang yang akan kehilangan masa depannya. Seolah dia dijual oleh ayahnya untuk membayar utang kepada pria tua dan botak serta jelek.

"Aku tidak akan mati, kau tahu aku tidak bisa mati. Percayalah, tidak akan lama lagi akan ada yang datang melamarmu," jelas Hades.

Casandra sedikit tersentak dengan kabar itu. Dia memang tidak terlalu memikirkan menikah karena dua kakaknya belum menikah dan tentu saja sebagai anak bungsu dia harus menunggu giliran.

"Bagaimana denganku?" tanya Althea sedikit bersemangat sampai ayahnya menatapnya dengan sorot mata tajam dan akhirnya terdiam.

"Kau setelah Casandra," jelas Hades.

Althea hampir saja akan memprotes, tetapi mengingat dia sudah diperingatkan berkali-kali dalam mimpi, akhirnya dia hanya bisa diam.

"Begitu juga bagus," lirihnya pelan.

"Kalau ada yang menyakiti dia akan celaka, jangan berpikir untuk melakukan itu," ancam Hades pada dua gadis lainnya yang dahulu memang sudah melakukan persekusi pada Casandra.

Bukan main-main ancaman sang pangeran maut. Dia sudah menjalankan tugasnya sebagai pencabut nyawa sejak usia belasan dan belum ada yang sadar siapa dia sebenarnya.

Beberapa kali Casandra agak curiga, tetapi dia hanya diam dan percaya pada Hades. Sementara dua saudarinya hanya diam dan tidak berani. Dibandingkan memikirkan dunia bawah dan penguasanya, mereka hanya berpikir bahwa Hades adalah penyihir jahat yang bisa mengutuk dan menakuti korbannya dengan beberapa sihir yang mengerikan.

Pemikiran gadis itu memang sempit sama seperti pergaulannya.

"Aku tidak akan melakukannya. Aku bersumpah," kata Althea.

Hades tersenyum puas. Andai dia melakukannya tentu saja akan ada konsekuensi yang akan ditanggung. Hades tidak akan meninggalkan Casandra tanpa penjagaan. Itu sudah jelas.

"Kau malah senyum di saat-saat seperti ini? Apa hanya aku yang murung?"

Rhea akhirnya muncul dengan wajah berduka yang dipaksa senyum dan pura-pura marah.

Hades belum pernah melihat duka yang sedalam itu di wajah ibunya. Timbul sedikit rasa sakit dan kasihan. Namun, Hades tidak akan menyerah pada takdirnya demi kehidupan manusia yang sementara saja.

"Hidup harus berjalan terus, tersenyum dan berbahagialah. Dengan begitu aku bisa pergi dengan tenang dan memenangkan perang," kata Hades.

Rhea tertawa tanpa rasa humor. Dia sengaja melakukannya untuk menutupi kepedihan yang dirasakan. Memang perempuan itu belum pernah kehilangan anaknya kecuali bayinya yang belum lahir.

Rasa sakit kehilangan anak yang sudah dilihat wajahnya ternyata jauh lebih sakit dibandingkan kehilangan janin yang belum terbentuk sama sekali.

"Baiklah, kau saja bisa tersenyum dan tertawa, mengapa aku harus bersedih?"

Rhea pura-pura melupakan kepedihannya dan makan dengan rasa sesak di dada. Makanan itu seharusnya enak karena Hades yang memasaknya, tetapi khusus hari ini rasanya seperti sekam gosong.

"Aku akan pergi dan kembali. Jangan khawatir," ucap Hades lagi.

"Aku akan menunggumu," balas Jimmy tiba-tiba berbicara.

Dua pekan ini, dia sangat berubah, terutama setelah Hades setuju untuk berangkat perang mewakili keluarga itu.

"Itu bagus," jawab Casandra untuk menghilangkan kecanggungan di antara mereka.

Althea dan Isabella pura-pura tertawa untuk membantu keluarga aneh mereka terlihat ceria dan tidak kaku.

"Kau akan menikah terakhir," kata Hades pada Isabella.

"Kenapa aku? Bagaimana dengan calon suamiku? Bagaimana wajahnya?" tanya gadis itu penasaran.

Hades melihat dalam pikirannya dan mengetahui bahwa pernikahan gadis itu tidak akan berakhir dengan baik. Dia mendapatkan suami yang sangat kasar meski lumayan kaya. Selain itu, Isabella akan jatuh cinta pada seseorang setelah pernikahan menambah penderitaan cinta dalam hidupnya.

"Dia tidak akan lebih tampan dariku," jelas Hades.

Isabella tertawa terbahak-bahak.

"Buat apa tampan? Asalkan dia baik dan kaya. Aku bosan hidup miskin," ucap gadis itu dengan sombong lalu melanjutkan makannya.

"Kalau begitu keinginanmu terpenuhi," jawab Hades tidak berbohong walau tidak mengatakan segalanya.

Acara sarapan terakhir itu menjadi momen yang lucu. Belum pernah mereka makan bersama dengan suasana yang terbilang baik.

Tak lama setelah makan, Hades berangkat dengan membawa perlengkapannya. Keluarga itu melepasnya dengan perasaan yang campur aduk.

Hades tahu dia tidak akan kembali ke sini. Namun, dia bisa menemukan mereka di kehidupan lain.

Kekuatan Hades melihat masa depan tidak berlaku pada dirinya sendiri. Itulah sebabnya, dia tidak akan tahu apa yang akan terjadi padanya ke depannya.

Dengan tekad yang bulat dia melangkah pergi.

"Selamat tinggal rumah dan selamat bertemu kembali," lirihnya sambil terus menunggang kuda hitamnya yang perkasa.

Dia akan melanjutkan perjalanan, lebih tepatnya hukuman demi Persefone, kekasihnya tersayang.