Chereads / Hades: The Cursed Prince / Chapter 9 - Ledakan Baru

Chapter 9 - Ledakan Baru

Masih tetap bersembunyi di tempat yang aman, di gua yang sengaja dibuat untuk perlindungan. Hades dan Heracles melihat dari kejauhan beberapa orang meninggal dari antara mereka.

Pepohonan dan juga tanaman lain ikut terdampak. Kejahatan manusia dengan memanfaatkan teknologi semakin menjadi dan Hades sadar betul bahwa manusia tidak jauh berbeda dengan para dewa di istana langit. Mereka sama-sama memiliki ambisi, keinginan dan juga nafsu.

Ketiga hal itu selalu menjadi penyebab masalah.

"Kau yakin kita hanya diam saja?" tanya Heracles tidak sabaran.

"Kau percaya padaku?" tanya Hades dengan serius.

Heracles terdiam sejenak dan memikirkan beberapa hal yang terjadi selama beberapa bulan ini mereka bersama. Dia pernah melihat mata Hades bersinar seperti nyala api yang tidak bisa padam. Pernah juga dia menemukan temannya itu mencabut nyawa seseorang walau tidak terlalu jauh dan Heracles mengira bahwa dia hanya berhalusinasi.

Dia berpikir mungkin itu adalah proses pendewasaan sebagai manusia setengah dewa.

Yang paling menakutkan, Hades pernah menunjukkan padanya melalui penglihatan yang tidak disengaja kondisi alam bawah.

Itu membuat Heracles tidak bisa berkata-kata atau meragukan lelaki yang tiarap di sebelahnya.

"Kurasa aku bisa," ucap Heracles, dia terdiam sejenak lalu melanjutkan, "bisa mempercayaimu," lanjutnya.

Hades mengangguk pelan sebagai respons. Dia tahu kenapa Heracles masih meragu. Dia sendiri belum tahu siapa dirinya dan bagaimana dia bisa menjalani kehidupan ini ke depannya. Tidak banyak yang bisa dia ketahui selama ini. Ibunya meninggal setelah dia lahir dan keluarganya membuangnya hingga akhirnya dipungut oleh seorang petani yang miskin dan istrinya mandul.

Bisa dikatakan dia masih agak beruntung sama seperti kehidupan Hades.

Awal mula Heracles diketahui sebagai anak dewa karena kekuatannya yang luar biasa dan ada tanda di tubuhnya.

Menurut kepercayaan saat itu, hanya anak dewa yang memiliki tanda lahir seperti itu. Walau bentuknya kurang jelas apakah itu petir, trisula atau bentuk lainnya.

"Itu bagus," kata Hades.

Dalam hatinya dia melanjutkan, "Bagus untuk hidupmu yang malang. Aku tidak tahu apakah masih bisa berteman denganmu setelah kau mengetahui kenyataan bahwa aku dan ayahmu adalah musuh. Eh, tidak! Dia yang menjadikan kakaknya musuh, terkutuk dan dibuang."

Hades menderita memikirkan hal-hal itu. Di satu sisi dia tidak peduli dengan Zeus dan anak-anak haramnya, di lain sisi, Heracles ini sudah dekat dengannya. Bahkan, di saat semua orang menjauhinya (sebenarnya ini yang dia harapkan, sendiri dan tetap menjaga privasi), Heracles datang padanya sebagai teman.

Meski pada awalnya Hades ingin sekali menolak, ada rasa yang sulit dijelaskan dan membuat hubungan mereka seperti saudara.

Anggap saja darah memang lebih kental dibandingkan air walau Zeus yang adalah saudara kandungnya bisa melakukan hal keji demi keinginan dan ambisinya semata.

Sulit untuk melawan kekuatan Zeus karena dia dibela dan disukai oleh banyak dewa lainnya. Sementara Hades yang pendiam, suci dan tulus menjadi terbaikan dengan ketidakhadirannya dalam beberapa momen politik di istana langit.

"Bisakah kau katakan berapa lama lagi ledakan ini akan terjadi?"

Heracles sudah mengetahui kemampuan Hades. Sudah beberapa kali Hades mengucapkan hal-hal yang belum terjadi dan semuanya akurat. Itulah sebabnya Heracles yang sebelumnya tidak percaya mitos dan ramalan, menjadi yakin pada Hades soal pembacaan masa depan.

Andai saja dia lebih berani, mungkin dia akan menanyakan asal-usulnya lain kali.

"Masih ada beberapa lagi," jawabnya tanpa mengelak atau berpura-pura tidak tahu.

"Bagaimana dengan orang-orang ini semua?" tanya Heracles penasaran apakah mereka akan mati semua, yah, kecuali mereka berdua tentunya. Atau, akankah ada yang tersisa.

"Sekarang kita harus membantu mereka," kata Hades mulai berlari dan membawa orang-orang yang terluka ke dalam persembunyian.

Hanya yang masih hidup akan mereka selamatkan, sedangkan yang meninggal dibiarkan saja sampai ledakan dan serangan terhenti.

Para pelatih sibuk meneriakkan pasukan dan mengatur persembunyian dengan biak. Tidak disangka tempat latihan mereka bisa mendadak diserang oleh orang yang tidak dikenal?

Siapa yang peduli dengan penyerang itu sekarang? Yang pasti mereka musuh.

Hades berlari dengan cepat walau dia masih menggunakan kekuatan yang masuk akal sebagai manusia dan membawa beberapa yang terluka. Tentu saja dibawa satu per satu sama seperti yang dilakukan oleh Heracles.

Pelatih dan teman-temannya yang selama ini tidak pernah melihat keunggulan Hades agak terkejut dan senang dengan dua orang yang memiliki kemampuan super power itu.

Namun, tidak ada waktu untuk membahas hal-hal ajaib itu. Mereka harus terus melakukan penyelamatan dan kemudian menutup tempat persembunyian.

Setelah selesai, para pelatih mulai mencari bala bantuan ke pusat. Sialnya semua sambungan komunikasi malah terputus dan mereka mulai putus asa.

"Sialan! Kenapa mereka melakukan ini!" teriak John sebagai pelatih utama mereka.

Pelatih lainnya menguatkan pria itu dengan kata-kata penghiburan dan tepukan di pundak sebagai bentuk kepedulian.

"Siapa yang melakukan serangan?" John masih terkejut dengan kejadian itu. Ini adalah pertama dalam hidupnya, kamp pelatihan diserang tanpa aba-aba. Andaikata itu musuh, tentu saja akan memasang bendera perang terlebih dahulu.

Lalu siapa pelakunya?

"Menurutmu itu siapa?" bisik Heracles tanpa membuat perhatian berlebihan. Dia sudah mulai tahu sikap Hades yang tidak suka pamer.

"Orang dalam," kata Hades santai.

"Orang dalam?"

Suara Heracles agak kencang dan beberapa orang menatap mereka berdua. Andai saja tadi keduanya tidak melakukan perbuatan yang terpuji tentu saja mereka akan dianggap gila atau minimal mendapatkan hukuman.

Inilah yang dinamakan dengan diskriminasi atau kolusi tanpa disadari. Orang akan bisa mentolerir perbuatan yang kurang baik kalau citra mereka baik.

Sadar atau tidak hampir semua pernah melakukannya.

"Maaf, tidak perlu melihat kami begitu."

Heracles menjadi canggung dan tidak tahu harus memulai dari mana untuk mencairkan suasana.

Hades seperti biasanya masih tenang dan wajah tanpa ekspresi itu paling baik digunakan di saat seperti ini.

Untung saja pasukan medis melaporkan membutuhkan bantuan sehingga mereka melupakan kejadian barusan dan fokus membantu yang terluka dan masih bisa diselamatkan.

Hades dan Heracles tentu saja ikut membantu orang-orang itu. Andai saja Hades diberikan izin untuk menggunakan kekuatannya, tentu tidak akan sulit mengalahkannya mereka semua. Namun, dia hanya bisa menggunakannya apabila nyawanya terancam. Itupun tidak tahu ukurannya seperti apa.

"Menurutmu sampai kapan kita begini di sini, bisakah aku tahu? Beritahu aku," ucap Heracles terlihat sudah semakin percaya dengan temannya itu.

Hades melihat ke depan dan terkejut dengan apa yang dia lihat. Dia tidak pernah bereaksi seperti saat ini.

"Aku harus pergi kalau dia datang," gumam Hades dalam hatinya.

"Kenapa?" tanya Heracles.

"Tidak ada. Baik-baik saja," dustanya dengan baik.

Karena wajahnya tidak terlalu ekspresif, makan ketika tidak mau mengatakan yang sebenarnya, dia tidak terlalu kelihatan. Lagipula memang tidak akan terjadi hal buruk. Hanya saja kejadian itu kurang baik bagi Hades.