Chereads / Hades: The Cursed Prince / Chapter 5 - Awal Konflik

Chapter 5 - Awal Konflik

Perang semakin parah, hampir setiap negara ikut dan minimal terkena dampaknya. Penjajahan terjadi di mana-mana dan semua rakyat menderita karena peperangan yang menyebabkan kemiskinan dan kematian orang banyak.

Pemerintah mewajibkan setiap keluarga mengirimkan anak laki-laki yang sudah mencapai usia 17 tahun untuk ikut berperang. Tak terkecuali apakah itu keluarga kaya atau miskin, semua ikut berperan.

"Kau sialan, kenapa harus dia?" teriak Rhea tidak terima karena Jimmy akan mendaftar Griffin atau Hades dari keluarga mereka.

Selama ini, pria berambut kemerahan itu tidak pernah mengakui atau menyukai keberadaan Hades, ini pertama kalinya dia mengakui Hades itu pun akan dikirimkan ke medan perang. Wajar saja Rhea agar marah dan kesal.

"Kita tidak punya putra lainnya," jawab Jimmy dengan santai.

"Selama ini kau tidak mengakui dia dan dalam hal seperti ini barulah kau mau mengakui? Itu sama saja mengirimkan dia ke neraka, ke lubang kematian."

Rhea membayangkan nasib buruk yang akan menimpa Hades karena perang itu tidak mungkin berakhir dalam waktu singkat. Manusia terlalu tamak dan sombong untuk mengakhiri perang. Entah kenapa menjadi pemenang perang seolah menjadi satu kekuatan yang wajib dibuktikan sebagai negara penguasa.

Dunia memang sudah semakin kacau.

"Lalu, apa kau ingin aku yang pergi? Apa dia lebih berguna dan lebih penting dibandingkan aku?"

Jimmy mendesak Rhea dengan ucapan sentimental yang bisa menggugah hati wanita itu.

"Anak-anakku sendiri belum ada yang menikah karena kemiskinan kita. Sekarang, apa kau berniat menjadi janda hanya demi kasihan pada anak sialan itu? Dia hanya anak pungut yang tidak jelas asal-usulnya. Camkan itu, dia bukan anakmu. Hidup selama 17 tahun sudah cukup bagus baginya. Kau harus menyadari itu."

Jimmy memang tidak seutuhnya salah walau dia tidak bisa juga dibenarkan. Manusia yang egois dan kasar memang sudah biasa. Jimmy adalah salah satunya manusia itu.

"Kau gila, kau benar-benar gila. Tak kusangka kau bukan manusia, kau iblis, setan!"

Rhea terlalu emosi dan membanting pintu lalu keluar kamar mereka.

"Ka-kau di sini?"

Rhea terkejut begitu mendapati Hades berada di depan kamarnya. Dia bersama Casandra dengan wajah yang murung dan terlihat baru saja menangis.

Hades mengangguk.

"Dia akan pergi. Tolong Ibu, jangan biarkan dia pergi," kata Casandra sambil menangis karena hatinya terasa sakit.

Tidak ada yang lebih menyakitkan dibandingkan kehilangan seseorang yang kita sayangi. Casandra tidak mau hal itu terjadi, selama ini hanya Hades yang menganggapnya sebagai saudara. Dua kakaknya lebih mirip monster dibandingkan manusia.

"Jangan pergi!"

Rhea mengucapkannya dengan nada bergetar dan nada lirih. Dia terlihat begitu patah hati melepas Hades yang akan dikirimkan dua pekan lagi.

Selama ini Hades sudah lebih dari sekadar anak angkatnya.

"Jangan menangis. Aku akan pergi tapi bukan untuk mati. Aku akan melawan mereka," kata Hades membuat tangisan ibu dan anak itu malah semakin meledak.

Dia sudah tahu bahwa hal-hal baik tidak akan bertahan lama dalam hidupnya. Segala hal buruk justru akan mendatangi dirinya entah dia berangkat perang atau tidak. Hal itu pasti akan terjadi karena sudah takdirnya. Tidak bisa dilawan.

"Kau bisa kabur. Kenapa tidak kabur saja? Nanti malam kau bisa pergi dari sini. Kau hanya perlu hidup. Tetaplah hidup," kata Rhea dengan mata berkaca-kaca.

Isabella dan Althea sudah lama tidak berani mengganggu Hades semenjak kejadian dua tahun lalu. Jadi, mereka hanya diam menguping tanpa bisa atau berani melakukan apa pun.

Isabella sudah terlalu ketakutan melihat neraka dengan api yang menyala-nyala, sedangkan Althea setiap malam selalu bermimpi buruk soal dirinya disiksa di alam bawah. Mimpi itu baru berhenti ketika dia meminta maaf pada Hades dan Casandra.

Mereka mulai curiga bahwa anak itu bukanlah manusia biasa. Walau begitu, keduanya tidak berani mengganggu dan hanya diam saja.

"Aku harus pergi, tidak boleh kabur. Sudah takdirku," jelas Hades dengan tenang.

Daripada kabur dan menemukan masalah baru yang belum jelas, Hades lebih suka menghadapi perang yang sudah nyata. Lagipula, dia tidak akan mati apa pun yang terjadi.

"Kau bisa kabur, kenapa lebih memilih mati?" teriak Casandra dengan suara pilu.

Air mata gadis itu terus menetes seperti sungai di musim semi. Wajahnya yang cantik dan kulit putihnya terlihat memerah karena menangis.

Hades menghapus air mata Casandra dengan lembut dan berusaha menenangkan gadis itu.

"Aku tidak akan mati, ingatlah. Aku akan selalu hidup dan ada," ucap Hades dengan jujur walau terdengar sebagai janji kosong.

Casandra terdiam dan memikirkan beberapa hal. Sudah banyak kejadian ajaib yang Hades tunjukkan padanya. Entah itu menyalakan api tanpa korek dan minyak, memindahkan barang tanpa menyentuh dan lain sebagainya.

Namun, soal perang adalah hal lain. Dia tidak yakin dengan kemampuan itu apakah Hades benar-benar tidak akan mati.

"Aku tidak bisa mati," bisik Hades sambil memeluk Casandra.

Gadis itu tertawa sambil menangis mendengar penjelasan itu. Dia sudah lama mendengar omong kosong itu.

Bagaimana seseorang tidak bisa mati? Pikiran Casandra sebagai manusia biasa tentu saja tidak bisa disalahkan.

"Jadi, kau yakin akan pergi?"

Suara Jimmy tiba-tiba terdengar membuat Rhea marah dan hendak melempar suaminya dengan parang atau benda tajam lainnya.

"Tentu saja. Aku sudah menganggap keluarga ini sebagai keluargaku walau kau tidak pernah menganggap aku begitu."

Ucapan Hades tidak mengada-ada dan memang benar adanya bahwa Jimmy sudah memperlakukan dirinya sangat buruk.

Jimmy terdiam dan menyadari kesalahannya. Sesungguhnya dia tidak benar-benar membenci anak itu, dia hanya sedang kesal pada kondisi, pada kemiskinan yang terus mendesak hidup mereka.

"Aku tahu," jawab Jimmy tidak tahu lagi harus berkata apa.

"Aku tidak menyalahkanmu," ucap Hades lagi.

Jimmy agak terkejut dengan ucapan anak itu. Tidak seharusnya dia mengatakan kata-kata itu apalagi menjelang dikirimkan ke medan perang. Dia benar-benar sudah salah selama ini tidak bisa melihat sisi baik Hades karena terlanjur memandang dia sebagai anak sialan yang menyusahkan hidup mereka.

"Kau puas? Kau begitu menindas dia dan dia malah memaafkanmu!"

Rhea pergi setelah menyampaikan isi hatinya. Dia masih kesal pada suaminya yang dinilai tidak adil dan sudah kejam sejak awal. Walau sejujurnya dia sendiri tidak bisa menghalangi keinginan Hades.

Jimmy terdiam seribu bahasa. Dirinya memang sudah salah dan waktu tidak mungkin diulang.

"Terima kasih," ucap Jimmy pada Hades.

Untuk pertama kalinya dia mengucapkan kalimat itu pada anak angkatnya dan mungkin akan menjadi yang terakhir kalinya juga.

"Kenapa baru sekarang?" tanya Casandra dengan mata berair menahan air matanya.

"Menyesal itu selalu di akhir," ucap Jimmy pelan.

Dia menepuk pundak Hades lalu berlalu ke padang rumput di belakang rumah mereka. Tempat Hades dan Casandra suka bermain-main, terutama di musim semi.

Begitulah Hades akan dihadapkan pada kehidupan lain yang akan mengirimnya pada kejadian-kejadian aneh lainnya.