Angin bersambut saling bertautan melepas aura dingin yang mencengkram kulitnya yang putih pucat.
Setelah itu, Shopia membentangkan kedua tangannya sambil mendongak ke langit yang bertabur bintang.
'Inilah akhir dari kisah hidupku. Daripada hidup selalu menderita lebih baik aku mati. Kematianku akan membuat banyak orang bahagia setelah itu aku akan terlupakan. Andai takdir bisa aku ubah'
"Kenapa hidup sangat tidak adil padaku? Kedua orang tuaku meninggal dalam kecelakaan, aku di usir dari rumah bibi ku karena dia anggap pembawa sial. Dan sekarang, aku di putusin oleh pacar yang membuatku harus bekerja banting tulang untuk membantu kuliahnya. Tapi, apa yang aku dapat, dia malah mengkhianati aku, lelaki tidak tahu di untung atau aku yang bodoh. Arggg .... " Shopia berteriak sekencang -kencangnya agar ia merasa lega.
"Berisik!"
Seorang yang memiliki mata kebiru-biruan melihatnya dengan heran. Lelaki itu hanya ingin menikmati malamnya dengan segelas anggur di gelas beningnya.
Shopia menoleh kepada lelaki itu dengan fikiran kosong. Air mata terus mengalir dari mata indahnya.
"Apa kamu mau bunuh diri? "
Lelaki itu bertanya pada Shopia setelah melihat ekspresi wajah Shopia yang begitu buruk.
"Kamu tidak tahu apa-apa. Sebaiknya kamu tidak ikut campur. " Shopia membenci lelaki itu karena dimata nya semua lelaki sama saja.
"Aku tidak akan ikut campur. Tapi, penampilanmu yang menyedihkan membuat mataku terganggu. Aku membenci wanita lemah. " Lelaki itu tidak memiliki simpati untuk Shopia.
Lelaki itu berpaling dari Shopia untuk menikmati sisa anggur merah yang masih tersisa di gelasnya. Ia melempar tatapannya ke bawah.
Lelaki itu sudah mengacaukan rencana kematiannya. Shopia mengurungkan niatnya.
Gaun pernikahan itu terlalu panjang sehingga ia kesulitan untuk turun.
"Arrggg ... " Shopi tidak bisa menyeimbangkan tubuhnysa saat kaki kanannya menginjak gaun panjang yang membuatnya jatuh.
Shopia berhasil memegang ujung balkon sebagai usaha untuk bertahan hidup. Ia baru sadar kalau kematian tidak akan membuatnya bahagia, justru akan membuat orang yang menginginkan kematiannya hidup bahagia.
Lelaki bermata biru itu menoleh. Ia meletakkan gelas kosongnya lalu melompat ke balkon Shopia.
"Tolong ... " Hanya satu kata yang terucap dari bibir manis Shopia.
Tapi, lelaki itu hanya menontonnya tanpa menunjukkan keinginan untuk menolong.
"Tolong aku! "
Shopia menatap lelaki itu sambil meminta pertolongan untuk kesekian kalinya.
"Kenapa meminta tolong, bukankah kamu mau mati? " Tanya lelaki itu dengan suara yang dingin.
"Aku tidak ingin mati. Jadi, tolong selamatkan aku! " Jawab Shopia menggunakan tenaga terakhirnya.
Kamu dan masa itu masih tetap sama. Haruskah aku membunuhmu lagi sebelum kamu bertemu dengan nya yang sudah puluhan tahun bertahan hanya untuk menunggumu terlahir kembali.
Lelaki itu tersenyum melihat Shopia yang sudah tidak bisa menahan diri. Ia ingin membantu Shopia untuk mati dengan mengeluarkan api dari sudut telunjuknya. Tapi, ia segera memadamkan api itu karena tidak ingin kena hukuman untuk kesekian kalinya.
"Arrgg .. " Shopia berteriak saat pegangannya terlepas.
Jika kematian adalah cara terbaik, maka aku pasrah.
Shopia memejamkan matanya sambil menikmati suara angin yang menemaninya mendarat.
Shopia membuka matanya saat merasakan telapak tangan besar melingkar di pingganggnya. Ia bisa melihat mata indah lelaki itu yang berwarna biru.
Dia tampan.
"Siapa kamu? "
Shopia menyadari keganjalan saat ia menyadari kalau lelaki itu membawanya naik kembali dengan begitu cepat.
"Apa kamu manusia atau malaikat? " Shopia mulai ketakutan saat menyadari lelaki yang menolongnya bisa terbang.
"Aku tidak hidup dan tidak mati." Jawab lelaki itu.
Shopia pingsang karena kaget. Di zaman modern seperti ini masih ada manusia yang memiliki kekuatan seperti hantu.
Apakah dia Goblin?
Shopia menutup matanya lalu kehilangan kesadaran dalam pelukan lelaki bermata biru itu.
Lelaki bermata biru itupun langsung membawa Shopia ke kamarnya dengan membaringkannya di ranjangnya yang empuk.
Setelah itu, ia menatap lekat wajah Shopia dengan tatapan penuh kebencian karena wajah Shopia mengingatkannya pada kejadian yang sudah terjadi di masa lalu.
Flash Back.
Suatu hari dikisahkan ada seorang perempuan yang terkenal sangat cantik tinggal di suatu kota yang kecil bernama Nerline. Dia anak dari kepala sekolah yang paling terkenal di kota itu. Tapi, orang tuanya tidak pernah membiarkannya keluar karena mereka sangat takut anak mereka akan menjadi rebutan lelaki.
Kabar tentang gadis tercantik di kota Nerline membuat sang raja iblis dari Kerajaan Elythes tertarik. Ia pun mengirim lamaran kepada Tuan Jhon Laois yang merupakan Ayah dari Bella.
Lamaran itu di tolak mentah-mentah oleh Tuan Laois karena dia tidak sudi menikahkan anak perempuan satu-satunya itu dengan seorang lelaki yang memiliki darah Iblis.
Raja Arthur murka sehingga ia mengirim badai untuk menghancurkan kota Nerline.
Mengetahui itu ulah Raja Iblis Arthur. Bella memohon pada Ayah nya agar di izinkan menikah dengan Raja Arthur agar kota kelahirannya itu tidak hancur.
Setelah berfikir cukup lama. Tuan Jhon Laois akhirnya mengirim surat kepada Raja Arthur agar melamar putrinya secara langsung.
Badai di kota itu langsung hilang seiring datangnya surat pernyataan Tuan Laois yang bersedia menikahkan putrinya.
Raja Arthur dan Bella akhirnya menikah dengan syarat, mereka harus mengirim anak lelaki mereka untuk belajar di sekolah itu ketika usianya berumur 17 tahun.
Raja Arthur tidak keberatan dengan syarat itu demi bisa menikahi Bella yang kecantikan nya tidak pudar walaupun mereka sudah memiliki dua orang anak.