Chereads / Masa Mudaku Kisah Cintaku / Chapter 2 - MKC 2 Kalah Sebelum Kalah

Chapter 2 - MKC 2 Kalah Sebelum Kalah

Malem ini gue tidak bisa tidur sebelum ngomong ke ayah. Gue mau protes ceritanya, soal pemilihan sekolah yang semena-mena gitu aja. Belum lagi soal kejuruan yang ayah pilihkan, enggak banget pokoknya. Gue harus protes. Ini gak adil.

"Yah, Ayah.." rengek gue waktu ayah udah sampe dan selesai ganti baju, duduk di depan meja kerja, bikin laporan.

"Iya." Suara ayah seperti biasa, adem tenang tetapi menghanyutkan.

"Yah, Anggi gak mau sekolah disitu. Mana banyak murid cowoknya lagi. Masa ceweknya cuma ada lima biji, udah sama Anggi yah." Cerocos gue, mulai sebal dicuekin ayah.

"Ayah tanya nih, cita - cita Anggi apa ?"

"Pengen kuliah di Unpad."

"Alasannya apa ?"

"Biar bisa deket sama nenek kakek di kampung, sama Anggoro juga."

"Selain itu ?"

"Gak ada." Jawab gue, yang udah mulai binggung ini arah pembicaraannya mau di bawa kemana.

"Anggi udah menentukan fakultas apa nanti kuliah di Unpad ?" tanya ayah lagi, masih serius sama laptopnya.

"Eehhhh..."gue binggung beneran.

"Kira - kira saja."

"Belum mikir kesitu Yah."

"Kapan mau dipikirin ?"

"Ya, nanti kalo udah mau lulus ajah deh." Gue mulai kehabisan stok bahan omongan. Ini ayah gue emang pinter banget ngeles. Kenapa dulu gak ngelamar jadi guru les saja ya?

"Tidak bisa begitu dong, anak ayah yang cantik." Kalau udah muji gini pasti ada maunya nih, dasar ayah bunglon.

"Ya, gimana ya Yah. Pokoknya kuliah di Unpad. Apa pun fakultasnya." Ucap gue akhirnya.

Dan itu berhasil membuah ayah seratus persen menoleh ke arah gue. Menatap gue lekat. Gue seneng akhirnya di perhatiin, tapi melihat tatapan mata bokap yang setajam silet gue jadi menciut.

"Maka dari itu, Ayah sama Ibu sepakat menyekolahkan kamu di sana. Asal Anggi tahu, itu sekolah swasta terbaik di bidang pertanian dan peternakan."

"Lalu apa hubungannya sama kuliah Anggi ?"

"Kuliah itu kan harus menentukan fakultas mana yang mau dituju. Ayah lihat sekarang itu Pertanian lagi bagus. Dan ayah yakin, Anggi anak ayah ini pasti bisa kok masuk ke sana lewat jalur beasiswa."

Deg.

Gue gak salah denger ini ?

Jalur beasiswa itu kan buat anak yang pinter. Lah gue ?

Naik kelas aja udah untung. Ayah gue ini lagi mimpi kayaknya deh. Ngehalu banget bicaranya.

"Yah. Anggi gak sanggup kalo gitu." Sela gue membela diri. Gue sadar kemampuan gue gak sehebat itu untuk jadi juara kelas.

"Ada eskul bulu tangkisnya juga loh. Anggi juga bisa ikut kelas sore di GOR sekolah tiap hari Sabtu dan Minggu." Kata ayah lagi.

Ini udah kelewatan. Masa bokap menghasut gue dengan sesuatu yang gue sukai. Badminton ever. Susi Susanti alike.

"Mau, mau." Ucap gue tanpa sadar.

Otomatis tangan gue langsung nutup mulut yang gak mau sinkron sama gue yang lagi aksi protes. Bikin sebal sendiri. Gue emang payah. Gak konsisten dalam aksi protes ini.

"Jadi belajar yang rajin ya Nggi, minimal rangking 5 besar selama tiga tahun ke depan. Anggi bisa kan ?"

"Tiga tahun Yah ? Satu semester aja Anggi belum tentu sanggup." gue protes lagi. Ini jelas - jelas kesepakatan yang gak mungkin.

"Dicoba dulu. Anggi aslinya anak ayah yang pinter loh. Atau mau mondok di pesantrennya Aa Gym?"

Whatt?????

Mondok di pesantren ?

Gue pake kerudung saja belum becus.

"Yah..." rengek gue udah gak sanggup sama agresi ayah yang semena-mena. Kekalahan aksi protes gue sudah di depan mata.

"Dulu Anggi kan pengen sekolah yang tidak pindah - pindah terus. Nah kalo Anggi nurut, akan ayah pastikan Anggi sekolah disini sampai lulus." Ucap ayah dengan wajah yang serius kayak tadi.

Pilihan yang sulit pake banget. Ayah memang suka gitu. Kasih pilihan yang enggak bisa dipilih. Tapi ...

Dari pada gue masuk pesantren, apa boleh buat.

"Iya deh, Anggi akan usahain. Tapi ini hape Anggi ganti dong Yah. Masa jaman now gini masih pake blackperry, KW lagi." Kata gue berusaha ambil kesempatan dalam pahitnya kesepakatan.

"Nanti kalo Anggi bisa rangking di lima besar. Nanti ibu yang belikan." Kata ayah dengan tenangnya.

"Eh, apa nih ? Apa yang musti ibu belikan ?" kata ibu tiba - tiba melongok, baru pulang kerja.

"Ini Bu, Anggi minta hape baru katanya." Seloroh ayah terus melanjutkan pekerjaannya lagi.

"Lah, bukannya hapenya masih bagus Nggi ? Masa udah minta ganti ? Nanti kalau udah lulus sekolah ibu belikan ya."ucap ibu tanpa rasa bersalah dan belas kasihan sama anak ceweknya yang katanya kesayangan ini.

"Ibu nyebelin. Sama nyebelin kayak Ayah ajah." Kata gue udah gak tahan.

Lalu masuk kamar. Tidur. Apalagi yang bisa gue perbuat kalau sudah seperti ini?

Besok gue harus berangkat pagi, masih ada MOS di sekolah.

--

Hari kedua MOS eke Masa Orientasi Siswa yang sekarang diganti jadi MPLS eke Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah, kalo gue gak salah inget sih. Untung ajah di sekolah ini kita gak perlu pake atribut yang macem-macem bin aneh kayak sekolah lain. Cuman disuruh bawa baju olah raga dan baju kaos santai tapi sopan.

Karena gue ada di jurusan Agribisnis Tanaman Pangan & Hortikultura yang singkat jadi ATP, hari ini rencananya kita sama kelas lain diajak keliling area persawahan milik yayasan yang luasnya sekitar 10 hektar.

Total kelas ATP angkatan gue ada lima kelas. 110 siswa dan siswi.

Selain jurusan ATP, ada juga APA eke Agribisnis Perikanan Air Tawar dan ATR eke Agribisnis Ternak Ruminansia & Ayam Pedaging. Jangan tanya kerjaannya bakal jadi apa nantinya, gue ajah binggung sama jurusan sendiri.

Pertanian itu bukan Anggi banget. Memang sih, dulu jaman kecil pas di kampung gue suka bergulat di sawah bantu nenek kakek. Dulu banget, sebelum sekolah. Giliran sekolah gue di boyong kesana kesini ngikutin bokap dines di stasiun.

Hidup emang gak ketebak banget ya. Contoh gue sendiri yang terdampar di SMK Pertanian dan Peternakan Prembun ini.

Yang mana di naungi oleh Yayasan Pertanian dan Peternakan Jateng Raya, disingkat jadi Yayasan PETAKA JAYA. Tuh kan random banget.

Apalagi adanya cewek kelas bernama Stefie yang kaya putri, bisa - bisanya ikut nyasar juga di sekolah yang absurd ini. Pas gue tanya alasan dia terdampar disini.

"Nggi, gue itu lagi di hukum sama ortu. Katanya gue harus belajar mandiri dan menghargai kerja keras. Tau gak, masa hukuman sampai tiga tahun sih? Ini namanya penjajahan model baru." Ocehnya tanpa gue minta.

"Gue juga ada disini karena di hukum Fie." Sahut gue, lebih ke menghibur diri karena ternyata ada temen senasib disini.

"He em. Kayaknya kelas kita ini emang kelas hukuman ya Nggi." Celetuk Stefie bikin alis gue narik ke atas.

"Maksud lo ?" tanya gue penasaran. Maksudnya apa coba?

-TBC-

cerita Masa Mudaku Kisah Cintaku versi lengkap hanya ada di Webnovel dengan link berikut ini: https://www.webnovel.com/book/masa-mudaku-kisah-cintaku_19160430606630705

Terima kasih telah membaca. Bagaimana perasaanmu setelah membaca bab ini?

Ada beberapa cara untuk kamu mendukung cerita ini yaitu: Tambahkan cerita ini ke dalam daftar bacaanmu, Untuk semakin meriah kamu bisa menuliskan paragraf komen atau chapter komen sekali pun itu hanya tulisan NEXT, Berikan PS (Power Stone) sebanyak mungkin supaya aku tahu nama kamu telah mendukung cerita ini, Semoga harimu menyenangkan.

Yuk follow akun IG Anggi di @anggisekararum atau di sini https://www.instagram.com/anggisekararum/