Chereads / Pejuang cinta, penderita kanker / Chapter 1 - Bagian 1.

Pejuang cinta, penderita kanker

🇮🇩Ine_Fitrianingsih
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 17.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Bagian 1.

Seorang anak kecil yang begitu menggemaskan dengan memakai baju dress selutut berwarna pink dengan rambut yang diikat dua. Anak kecil itu berlari-lari kesana-kemari dengan tawa yang begitu lucu.

"Sayang jangan lari-lari, nanti kamu jatuh!" teriak seorang wanita paruh baya yang terlihat begitu awet muda meskipun sudah mempunyai anak tiga.

Anak kecil itu berhenti berlari kerena mendengar teriakan dari sang mamah. Lalu ia berbalik dan menghampiri dan langsung memeluknya.

"Mamah, jangan teliak-teliak belisik tau"ucapnya dengan bicara cadelnya.

"Iyah sayang, tapi mamah khawatir takut kamu kenapa-kenapa" khawatir sang mamah.

"Aku nggak kenapa-napa ko mah" ujar nya untuk menyakinkan bahwa ia tidak akan kenapa-napa.

"Amel"

Teriak seorang pria paruh baya, dengan membawa dua orang anak kecil. Yang satu laki-laki tampan yang begitu mirip dengan paruh baya tadi, anak laki-laki itu sekitaran umur 8 tahun dan yang satu lagi perempuan yang begitu mirip dengannya.

Amel langsung berbalik dan tersenyum sambil menghampiri orang yang tadi memanggil namanya.

"Papah" heboh Amel dengan begitu bahagia.

"Iyah sayang" ucap papah Amel sambil mengecupnya dengan sayang.

Lalu Amel menghampiri dua anak tadi yang datang bersama papah.

"Ka Andre, Mala" sambil memeluk mereka erat karena sudah lama sekali kami tidak bertemu.

"Ko kalian gak bilang-bilang mau datang. kan bisa aku jemput di bandara" cemberut Amel.

"Kan biar supray" ucap ka Andre dan Mala bersamaan.

Lalu Amel berkumpul dan bahagia bersama keluarganya, canda tawa yang begitu bahagia.

Gedeprukkk

"Aduh... badanku, sakit banget" kesakitan seorang perempuan cantik dengan kulit putih susu, rambut sebahu berwarna hitam pekat, terjatuh dari atas kasur.

"Huft..huft...huft.. hanya mimpi dikira itu nyata."

perempuan tersebut memeluk dirinya sendiri dengan kaki di tekuk dan kepala ditundukkan. Butiran bening membasuhi pipi karena mengingat kenangan yang begitu dirindukan olehnya, kapan semuanya akan seperti dulu lagi?

"Pah, Mah, ka Andre, Mala. Aku kangen kalian, kapan kita seperti dulu lagi, aku sakit Pah Mah selalu sendiri hiks...hiks...kapan kalian bisa memaafkan ku" tangisannya semakin pecah karena mengingat betapa kejamnya mereka terhadapnya.

*****

Pagi hari yang begitu indah, kicauan burung yang begitu merdu, tetesan embun yang begitu sejuk, membawakan semua orang bersemangat untuk melakukan aktivitasnya. Namun berbeda dengan seorang gadis cantik yang selalu murung ia adalah Amel.

Hari ini Amel akan berangkat ke sekolah, Amel sudah siap dengan seragamnya. ia menuruni tangga satu persatu karena tak sabar ingin sarapan bersama, ia mendengar mereka tertawa begitu bahagia tapi saat ia datang tawa itu berhenti. Amel menghela nafas kasar selalu saja begini setiap ia menghampiri mereka. Lalu Amel duduk ikut gabung bersama mereka untuk makan bareng, namun mereka menganggap Amel seolah-olah bahwa ia tuh tidak ada, selalu saja bersikap dingin dan kasar kepadanya.

"Pah, mah, mal. Amel pamit pergi sekolah dulu yah" ucap Amel. Saat ingin bersalaman kepada kedua orang tuanya namun mereka enggan untuk menerima salamannya. Amel menghela nafas kasar ia harus kuat dan sabar terhadap mereka.

"Eh non Amel mau pergi ke sekolah yah? nih bibi bawain bekal buat non" ucap bi Ana.

Bi Ana adalah pekerja di rumah Amel, ia sangat perhatian kepada Amel layaknya seorang ibu perhatian kepada anaknya. Amel bersyukur masih ada yang menyayanginya, ia sangat sayang sekali sama bi Ana.

"Iyah bi makasih yah, Amel pergi dulu" sambil menyalimi tangan bi Ana.

*****

Saat tiba disekolah Amel selalu mendapatkan bully-an dari mereka bahkan teman pun ia tidak punya.

Amel duduk di belakang paling pojok dan ia duduk sendiri, tidak ada orang yang ingin menjadi kawannya. Amel duduk dan langsung melipatkan tangannya di meja kemudian ia meletakkan kepalanya juga, tak lama pun amel tertidur karena ia kecapean habis kerja selalu pulang malam.

Sebuah gebrekan meja keras hingga membuat Amel terbangun dari tidurnya, ia begitu kaget saat siapa yang menggbrek mejanya.

"Heh. Lo kalau mau tidur jangan disini dong! nih kerjain pr gue" ucap seorang wanita bersama gengnya lalu melemparkan buku kepada Amel. "Ingat harus betul semua TITIK!" sambil menekan kata titik.

Dia adalah Yura bersama gengnya, mereka selalu saja membuly Amel  bahkan ia tidak punya teman pun karena dia. Dia yang mengancam kalau ada yang berteman dengannya maka mereka akan tidak aman selama sekolah disini.

"Nih sekalian yang gue juga" ucap Mila temennya Yura.

"Yang gue juga. Awas kalau salah!" Ucap Tamara temannya Yura.

Amel hendak menolak namun ia tidak mau pagi-pagi sudah kena bully-an, jadi Amel nurut saja apa yang mereka perintah.

Sebenarnya ia sudah bilang kepada kepala sekolah. Tapi pak kepala sekolah tidak mau mendengarkannya, mereka tahu bahwa Yura adalah anak donatur terbesar disekolah jadi tidak ada yang berani kepadanya.

*****

Kring...kring.. bel istirahat berbunyi

Semua pergi berhamburan menuju kantin untuk mengisi perutnya yang kosong. Namun Amel tidak pergi ke kantin karena ia selalu membawa bekal dari Bi ana.

Saat hendak membuka bekal yang ia bawa tadi tiba-tiba ada tangan yang sengaja membuat makanannya berhamburan jatuh ke lantai.

"Ups sorry" ucap Yura sambil menutup mulutnya dengan tangan seolah-olah ia tidak sengaja.

Amel menghela nafas kasar. pupus sudah ia tidak makan siang.

"Iyah Yur tidak apa-apa"

"Kasian pasti lo laper yah?" ejek Yura bersama gengnya.

"Nih gue kasih lo makan sup super lezat" namun saat hendak memberi kaki Yura dengan sengaja menyenggol kakinya satunya dan pada akhirnya supnya tumpah ke baju Amel.

"Aduh panas....panas..panas" teriak Amel langsung pergi ke kamar mandi meninggalkan Yura dan gengnya.

"Hahahaha mampus lo" Tawa mereka.

*****

"Aduh gimana ini bajuku basah" cemas Amel.

"Nih pakai aja switer gue" ucap seorang wanita cantik sambil memberikan switer kepadanya.

Amel menatapnya ragu karena ia tidak percaya ada yang mau meminjamkannya switer.

Wanita itu berdecak kesal pasalnya switernya tidak diterima"Nih pakai aja switer gue soalnya baju lo basah otomatis dada lo nanti kelihatan."

Benar juga yah apa yang dibilangnya, Amel langsung menerimanya" Makasih yah ka. kakak udah mau minjemin switernya ke aku."

"Iyah sama-sama, gue cabut ke kelas dulu"

"Eh tunggu ka, aku belum tau nama kakak. Aku Amel nama kakak siapa?" ucapnya sambil mengulurkan tangan untuk ajak berkenalan.

"Gue Clara" sambil menerima uluran tangan Amel.

"Kakak mau nggak jadi teman aku?" ia sedikit ragu untuk mengajak berteman dengannya, pasalnya mana ada yang mau berteman dengannya.

Clara tersenyum" Gue mau kok temenan sama lo. Nanti kalau ada waktu kita main bareng."

"Makasih ya ka udah mau jadi temanku" ucap Amel dengan mata berbinar.

"Iyah, ya sudah gue mau ke kelas dulu. Bye Amel" sambil melambaikan tangannya.

"Iyah ka, bye."