Amel prov
Aku melangkah menuju taman komplek, sering sekali aku pergi ke sana entah kenapa aku lebih suka di taman dari pada di rumah yang akan membuatku menderita.
Langkah demi langkah ku lalui menuju taman yang indah, bagiku. Aku duduk di salah satu kursi taman yang disana banyak sekali orang-orang tertawa bahagia, aku tersenyum kecut ingin sekali meresakan seperti mereka. Namun, itu tidak akan mungkin bagiku.
Aku menghela napas sabar, semoga suatu saat nanti aku bisa seperti itu merasakan kebahagiaan.
Mata Ku tertuju pada keluarga yang begitu humoris dan di sana aku melihat seseorang yang sangat familir bagiku, aku terus mengerjapkan mataku berkali-kali sampai tidak sadar ternyata aku ditatap balik olehnya, aku memalingkan wajahku saat ditatap olehnya.
Langkah kaki terdengar di pendengaran ku sampai berhenti tepat di hadapanku, aku menatapnya kaget mengapa ia menghampiriku?
"Mau gabung?"
Tanya pria kepadaku, membuatku bingung dan langsung menatapnya.
"Tidak usah ka" tolak ku secara halus
"Tidak apa-apa, yuk" ucapnya langsung menarik tanganku menuju keluarganya.
"Mah Pah, kenalin ini Amel"
Ka Revan mengenalkan aku kepada keluarganya membuatku tersenyum malu.
Mamah Revan tersenyum dan langsung menarik lembut tanganku untuk duduk bersamanya.
"Sini sayang duduk di sebelah mamah"
"Iyah tante terima kasih"
"Jangan panggil tante panggil mamah Nia aja. Lebih tepatnya mamah aja"
Aku tersenyum dan mengangguk pelan.
"Hallo kakak cantik, aku Ara" ucap anak kecil yang begitu menggemaskan sambil mengulurkan tangannya.
Aku mengulurkan tanganku menerima ulurannya sambil tersenyum "Kakak Amel."
"Kakak cantik, Ara suka"
"Kamu juga cantik" ucapku sambil mencubit kedua pipi Ara dengan gemes.
"Ouiyah sayang kamu pacarnya Revan?"
Aku menatapa mmah Revan kaget, pertanyaan yang membuatku bingung. "Eum enggak tante eh maksudku mamah, aku sama ka Revan enggak pacaran. Ka Revan kakak kelas di sekolah dan ka Revan juga dulu pernah nolongin aku pas terkunci di gudang" jelasku.
"Owalah dikira pacarnya Revan" ucap Nia sambil melirik-lirik Revan.
Revan yang dari tadi main handphone sambil menyimak obrolan mamahnya dan Amel dan langsung menatap mamahnya.
"Bentar lagi mah otw" jelas Revan
"Jangan lama-lama nanti ada yang mepet lagi" bisik Adit papah Revan.
Hatiku berdenyut kencang tidak seperti biasanya karena ucapan Revan tadi.
Ada apa dengan diriku?
*****
Hari ini adalah hari yang buruk bagiku, di tempat ini aku mengenang kenangan indah bersama dia sampai pada akhirnya kita berpisah sampai sekarang.
Aku duduk di dekat sungai sambil mengingat-ingat kenangan yang manis saat dulu.
Apa ia masih ingat kepadaku? atau melupakanku?
Andai kamu tahu aku disini merindukanmu sampai sekarang dan menunggumu sampai kau kembali.
Andai kamu tahu aku disini tidak bahagia pasti kamu akan membuatku tersenyum kembali dan sejenak melupakan kesedihanku.
"Aku rindu."
*****
Amel menghampiri kedua orang tuanya yang sedang berada di ruang keluarga.
"Mah Pah" ucap Amel sambil menunjukkan kertas yang dulu pernah di berikan kepada orang tuanya, semoga kali ini mereka mau menerimanya dan membaca kertas tersebut.
Gama yang dari tadi nonton televisi terganggu oleh Amel dan langsung menatap Amel tajam.
"Saya bilang jangan ganggu saya!"
Mendengar ucapan Gema langsung Amel menunduk takut.
"Maaf pah, tapi setidaknya lihat dulu"
"Kamu dengar gak sih yang tadi suami saya bilang?" Jangan ganggu suami saya Paham!" timpal Mira.
"Maaf mah bukan maksud Amel mengganggu. Tapi, setidaknya kalian lihat dulu" maaf Amel sambil menunduk.
"Mah Pah, Mala pulang" teriak Mala sambil menenteng belanjaan yang begitu banyak dan langsung menghampiri mamah dan papah ya.
"Hai sayang sudah pulang, wahh banyak banget belanjannya pasti kamu cape ya?" ucap Mira mengelus-elus rambut Mala dengan lembut sesekali melirik-lirik Amel tajam.
"Iya mah. Mala sampe bingung mau beli barang apa lagi" jawab Mala.
Amel yang dari tadi hanya diam sambil menatap pemandangan tepat di depan matanya, membuatnya sedih namun sekuat tenaga Amel tahan kesedihan itu.
Buru-buru Amel pergi dan langsung menuju kamar meninggalkan mereka yang begitu bahagia, tanpa dirinya.
Amel mengunci pintu kamar dan langsung meyender di pintu kamar, tetesan demi tetesan membasahi pipi Amel, ia menangis.
Menahan perih yang ia rasa, sesak dan sakit yang amat mendalam. Saat ini ia hanya menangis menahan keperihannya.
Amel bangkit dan menyimpan kertas tadi di laci, kemudian menuju kamar mandi untuk mengguyur dirinya sendiri dan membiarkan air matanya jatuh bersamaan bersama guyuran air.
"Tuhan kenapa harus aku? kenapa tuhan kenapa?"
"Aku sudah tidak tahan tuhan"
"Tolong bantu aku tuhan"
*****
"Ka Clara"
Clara mendengar teriakan menyebut nama dirinya dan ia berbalik mencari siapa yang memanggilnya.
Clara tersenyum saat mengetahui siapa yang memanggilnya. "Amel"
"Hai ka" sapa Amel.
"Hai juga Amel" sapa balik.
"Ka boleh tidak nanti pulang sekolah kita ketemu?" tanya Amel.
"Boleh. Boleh banget nanti kita ketemu di cafe ka Angga mau gak. Kita ke sananya bareng."
"Mau ka"
"Oke nanti pulang sekolah kakak tunggu di parkiran kita kesana bareng"
"Iya ka, kalau gitu Amel pamit ke kelas dulu ya"
"Belajar yang benar ya Mel" ucap Clara sambil terkekeh pelan.
"Siap ka" jawab Amel dengan tangan hormat.
"Kakak juga yang benar belajarnya" lanjut Amel sambil terkekeh pelan.
"Akhirnya kelar juga, gue kangen masakan emak. Tunggu anakmu ini mak." pekik Rian, dia adalah orang yang gak bisa diam dan juga tukang bolos.
Amel menghela napas lega, akhirnya semua pelajaran telah selesai. Buru-buru Amel memasukan semua bukunya ke dalam tas dan ingin menuju ke parkiran menemui Clara.
"Maaf yah ka sudah menunggu lama" Maaf Amel.
"Iyah Mel santai aja"
"Oiya Mel, kenalin ini temen-temen gue. Ini Lia dan ini Santi"
Amel tersenyum dan mengukur tangannya "Amel ka."
Lia dan Santi pun langsung menerima uluran Amel sambil tersenyum.
"Mel gak apa-apa kan mereka juga ikut. Tapi, nantinya pas udah sampe mereka nggak bakal gabung." ucap Clara.
"Iya ka tidak apa-apa"
Sesampainya di cafe Amel dan Clara menuju meja yang dekat jendela. Lia dan Santi tidak gabung bersama mereka.
"Oiya Mel mau pesen apa?" tanya Clara sambil membuka menu makanan.
"Aku minum saja ka"
Clara mengangguk dan langsung memesan kepada salah satu pelayan di cafe.
"Ka, kakak mau ti-" ucap Amel berhenti, karena kepalanya begitu sakit.
Clara yang melihatnya pun kaget.
"Amel are you oke?"
"Aku tidak ap-"
Amel pingsan membuat Cakra panik.
"Amel!"
Lia dan Santi yang mendengar teriakan Clara langsung menghampiri Clara.
Amel langsung dibawa pergi kerumah sakit.
Clara, Lia dan Santi cemas kepada Amel, karena mereka tidak tahu mengapa Amel bisa seperti ini.
Saat pintu terbuka terlihat sosok seorang dokter.
"Bagaimana dok?" tanya Lia.
"Apa disini ada keluarganya?" tanya dokter, membuat Lia, Santi dan Clara saling menatap satu sama lain dengan bingung.
"Saya Kakak calon suaminya dok"
Ucap seorang pria tampan yang diikuti di belakang oleh tiga orang.
"Saya calon suaminya" ucapnya lagi.
"Kalau begitu mari ikut saya keruangan, ada yang ingin saya sampaikan" ucap dokter.
Clara, Lia dan Santi menatap kaget apa yang diucap barusan oleh pria tadi.
Farel yang melihat kebengongan mereka membuat terkekeh dan langsung menepuk bahu Clara pelan.
Clara kaget dan langsung menyenggol lengan Santi dan Lia agar sadar.
"Cantik-cantik ko cengo" Ucap Beta sambil terkekeh.
"Rel emang benr , Revan calon suaminya Amel? tanya Santi dengan penasaran.
Bukan hanya Santi yang penasaran sekaligus bingung, Clara, Lia, Farel, Toni dan juga Beta bingung dengan Revan.
"Iya gue calon suaminya Amel!" tegas revan.
Bukan Farel yang menjawab tapi Revan yang menjawab pertanyaan Santi tadi.
"Tayo. Revan salah minum obat atau apa ya? bisik Beta kepada Toni.
"Mana gue tau, gue aja bingung" bisik Toni.
Revan melangkah memasuki ruang ICU untuk melihat keadaan Amel.