Setelah menunggu lama akhir pintu terbuka menampilkan seorang dokter.
"Gimana dok?" tanya Revan kepada dokter yang memeriksa Amel.
"Alhamdulillah pasien baik-baik saja, Sekarang pasien telah sadar. Kalau begitu saya permisi" jawab dokter.
Revan langsung masuk yang dimana Amel sedang berbaring lemah.
"Kamu nggak kenapa-kenapa?" tanya Revan sambil mengelus-elus kepala Amel.
Amel menatap Revan bingung pasalnya ia baru kenal dengan kakak kelasnya. Tapi, Amel merasa begitu dekatnya.
Amel mengingat-ngingat. Namun, hasilnya nihil. Amel tidak mengingat apa pun.
"Hey ko bengong, lagi mikirin apa? apa ada yang sakit?" cemas Revan.
Amel menggeleng pelan "Enggak ka, aku nggak kenapa-kenapa."
Revan langsung mengambil minum yang ada di nangkas dan langsung memberikan pada Amel "Nih minum dulu yah"
"Eummm ka"
"Iya"
Belum sempat Amel lanjut bicara.
Kriuk kriuk
Revan tersenyum saat mendengar suara perut Amel.
"Kamu lapar?"
Amel mengangguk malu "Heheheh iya ka"
"Ya udah biar kakak beliin bubur dulu" sambil mengelus-elus kepala Amel.
Amel mengangguk pelan sambil tersenyum malu.
Setelah Revan pergi untuk membeli bubur dan datang seorang dokter masuk ke kamar rawat Amel.
"Maaf mengganggu waktu istirahat"
"Iya dok tidak apa-apa"
"Saya ingin memberikan hasil dari pemeriksaan uji lab tadi dan ini hasilnya" sambil menyerahkan hasil uji lab kepada Amel.
Amel menerima dan langsung membuka semoga ia baik-baik saja.
Butiran bening membasahi pipi Amel dan tangannya bergetar "Kanker?"
"Iya anda terkena penyakit kangker stadium 3, sebaiknya anda beritahu kepada orang tua anda. Dan tetap semangat melawan penyakitnya semoga cepat sembuh" ucap dokter dan langsung meninggalkan Amel.
Amel menangis histeris "Enggak mungkin hiks...hiks..aku nggak mau"
Dan buru-buru Amel masukan kertas tadi ditas miliknya.
"Mengapa disaat seperti ini engkau berikan cobaan yang begitu besar? Tuhan izinkanlah aku untuk merasakan kebahagiaan sebelum engkau memanggilku."
*****
"Makasih ya kak, kakak udah mau nolongin Amel terus ngantarin Amel pulang juga" ucap Amel.
Revan tersenyum "Iyah sama-sama, jangan lupa istirahat. Kalau gitu kakak pamit."
Sebelum masuk ke rumah Amel menghela napas pelan, semoga orang tuanya ada. Amel ingin memberikan hasil tadi kepada orang tuanya.
"Bi mamah sama papah dimana yah bi, ko nggak ada?" tanya Amel pada bi Ana.
"Anu non, tadi katanya orang tua non sama Mala pergi liburan" jawab bi Ana, jujur bi Ana sebenarnya tidak mau memberi tahu Amel bi Ana takut Amel akan sedih dan benar dugaannya.
"Mereka liburan tanpa ngajak Amel, ya sudahlah bi. Amel ke kamar dulu"
Ada rasa sakit tapi Amel hanya bisa pendam.
Ini bukan pertama kalinya Amel ditinggal oleh orang tuanya berlibur dan di tinggal orang tuanya jika ada acara-acara lainnya.
Amel sudah terbiasa akan hal itu.
"Ka aku kangen kakak."
Amel melihat mereka di jendela kamar, mereka tertawa penuh dengan kebahagiaan tanpa mengajak dirinya, ingin rasanya Amel bergabung dengan meraka dan tertawa bersama. Namun, itu hanyalah khayalannya saja.
Dulu Amel dan keluarganya pernah berlibur bersama, mengunjungi pesta bahkan pernah membuat pesta kecil-kecillan.
Apa mungkin Amel akan seperti dulu lagi? yang penuh dengan canda tawa.
Amel menuruni tangga satu persatu sambil membawa kertas yang ingin Amel berikan kepada orang tuanya.
Tawa itu berhenti ketika Amel datang menghampiri mereka.
"Pah, Mah. Amel mau berikan ini" ucap Amel sambil memberikan kertas tadi kepada orang tuanya.
Namun, seketika mereka bisu dan tuli.
"Pah, Mah" ucapnya lagi.
"Saya tidak ada waktu!" ucap Gema langsung pergi meninggalkan Amel yang di ikuti oleh Mira dan Mala.
"Pah, Mah ini kalian lihat dulu" sedikit teriak.
Amel tertunduk sambil menangis, ko mereka bisa setega itu pada dirinya.
Mengapa mereka tidak ada rasa kasihan kepada dirinya?
"Tuhan tolong kuatkan lah aku."
*****
"Gimana jadi malam ini?" tanya seorang pria di sambungan telepon.
"Jadi!" jawab Revan langsung memutuskan telepon.
"Semuanya siap-siap!" perintah Revan kepada semua orang yang ada di beskem.
Revan adalah ketua geng motor gengster, meskipun Revan ketua tapi Revan tidak mau di panggil embel-embel Bos.
"Siap Rev" jawab kompak mereka semua.
Geng gengster langsung pergi meninggalkan beskem dan menuju tempat tujuan.
"Akhirnya lo datang juga" ucap Rangga ketua geng motor yang pernah dikalahkan oleh Revan.
"Ternyata lo masih nggak terima kekalahan lo juga yah" ucap Revan sambil mengejek.
"Nggak usah banyak ngomong lo" sinis Rangga.
"Oke kita buktikan siapa yang bakal menang. Lo atau gue!"
"Ayo Rev, lo pasti menang" Semangat geng Revan.
Suara deru motor yang bising di jalanan, membuat antar geng motor Rangga dan geng motor Revan bersorak-sorak.
"1 2 3, mulai"
Motor Revan yang tadinya di belakang akhirnya bisa melewati motor Rangga, sampai garis finish.
"Tuhkan lo kalah lagi!"
"Diem Lo!" sinis Rangga.
"Gue bilang apa lo itu nggak akan bisa ngalahin gue"
Rangga maju lebih dekat menghampiri Revan "Lo liat aja nanti" bisik Rangga tepat di telinga Revan.
"Cabut!" perintah Rangga kepada gengnya.
"Wihhh Revan menang, siap-siap teraktir" ucap Beta sambil merangkul pundak Revan dan menarik-narikkan alisnya.
"Teraktiran mulu lo kriwil" timpal Toni.
"Ehhhh diem lo tayo, bilang aja lo mau kan?" sambil menowel-nowel pipi Toni.
"Lo bisa gak sih jangan panggil gue tayo. gue itu Toni!" kesal Toni sambil menatap Beta.
Beta tertawa "Gue maunya juga tayo, kata orang kalau panggilannya beda berarti tanda sayang"
"Dih ogah gue disayang sama lo, mending gue disayang sama janda dari pada sama lo."
Semua tertawa sambil gelang-gelang kepala, pasti Beta dan Toni setiap ketemu berantem mulu.
"Yuklah cafe."
*****
"Huaaaaa mamah Ara pengen dicium cogan" teriak Ara sambil guling-guling di lantai.
Sang mamah melihat Ara sambil geleng-geleng kepala, kenapa anak perempuan ini ingin dicium cogan? padahal umurnya masih 5 tahun masih kecil.
"Aduhh Ara kamu ini, jangan kaya gini nanti temen bang Revan sebentar lagi datang, nanti kamu tinggal pilih aja mana yang mau nyium kamu."
Ara menghentikan tangisnya dan langsung menatap sang mamah dengan mata yang berbinar.
"Benel mah? tanya Ara dengan suara cadel.
"Iya sayang" jawab Nia mamah Ara dan juga mamah Revan sambil membangunkan Ara yang tadi guling-guling di lantai.
"Asik Ara bakal dicium cogan" teriak Ara sambil loncat-loncat.
Revan yang mendengar teriakan sang adik, yaitu Ara. Langsung keluar kamar menghampiri Ara.
Revan geleng-geleng kepala, kenapa adiknya ini selalu ingin dicium? diciumnya pengen yang ganteng-ganteng pula.
Ting nong
Ara mendengar suara bel dan langsung buru-buru menuju pintu, karena sudah tidak sabar ingin dicium cogan.
Mata Ara berbinar dan langsung berteriak.
"Huaaaa cogan Ara"
Revan melihat Ara cuman geleng-geleng kepala, setiap temennya ke rumah pasti akan seperti itu.
Ara menarik-narik ujung baju Vino "Bang cogan cium Ara dong" sambil menunjukkan pipinya agar dicium.
Vino dan lainnya pun terkekeh geli melihat tingkah adiknya Revan, pasti selalu saja minta dicium setiap datang ke rumahnya.
Beta maju menghampiri Ara "Ara mending sama bang Beta aja, mau ya dicium sama bang Beta.
Ara memutar bola matanya malas "Enggak mau bang Beta jelek!" tolak mentah-mentah.
Semuanya tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Ara, ia menolak mentah-mentah tidak mau dicium oleh Beta dan satu lagi katanya Beta jelek.
Beta menatap Ara cemberut.
"Ara gitu sama bang Beta, bang Beta ngambek nih."
"Bodo" judes Ara.
"Gila Rev adek lo judes amat sama gue" ucap Beta kepada Revan.
Semuanya yang menyaksikkan hanya tertawa melihat Beta.
Ara kembali menatap Vino membuat Vino menaikkan satu alisnya.
"Ihhh bang Vino nggak peka banget sih!" cemberut Ara.
Vino terkekeh dan langsung mencium pipi Ara.
Ara tersenyum bahagia dan langsung menghampiri satu persatu teman Revan untuk menyium Ara kecuali Beta. Ara tidak mau dicium oleh Beta.
Beta yang melihatnya hanya cemberut pasti Ara selalu judes padanya.
"Makasih Abang cogan" ucap ara
"Iya sama-sama Ara cantik" jawab kompak teman-teman Revan, kecuali Beta tidak menjawab karena ia sedang ngambek pada Ara.
Semua melihat wajah Beta yang sedang ngambek membuat terkekeh.
Farel menepuk pundak Beta "Sabar bet, semua indah ada waktunya" sambil terkekeh.
"Au akh" ucap Beta sambil masuk kedalam rumah Beta.
"Berasa rumah sendiri lo bet" ucap Alvaro sambil masuk kedalam dan dikuti oleh yang lainnya juga.