Samar-samar Lola mendengar ada suara seseorang berbicara. Entahlah Lola tak mendengar dengan jelas apa yang dibicarakannya.
Lola sedang berusaha untuk memaksa kedua matanya terbuka, namun tetap saja terasa berat sekali. Lagi dan lagi Lola mencoba membukanya dan akhirnya berhasil.
Pandangan matanya tampak kabur, Lola pun mengerjapkan matanya, melakukan beberapa gerakan senam mata agar matanya dapat melihat dengan jelas.
Barulah Lola dapat melihat sekitarnya. Rumah sakit.
Aroma rumah sakit yang tajam menusuk indra penciuman Lola.
Dirinya sangat tidak menyukai aroma tersebut, membuat kepalanya semakin pusing saja.
Lola mendengar suara orang yang berbicara itu, sepertinya mereka belum menyadari bahwa Lola sudah sadar. Lola berusaha bangkit untuk melihat siapa yang sedari tadi mengobrol.
"Hei... Apa yang kau lakukan, Lola?" Beno terpekik kaget melihat Lola yang hendak bangun dan buru-buru membantunya untuk duduk.
Seketika Lola mengernyitkan dahinya mendengar pekikan Beno, jarang sekali Beno seperti itu.
"Sudah berapa lama aku tertidur?" Lola tak tau lagi ini sudah pukul berapa, sudah berapa lama dirinya tertidur dan bagaimana hasil dari kompetisinya hari ini. Apakah dirinya berhasil masuk ke babak selanjutnya atau mungkin justru terhenti sampai disini.
"Sudah pukul 7 malam. Tunggu sebentar, aku ambilkan minum dulu" Beno kemudian menuangkan air yang ada di atas meja lalu memberikannya pada Lola.
Lola merasakan lega yang luar biasa karena tenggorokannya yang sudah tidak kering lagi.
"Kau tadi bicara dengan siapa? Aku mendengar mu berbicara tapi tak ada siapapun selain kita berdua" Lola baru tersadar jikalau hanya ada dirinya dan Beno di ruangan itu, kalau begitu Beno tadi bicara dengan siapa.
"Ah, aku tadi menghubungi Rey" ujar Beno seadanya lalu mengambil tempat di sebelah Lola.
Lola hanya ber-oh ria sambil mengangguk-angguk mengerti.
"Lalu bagaimana dengan kompetisinya. Apa aku lolos?" tanya Lola harap-harap cemas.
Beno tersenyum hendak menjawab pertanyaan Lola, namun kedatangan seseorang membuat Beno mengurungkan niatnya.
"Kau sudah sadar" Kevin datang dengan membawa beberapa kantong plastik yang berisikan makanan dan minuman.
"Apa yang anda lakukan disini?" Lola merasa heran menemukan Kevin yang datang menjenguknya. Kevin tak ada hubungannya dengan alasan Lola pingsan sehingga dirinya tak perlu merepotkan diri dengan datang menjenguk Lola.
"Aku datang menjenguk mu. Makanlah ini, Dokter mengatakan bahwa-" belum sempat Kevin menyelesaikan perkataannya, Beno sudah memotongnya lebih dulu
"Kata Dokter, tekanan darah mu naik drastis, hal itu disebabkan karena kau mengalami rasa cemas dan gelisah berlebihan dan juga terlalu banyak berpikir yang tidak-tidak" Beno memang sengaja memotong pembicaraan Kevin, karena fakta bahwa Beno tidak menyukainya sama sekali.
"Oh begitu rupanya. Bagaimana mungkin aku tidak berpikir berlebihan sedangkan para peserta itu juga sudah mengalami mental breakdown mendengar komentar pedas dari para juri" cerocos Lola tanpa bisa dihentikan lagi. Menyadari hal itu, Lola segera meminta maaf kepada Kevin, karena takut Kevin menjadi tersinggung.
"Maaf, saya tak bermaksud demikian. Itu hanya pemikiran saya saja" Lola menundukkan kepalanya seraya meminta maaf
Tapi respon yang diberikan Kevin berbeda, Kevin justru tertawa mendengar pengakuan blak-blakan itu dari Lola.
Kevin akui memang para juri cukup tajam memberikan komentar pada para peserta kompetisi
"Saya senang akhirnya ada yang melontarkan protes. Sejauh ini mereka menerima begitu saja komentar yang dilontarkan. Saya akan membicarakan hal itu dengan juri lainnya. Sehingga para peserta juga tidak perlu sampai mengalami mental breakdown dua kali" masih terkekeh-kekeh Kevin mengatakan hal itu. Baginya itu adalah hal yang lucu.
"Terima kasih banyak. Lalu bagaimana dengan keputusannya? Apa saya Lolos?" semburat kekhawatiran dan cemas di raut wajah Lola.
Sedangkan Beno melihat interaksi yang cukup dekat antara Lola dan Kevin dilanda panas dan cemburu. Rasanya kepalanya mendidih karena tak tahan melihat interaksi keduanya.
"Aku akan pergi dulu. Bicaralah dengan Kevin" Beno kemudian berdiri dan tanpa menoleh lagi meninggalkan Lola yang tercengang tak mengerti.
"Selamat, kau berhasil masuk ke babak selanjutnya" seru Kevin seraya bertepuk tangan mengapresiasi kemampuan Lola.
"Benarkah?" Lola tertawa senang mendengar hal itu. Memang itulah yang diharapkannya.
Kevin mengangguk memberikan kepastian akan kebenaran kata-kata yang baru saja diucapkannya.
"Saya menyukai hidangan buatan mu. Awalnya saya pikir, yang kau buat itu adalah nagasari dan saya sempat memandang rendah hal itu. Namun kedua juri yang lainnya menyadari bahwa itu bukanlah nagasari melainkan Amparan Tatak yang berasal dari Kalimantan. Walaupun dibuat dengan bahan yang sama, namun tetap saja rasanya berbeda dan yang lebih membuat saya terkagum itu, kau bisa memberikan inovasi pada hidangan tersebut. Itulah hal yang memutuskan kami para juri untuk meloloskan dirimu ke babak selanjutnya"
Kevin memberikan penjelasan alasan mengapa Lola bisa diloloskan.
Lola masih sangat senang, rasanya Lola benar-benar sudah membuat sebuah kemajuan dalam hidupnya.
Begitu senangnya Lola hingga ingin rasanya menghubungi ibunya saat itu juga. Namun seketika Lola menyadari bahwa dirinya tak bisa menemukan dimana ponsel dan tasnya.
Barulah dirinya teringat, jika kedua benda itu masih berada di hotel.
Lola lalu mendecakkan lidah karena kesal tak jadi menghubungi ibunya.
"Ada apa?" Kevin melihat Lola yang mendecakkan lidah itu pun bertanya padanya
"Saya ingin menghubungi ibu saya. Tapi saya teringat jika ponsel dan tas saya masih berada di hotel"
"Ah iya benar sekali. Tasnya ada di dalam mobil saya, tadi salah satu peserta itu memberikan pada saya. Saya akan mengambilnya sekarang" Kevin segera berlalu dari pandangan Lola.
Tinggallah Lola sendirian. Jika dipikir-pikir mengapa Beno harus pergi tadi, padahal Lola tak ingin Beno pergi. Apa dia marah karena melihat Lola yang akrab dengan Kevin. Karena raut wajah Beno tadi tercetak jelas jika dirinya marah dan tak suka.
Lola mengetuk pelan kepalanya agar menyadarkan dirinya jika tak mungkin Beno akan cemburu terhadap Kevin.
Lola menggoyangkan kakinya yang tertutup selimut rumah sakit itu sambil menunggu kedatangan Beno. Namun yang ditunggu-tunggu justru tak datang.
Ceklek. Suara pintu dibuka. Lola berharap itu Beno, namun ternyata itu Kevin. Lola cukup kecewa namun segera dihilangkannya perasaan kecewa itu, takut Kevin menyadarinya.
"Ini tas mu. Dokter akan memeriksa mu lagi esok. Saya ingin kau memulihkan diri karena esok akan langsung ke babak selanjutnya. Beruntung kompetisi akan dimulai pada pukul 1 siang. Jadi kau punya cukup waktu untuk mempersiapkan segala hal"
Kevin mengingatkan Lola agar Lola bisa mempersiapkan dirinya.
"Baiklah kalau begitu. Terima kasih banyak atas bantuan anda" Lola menerima tas itu dan mengucapkan terima kasih untuk yang kesekian kalinya.
"Tentu, tak perlu sungkan. Untuk tema kompetisi, kau akan mengetahuinya saat sudah berada di tempat."
Lola manggut-manggut tanda mengerti, Lalu Kevin pamit pergi dan kembali meninggalkan Lola sendiri.
Lola mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, lalu mencari kontak ibunya dan menekan menu memanggil. Dengan cepat panggilan diseberangnya terangkat.
Lola lalu memberi kabar bahwa dirinya lolos ke babak selanjutnya, Ibunya yang mendengar di ujung sana tampak senang dan tak berhenti bersyukur kepada Tuhan.
Lola lalu mengakhiri panggilan tersebut kemudian lanjut menghubungi Rara.
"Kemana saja kau, mengapa kau baru sekarang menghubungi ku" pekik Rara membuat Lola menjauhkan ponselnya dari telinganya.
"Maafkan aku, aku belum sempat menghubungi. Banyak hal telah terjadi, tapi satu hal yang aku ingin kau tau bahwa aku lolos ke babak selanjutnya" pada saat Lola menyebutkan kalimat 'selanjutnya' dirinya berteriak girang.
Rara pun ikut berteriak mendengar hal itu.
"Hei aku sudah yakin kau bisa melakukannya. Aku sangat senang mendengar hal itu" suara Rara terdengar bergetar karena begitu senang.
"Terima kasih ya. Aku akan kembali secepatnya"
"Jangan khawatir. Aku kan sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Santai saja, nikmati waktu mu selagi disana" Rara berbicara di seberang sana sambil menggelengkan kepalanya pelan.
Setelah percakapan itu, Lola mengakhiri panggilannya.
Lola menyentuh dadanya dan terasa jantungnya yang berdetak cepat karena senang.
Lola ingin menghubungi Beno untuk memintanya kembali ke kamar rawat Lola. Namun ketika hendak menekan menu memanggil, orang yang dibicarakan sudah datang.
"Aku lolos ke babak selanjutnya" Lola tak bisa menyembunyikan kegembiraanya dan dengan antusias memberitahu Beno.
Beno berjalan mendekati Lola dan berhenti tepat di depannya, lalu dengan posisi agak membungkuk untuk mensejajarkan pandangan matanya dengan mata Lola.
"Aku tau. Selamat, kau sudah bekerja dengan keras" ucap Beno seraya mengelus pelan rambut Lola.
Lola tersenyum senang mendapat perlakuan manis dari Beno.