Lola tak tau harus membuat apa dengan olahan mochi ini. Tak ada yang terlintas dalam benaknya. Bahkan Lola membutuhkan waktu yang cukup lama ketika berada di pantry, bingung harus mengambil bahan apa.
Sungguh menyebalkan. Pikirnya
Namun Lola tau, dirinya tak bisa berlama-lama memikirkan ingin membuat hidangan apa, akhirnya Lola memutuskan untuk membuat hidangan mochi paling sederhana yaitu, Rainbow Fruit Mochi.
Lola mengambil bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat Rainbow Fruit Mochi. Seperti bahan pewarna makanan warna merah, kuning dan hijau lalu buah kiwi, stroberi dan jeruk segar.
Sesuai namanya Rainbow Fruit Mochi. Lola ingin membuat mochi seperti warna pelangi dan didalamnya berisi buah dengan warna yang sama.
Lola tau jika hidangan ini cukup sederhana, namun Lola tak dapat memikirkan ide yang lebih baik daripada ini.
Dirinya juga tak berharap bisa lolos ke babak selanjutnya, jangankan berharap, memikirkannya saja Lola tak berani. Karena setiap kali Lola membuat Mochi selalu saja keras dan sangat susah untuk ditelan padahal sudah sesuai dengan resepnya.
Lola menghela napas pasrah. Sudahlah tak apa, lakukan saja. Lola membatin dalam hatinya.
Lola bergulat dengan bahan-bahan itu, memikirkan kembali bagaimana cara membuat mochi yang lembut. Waktu terus bergulir, Lola melihat-lihat sekitarnya, para peserta yang lain juga berkutat dengan mochi mereka.
Entahlah Lola tak tau mereka membuat apa, tapi sepertinya mereka benar-benar mengeluarkan semua kemampuan mereka. Kalau begitu, Lola pun akan mengeluarkan semua yang Ia punya.
Jika ingin membuat mochi dalam jumlah banyak, biasanya saat akan menguleni tepung dan air menggunakan alat yang bernama mortar mochi. Dengan bantuan mortar mochi ini adonan menjadi cepat kalis sehingga dapat dibentuk untuk proses selanjutnya. Namun adonan yang diuleni menggunakan mortar ini biasanya akan diselingi dengan pukulan palu kayu agar adonan menjadi cepat tidak lengket.
Tapi karena Lola hanya membuat hidangan untuk dimakan para juri itu, tentulah Lola harus menguleni adonan menggunakan tangan, dan Lola sangat tidak menyukai hal itu.
Untuk membuat adonan menjadi kalis, Lola harus menggunakan seluruh tenaganya dan juga Lola tak punya waktu lebih jika harus menggunakan kekuatan setengah-setengah, namun akibatnya Lola merasakan lelah luar biasa dan pegal di tangannya.
Rasanya Lola tak sanggup lagi, tapi sudah terlanjur dan Lola tak ingin menyerah begitu saja.
Pelan tapi pasti Lola menyelesaikan setiap langkahnya, namun Lola tak tau apakah mochi buatannya ini kenyal atau tidak, dapat ditelan atau tidak. Apapun hasilnya nanti Lola akan menerimanya dengan lapang dada.
"Waktu kalian tinggal 30 menit lagi" juri wanita itu memberikan informasi waktu yang tersisa. Para peserta terlihat semakin gelisah dan tak tenang.
Begitu pun Lola, hal yang sama juga melanda Lola. Keringat sudah membasahi kepalanya, mulai dari pelipis hingga rambutnya.
Kini Lola hanya bisa bergantung pada nasib. Semua sudah diserahkannya dan semoga memberikan hasil seperti yang diinginkannya.
"Waktu habis" Kevin meminta para peserta untuk tidak lagi menyentuh hidangan mereka.
"Silahkan kalian bersihkan terlebih dahulu, peralatan kalian" Kevin memberikan perintah untuk melakukan bersih-bersih diri.
Bukan hanya Lola yang tangannya penuh dengan tepung-tepung, begitu juga dengan para peserta lainnya.
Perlu waktu 15 menit, untuk membersihkan area dapur. Setelah itu barulah para juri itu memanggil peserta satu persatu.
Lola yang merasa hari ini adalah hari sialnya, semakin sial dengan kenyataan bahwa dirinya lah yang diminta untuk pertama kali menghidangkan mochi nya itu.
Dengan napas berat dan langkah gontai, Lola menuju meja para juri dan meletakkannya di hadapan mereka.
Pertama sekali yang mencicipi hidangan Lola adalah juri wanita yang bicaranya paling bikin sakit hati. Juri wanita itu awalnya melihat-lihat dulu hidangan Lola.
"Apa nama hidangan ini?" tanyanya seraya membolak-balikkan mochi buatan Lola.
"Rainbow Fruit Mochi, Chef"
Tanpa komentar lebih lanjut, juri wanita itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Entah apa yang ada dipikiran wanita itu, Lola tak bisa menebaknya.
Kemudian, sang juri wanita memotong mochi buatan Lola, namun butuh tenaga lebih hanya untuk memotong bagian kecil dari mochi.
Kemudian juri wanita itu melihat Lola dengan tatapan tajamnya. Dada Lola naik turun seiring dengan degup jantungnya yang tak karuan.
Kira-kira apa yang akan dikatakan oleh juri wanita yang kini sedang memasukkan potongan mochi ke dalam mulutnya.
Lola melihat wanita itu mengunyah dengan pelan mochi yang ada di mulutnya.
Namun hal selanjutnya adalah sesuatu yang sudah Lola prediksi akan terjadi.
Juri wanita itu mengambil tisu dan langsung mengeluarkan mochi itu, lalu membuang tisu tersebut ke tempat sampah yang ada di bawah meja.
Sejujurnya hati Lola sangat remuk saat melihat wanita itu membuang mochi buatannya.
Para peserta yang lain pun, tampak syok melihat kejadian itu.
Lola juga sekilas melihat bagaimana dengan Kevin. Namun Kevin hanya diam tanpa ekspresi apapun.
"Ini sangat buruk sekali. Ini bukan mochi namanya. Oke dari segi plating saya cukup suka. Namun dilihat dari kelembutan dan teksturnya. Nihil. Saya akan mengatakan bahwa ini benar-benar buruk. Sekalipun kau menaruh semua kemampuan mu membuat mochi ini, tapi sangat mengecewakan" juri wanita itu menggelengkan kepala menunjukkan bahwa mochi buatan Lola benar-benar mengecewakan dirinya.
Kemudian wanita itu berbalik dan kembali ke tempatnya, lalu juri yang satunya lagi juga mencicipi hidangan Lola dan mengatakan hal yang kurang lebih sama.
Oke, Lola tau dirinya harus menerima semua kritikan itu dengan hati yang lapang. Namun tetap saja hal itu menyakitkan.
Kini giliran Kevin yang mengomentari hidangan Lola.
Awalnya Kevin melihat Lola dengan raut wajah yang tak dapat dijelaskan Lola.
Namun sepertinya Lola bisa menebak apa yang ada dipikiran Kevin
"Sepertinya kau tidak berbakat dalam hal membuat mochi. Atau mungkin kau belum mengetahui bagaimana teknik yang benar" Kevin menarik napasnya dan membuangnya perlahan.
"Saya tidak akan berkomentar lebih dari ini" Kevin kemudian meminta Lola untuk kembali ke tempatnya.
Dari ekspresinya saja sudah tercetak jelas jika Kevin juga kecewa terhadap Lola. Tapi mau bagaimana lagi, Lola memang tak cukup pandai untuk membuat mochi.
Saat kembali ke tempat pun, Lola hanya tertunduk lesu dan peserta yang berbicara pada Lola tadi tersenyum kikuk untuk memberikan Lola semangat.
Lola benar-benar sudah berakhir, dirinya yakin hanya sampai disini saja perjuangannya.
Lola terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, hingga tak menyadari bahwa semua peserta sudah menyajikan hidangan mereka dan kini saatnya pengumuman siapa yang Lolos ke babak 3 besar.
Para juri itu meminta peserta untuk berkumpul di depan meja mereka dan berbaris sejajar.
"Terima kasih kepada kalian yang telah memberikan kemampuan terbaiknya dalam membuat olahan mochi ini" Kevin yang memulai pembicaraan dan dilanjutkan oleh juri yang satu lagi.
"Siapa saja yang berhak untuk masuk ke babak 3 besar, pastilah memang pantas untuk mendapatkan hal tersebut dan mereka adalah"
Lola memasang dengan tajam telinganya saat salah satu juri menyebutkan nama peserta yang lolos. Namun saat ketiga orang itu sudah disebutkan, tak ada harapan lagi bagi Lola.
Perjuangannya benar-benar terhenti sampai disini.
"Terima kasih kepada kalian yang telah berjuang dengan keras. Percayalah perjuangan kalian tidak akan sampai disini saja, teruskan mimpi yang kalian punya dan berikanlah yang terbaik dalam hidup kalian" Kevin mengakhiri pembicaraan dan disambut dengan tepuk tangan yang meriah.
Sebagai salam perpisahan pada yang lainnya, para peserta saling berjabat tangan dan berbagi pelukan hangat.
Begitupun Lola. Dirinya berusaha ikhlas menerima semua ini.
****
Lola menuju kamar dengan langkah lesu dan tak bersemangat. Malam ini adalah malam terakhirnya berada di Purwokerto, karena dirinya besok sudah harus balik ke Semarang.
Dan Lola ingin melewati malam ini dengan damai. Terlintas dalam pikirannya untuk menghabiskan malam bersama dengan Beno. Tapi Lola tak ingin merepotkan Beno lebih daripada ini.
Suara dering ponsel membangunkan Lola dari lamunannya.
Lola melihat siapa yang menghubunginya. Beno.
Kebetulan sekali, Lola baru saja memikirkan pria itu.
"Ya, ada apa?"
"Aku sedang menuju kamar"
"Baiklah kalau begitu"
Beno meminta Lola untuk menunggunya disana. Lola pun bersandar pada dinding hotel seraya melipat tangannya di depan dada.
Lola melihat ke sepanjang lorong kamar hotel dan terlihat ada seseorang yang sedang berlari.
Lola tak bisa melihatnya dengan jelas hingga seseorang itu semakin dekat dan dekat.
Ternyata itu adalah Beno. Beno sampai berlari seperti itu hanya untuk menemuinya. Lola sampai terharu karena hal itu.
Beno berdiri tepat di depan Lola dan dengan napasnya yang seperti tinggal setengah-setengah, dirinya masih bisa tersenyum.
"Ayo ikut aku" Beno menggenggam tangan Lola dan membawanya pergi.
"Kemana?"
"Menghabiskan malam bersama"
Kalimat yang keluar dari bibir Beno itu seketika membuat Lola tercengang.
Namun Beno tak mengindahkan ketercengangan Lola, dan terus menggenggam tangannya, membawanya pergi keluar dari hotel.