Chereads / Selembar Surat Kontrak / Chapter 33 - Impian Lola (3)

Chapter 33 - Impian Lola (3)

Tak terasa perjalanan 4 jam lebih sudah ditempuh Lola dan Beno. Perjalanan dengan kesunyian tanpa obrolan apapun.

Perjalanan yang diwarnai tangis Lola akan pikirannya tentang Beno.

"Aku kan mengantarmu langsung ke penginapan" Beno menawarkan Lola agar langsung saja menuju penginapan, karena Lola terlihat letih dan tak bertenaga.

"Ya, tolong antarkan aku ke alamat ini" Lola mengeluarkan ponselnya, dan memberikan beno catatan pada ponsel miliknya yang menandakan dimana lokasi penginapan tersebut.

"Kau menginap disini?" tanya Beno heran

"Ya, ini hotel yang telah disediakan penyelenggara kompetisi" Lola menjawab singkat, tak mengerti tanda keheranan di wajah Beno

"Hahaha. Ada apa ini?" Beno tertawa tak mengerti mengapa bisa hal seperti ini terjadi.

"Ada apa?" sekarang justru Lola yang merasa heran.

"Hotel ini, adalah hotel yang aku tempati juga." Beno nyengir menampakkan gigi putih berserinya

"Apa maksudmu?" tanya Lola semakin heran. Beno tidak mungkin menginap demi menemaninya bukan. Itulah yang ada dalam pikiran liar Lola.

"Aku berencana untuk menemanimu selama berada disini. Dan aku sudah memesan penginapannya malam tadi. Aku sama sekali tak menyangka jika kita berada di penginapan yang sama." jawab Beno sambil tersenyum lebar, tak kuasa menahan kegembiraannya.

Oh Tuhan. Benar saja dugaan Lola.

"Kau tak perlu melakukan itu" Lola membantah keinginan Beno yang ingin menemaninya selama disini. Jujur saja Lola sama sekali tidak membutuhkannya.

"Aku baik-baik saja sendiri. Kau tak perlu melakukan sesuatu yang tak perlu dilakukan. Karena aku tak membutuhkannya." jawab Lola singkat dengan nada keengganan dalam suaranya.

Jawaban Lola itu merupakan jawaban telak bagi Beno. Sungguh sakit saat mendengarnya, namun Beno bukanlah pria yang gampang menyerah.

"Aku tak keberatan, Lola. Aku hanya ingin berjaga-jaga saja jikalau kau butuh bantuan atau ada sesuatu yang terjadi padamu. Lagipula aku ingin melihat mu ikut dalam kompetisi itu." Beno memasang tampang memelas dan memohon belas kasih.

Kalau Beno dengan tampang begitu, Lola jadi tak sanggup untuk menolaknya. Tak sanggup menolak pesona akan Beno.

"Baiklah, terserah saja" tandas Lola seraya menghembuskan napas berat.

Mendengar jawaban Lola, Beno tersenyum dengan senangnya dan memacu mobil ke arah penginapan hotel yang sudah di pesan.

Tak membutuhkan waktu lama bagi Beno untuk menemukan dimana hotel yang dimaksud berada.

Saat menemukannya, Beno segera mencari tempat untuk memakirkan mobilnya.

"Ayo, kita keluar" Beno melepas sabuk pengamannya dan melihat Lola yang juga sedang melepas sabuk pengaman itu.

"Tunggu sebentar. Mengapa ini begitu susah untuk dilepaskan" Lola berusaha menekan penjepit sabuk pengamannya, namun entah mengapa seperti tersangkut dan membuatnya sulit untuk dilepaskan.

"Hei. Pelan-pelan saja. Biar aku saja yang melakukannya" Beno melihat Lola yang kelabakan membuka sabuk pengamannya menjadi gemas.

Akhirnya Lola menyerah dan membiarkan Beno yang melakukannya.

Saat melihat Beno dapat melakukannya dengan mudah, dan dalam sekejap saja sabuk pengaman itu sudah terlepas dari penahannya. Tentu hal itu membuat Lola tak habis pikir.

"Sungguh sial sekali. Mengapa dia tak mau terlepas saat aku yang melakukannya" Lola memaki sabuk pengaman yang tak salah apa-apa itu.

Beno hanya tertawa kecil seraya mengetuk pelan kepala Lola.

"Aku sudah mengatakannya padamu. Lakukan dengan pelan-pelan. Lagipula mengapa kau begitu terburu-buru ingin keluar. Apa kau tak ingin bersama ku lebih lama lagi?"

Kalimat yang baru saja dilontarkan Beno membuat Lola menjadi salah tingkah. Lola bukannya tak ingin lebih lama lagi bersama Beno, hanya Lola tak mengerti apa yang harus dilakukannya saat bersama Beno. Dan juga kalau terlalu lama bersama, Lola takut Beno dapat mendengar detak jantungnya yang tak terkendali.

"Ayo" Beno lebih dulu keluar, membuka bagasi mobil dan mengeluarkan koper Lola.

Lola pun menyusul Beno.

Mereka kemudian berjalan bersama masuk ke dalam hotel dan menuju meja resepsionis.

"Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis itu seraya tersenyum ramah.

"Ah iya selamat siang. Saya ingin melakukan check-in kamar atas nama Beno Handoyo." ucap Beno terlebih dahulu.

"Baik, saya akan memeriksanya lebih dulu. Boleh saya lihat tanda pengenalnya? Beno kemudian memberikan kartu tanda pengenal dan resepsionis itu kemudian memeriksa komputer di depannya.

"Saya sudah memeriksanya. Atas nama Beno Handoyo akan check-out dalam 3 hari kedepan. Mohon untuk diingat kembali kapan anda harus melakukan check-out." senyum resepsionis itu.

Entah mengapa Lola merasa aneh melihat senyum pada sang resepsionis. Seperti senyum mengangumi. Ya tentu saja begitu. Beno merupakan pria yang sangat tampan, wajar saja jika banyak wanita yang terpesona pada ketampanannya.

Tapi mungkin Lola bisa saja salah mengira. Ah sudahlah tak usah dipikirkan. Batin Lola memaki dirinya.

"Mohon untuk tunggu sebentar, saya akan meminta staf hotel untuk memeriksa apakah kamar yang dipesan sudah siap untuk ditempati." resepsionis itu kemudian melakukan panggilan kepada staf hotel dan memintanya untuk memeriksa kamar yang dimaksud.

Setelah beberapa saat menunggu, masih dengan telepon ditangannya, resepsionis itu mengangguk-anggukkan kepalanya seperti tanda Ia memahami apa yang dibicarakan ditelepon sebrangnya. Kemudian resepsionis itupun menutup panggilan itu dan berbicara kembali dengan Beno.

"Kamar anda sudah siap untuk ditempati. Ini kunci kamarnya dan staf hotel akan mengantarkan anda menuju kamar anda" sang resepsionis memberikan sebuah cardlock kepada Beno, lalu datanglah staf hotel yang diminta oleh resepsionis untuk mengantarkan Beno menuju kamarnya.

"Saya tunggu wanita ini saja" Beno berbicara seraya menunjuk Lola sebagai tanda bahwa mereka memang datang bersama.

"Aku tak apa. Pergi saja lebih dulu." Lola buru-buru menolak.

"Aku tidak mendengarnya" Beno menutup kedua telinganya tak ingin mendengar penolakan lagi dari bibir Lola.

Lola hanya menghembuskan napas kasar. Kemudian berbicara dengan resepsionis. Sama seperti Beno tadi, resepsionis itu meminta tanda pengenal Lola, memeriksa data-datanya.

"Apa anda peserta kompetisi olahan dessert itu?" resepsionis itu bertanya untuk memastikan pada Lola

"Ya benar"

"Baiklah kalau begitu. Kamar anda telah siap. Staf hotel akan menunjukkan jalannya pada anda." resepsionis memberikan cardlock dan meminta hal yang sama pada staf hotel yang akan mengantar Beno.

"Terima kasih" Lola menundukkan badannya sebagai tanda terima kasih.

"Terima kasih kembali. Selamat beristirahat dan selamat menikmati pelayanan hotel kami" ucap resepsionis itu dengan senyum ramahnya yang menampakkan gigi putihnya seraya menundukkan badannya.

Dengan begitu, Lola dan Beno diantar menuju kamar mereka oleh staf hotel.

Di dalam keheningan lift, tiba-tiba saja staf hotel itu berbicara.

"Maaf atas ketidaknyamanannya. Saya ingin memberitahu bahwa kamar anda sekalian bersebelahan. Jadi saya akan mengantarkan anda sekaligus menuju tempat untuk beristirahat."

Kata-kata staf hotel itu membuat Lola tercengang, bahkan saking terkejutnya membuatnya tak dapat lagi mengontrol mulutnya yang terbuka karena ketidakpercayaan pada apa yang didengarnya.

Beno yang melihat wajah Lola seketika menegang mendengar apa yang disampaikan petugas hotel itu cekikikan geli.

Beno sendiri juga tak menyangka jika kamar mereka ternyata bersebelahan.

Ketika lift terbuka, staf hotel langsung menunjukkan jalan menuju kamar mereka.

"Ini adalah kamar anda, pak Beno" staf hotel itu menunjukkan kamar Beno.

"Dan disampingnya, adalah kamar bu Lola" staf hotel itu dengan sopan menunjukkan kamar Lola.

Dan Lola sudah pasrah menerima semua ini, melewati beberapa hari ke depan berdampingan kamar bersama Beno.

"Jika ada sesuatu, silahkan hubungi kami menggunakan telepon yang tersedia. Saya tidak akan menggangu lagi. Selamat beristirahat. Selamat siang" staf hotel itu kemudian pamit dan segera pergi dari situasi canggung itu.

Setelah Beno melihat kepergian petugas hotel, Beno berbicara pada Lola.

"Selamat beristirahat. Aku akan menunggu mu pada pukul 5 sore. Aku ingin mengajak mu keluar untuk jalan-jalan sekalian makan malam"

"Aku tidak akan menggangu meeting mu nanti malam. Tenang saja"

Setelah mengucapkan itu, Beno masuk ke kamarnya dan meninggalkan sejuta pertanyaan di benak Lola.

Darimana Beno tau jika nanti malam akan ada meeting untuk pembahasan kompetisi besok.

Lola memijat-mijat pelipisnya, kepalanya mendadak pusing dan ingin segera melepas penat di lembutnya ranjang hotel.

Lola membuka pintu itu dengan cardlock dan masuk sambil membawa kopernya. Saat sudah di dalam, segera saja dirinya melemparkan tubuhnya ke ranjang hotel dan segera menutup matanya. Lola ingin beristirahat dengan tenang.