Chereads / Selembar Surat Kontrak / Chapter 32 - Impian Lola (2)

Chapter 32 - Impian Lola (2)

Perjalanan menuju Purwokerto, entah mengapa begitu panjang. Tak ada yang memulai percakapan baik Beno maupun Lola. Tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

Dalam perjalanannya itu, Lola kembali teringat akan apa yang Beno katakan.

Waktu itu saat Beno menariknya dari keributan di cafe. Beno memintanya untuk menemani dirinya pergi mencari udara segar.

Saat itu Beno membawanya menuju pantai.

"Pantai adalah tempat yang tepat untuk melepaskan segala beban" begitulah katanya.

Memang Lola juga setuju dengan pemikiran Beno. Namun entah mengapa Lola menangkap gelagat kesedihan dari dirinya. Lola mencoba untuk mengabaikan hal itu, karena Lola sedang menahan dirinya untuk tidak jatuh lebih dalam lagi dengan pesona Beno.

Tapi tak mengerti mengapa, Lola justru merasa semakin peduli pada Beno. Dan semakin dalam mengagumi sosoknya.

Beno yang terlihat selalu baik-baik saja, selalu semangat setiap datang ke cafe dan selalu memikirkan tentang kesejahteraan pegawainya. Beno yang selalu khawatir jika pegawainya merasa tak nyaman bekerja di cafe miliknya. Beno yang selalu membantu saat pegawainya ditimpa masalah.

Semua pegawai setuju, jika Beno merupakan bos yang baik. Namun mereka semua hanya melihat sisi luar Beno saja. Begitupun juga dengan Lola. Hingga Beno menceritakan padanya apa yang sebenarnya disembunyikan Beno.

Saat itu Beno mengatakan pada dirinya jika hanya beberapa orang saja yang tau tentang hal yang bersifat rahasia itu.

"Hanya Rey dan Kei yang tau tentang hal ini. Dan sekarang kau juga akan mengetahuinya"

Lola tak mengerti mengapa Beno menceritakan hal itu, namun yang Lola tau. Jika seseorang menceritakan hal yang sifatnya "rahasia" maka orang itu percaya padamu dan menganggap dirimu berarti dan istimewa.

Tapi Lola tak berani berharap banyak. Dirinya takut jika bermimpi terlalu tinggi dan berharap pada Beno membuatnya berujung pada patah hati.

Pada akhirnya, Lola hanya mengetahui "rahasia" Beno.

Rahasia yang Lola sangat tidak menyangka hal itu terjadi pada diri Beno.

"Lola, apa yang akan aku ceritakan ini adalah tentang diriku. Diriku yang selalu aku tutupi."

Beno mulai menceritakan kisahnya. Bukan dari masa kecil namun dari saat dirinya beranjak remaja. Lebih tepatnya saat duduk di bangku SMP.

Diketahui bahwa Beno merupakan seorang anak haram. Yaitu hasil dari perselingkuhan ayahnya dengan seorang wanita kupu-kupu malam. Hal itu Beno ketahui saat tak sengaja mendengar percakapan antara ayahnya dan seorang wanita yang selalu dipanggilnya ibu, namun ternyata bukan ibunya.

Beno terlanjur sudah menyayangi "ibu" nya setulus hati. Karena "ibu" nya juga memberikan kasih sayang tulusnya pada Beno. Setelah mengetahui fakta itu, membuat Beno tak lagi sanggup menatap mata wanita yang merawatnya sedari bayi ini. Beno hanya tak habis pikir mengapa hal itu harus dirahasiakan dari dirinya. Itu hanya membuat dirinya membenci ayah dan "ibu"nya.

Setelah mendengar berita itu membuat Beno sangat syok, depresi dan tak tau harus apa. Dan sejak saat itu, Beno tak lagi menjadi anak "baik-baik". Beno menjadi anak yang nakal dan penuh masalah. Namun ditengah kegentingan hidupnya, Beno bertemu dengan Kei.

Ibarat kata. Kei adalah seorang penyelamat bagi Beno. Beno tak menceritakan detail pertemuan antara dirinya dan Kei. Namun, dari cerita Beno saja Lola dapat mengambil kesimpulan bahwa hubungan antara keduanya sangat erat.

Beno tertawa sinis melihat bagaimana hidupnya hancur dalam sekejap saja. Beno tak lagi percaya pada orangtuanya. Bahkan saat SMA pun diketahui bahwa Beno tak lagi tinggal di rumah orangtuanya.

Beno lebih memilih tinggal di apartemen. Beno merasa muak dengan senyum palsu orang yang dipanggilnya dengan sebutan "ibu". Tak tanggung-tanggung Beno bahkan berani menolak rencana ayahnya untuk menjadikan Beno penerus bisnis keluarganya.

Untuk itulah, saat lulus SMA Beno memilih bekerja di tempat lain daripada di perusahaan ayahnya. Dan meneruskan pendidikan dengan uang hasil kerjanya sendiri. Semua itu, tentu tak mudah bagi Beno. Namun, Beno bisa melewatinya.

Saat itu Lola berpikir bahwa alasan mengapa Beno menjadi seorang pria yang suka mempermainkan hati wanita karena ingin pergi dari masalah yang melandanya. Seperti mencari "rumah" yang bisa disinggahi untuk pulang dan bermalam. Tentu untuk mencari "rumah" yang seperti itu juga tidaklah mudah. Dengan begitu, Beno terus berganti-ganti wanita agar bisa menemukan tempatnya untuk "pulang".

Namun, Lola tetap tidak membenarkan tindakan Beno yang seperti itu. Tetap saja mempermainkan hati wanita itu salah, dan tidak mungkin dibenarkan walau dengan alasan apapun.

Mungkin Lola tak terlalu bisa memahami perasaan Beno, namun yang jelas Lola juga mengerti bagaimana sakitnya mengetahui fakta yang kita sangat tidak ingin ketahui. Rasanya, lebih baik menghilang saja dari muka bumi ini daripada mengetahui hal itu.

Dan karena hal itu membuat Lola jadi bersimpati pada Beno dan menjadi sulit untuk melepaskan pria itu.

Tak sekedar itu saja yang Beno ceritakan. Setelah mengetahui fakta menyedihkan itu, Beno segera mencari tau siapa "ibu" nya yang sebenarnya. Dan itu membuat Beno lebih sakit lagi yang ternyata ibu kandungnya tak menerima keberadaan Beno.

Sungguh sakit memang merasakan perasaan tak diakui. Jika orang yang kita anggap sahabat saja tak mengakui keberadaan kita itu sakitnya luar biasa. Apalagi jika ibu kandung kita, yang melahirkan kita sama sekali tak menginginkan kita.

Karena hatinya yang terlalu sakit, membuat Beno sempat tak ingin hidup lagi. Dirinya berpikir, mengapa ibu kandungnya sendiri dengan teganya tak menganggap Beno.

Saat memikirkan itu membuat dada Lola terasa sesak dan tak bisa bernapas. Kembali mengingat hal itu, membuatnya menangis. Bagaimana mungkin Beno dengan tegarnya bisa melewati peristiwa memilukan itu.

"Lola, mengapa kau tiba-tiba menangis?" nada panik dalam suara Beno telah menyadarkan Lola. Lola segera menyeka kasar air matanya dan menatap Beno nanar.

Beno yang mulai panik pun menepikan mobilnya dipinggir jalan.

"Ada apa? mengapa kau menangis?" Beno masih dengan paniknya melihat tangisan Lola.

Walau sudah menyeka air matanya, namun tetap saja air mata Lola tak kunjung berhenti. Lola malah semakin menangis manakala mengingat bagaimana Beno melewati semua itu.

Beno yang tak tau mengapa Lola menangis dan Lola yang tak kunjung memberikan Beno jawaban. Hanya bisa mendekap Lola dalam pelukannya. Berharap dengan begitu, Beno mampu meredakan tangisan Lola.

Walau Beno tak tau apa yang sebenarnya sedang Lola tangisi, namun apapun itu Beno berharap bukan hal yang terkait dengan dirinya.

Lola yang berada dalam dekapan pria tampan ini, masih mencoba untuk meredakan tangisan namun tanpa hasil. Lola sampai menangis sesenggukan dan itu membuat Beno mendekapnya lebih dalam lagi.

"Aku tak tau apa yang membuat mu menangis seperti ini. Tapi aku akan berada di samping mu. Jadi jika kau masih ingin menangis, maka menangislah" suara berat Beno dan hembusan napasnya menerpa rambut Lola.

Dan Lola meleburkan wajahnya lebih dalam lagi pada dada bidang milik Beno. Lola mengatur napasnya sekaligus menekan detak jantungnya agar tak perlu berdetak terlalu kencang.

Setelah Lola merasa agak baikan, Lola segera menarik dirinya dari dekapan hangat Beno dan mengusap matanya pelan. Pasti saat ini, Lola tampak seperti badut dengan hidung merahnya.

"Aku sudah baik-baik saja. Ayo kita lanjutkan perjalanan kita" suara Lola menjadi serak dan dengan kelabakan mencari botol minum.

Beno memberikan botol minuman pada Lola. Seperti tau apa yang tengah Lola cari. Walau Lola sudah mengatakan dirinya baik-baik saja, namun Beno masih khawatir.

Beno pun kembali memacu mobilnya. Melirik Lola sekilas yang tengah menatapi jalanan lengang di depannya.

Lola benar-benar terbawa suasana saat memikirkan kembali apa yang Beno ceritakan padanya.

Kalimat terakhir yang Beno katakan padanya sungguh penuh misteri. Rasa-rasanya terlalu banyak rahasia yang Beno simpan.

"Aku akan menceritakan "rahasia" lainnya padamu. Namun tunggu saat yang tepat. Saat itu kau akan mengerti mengapa wanita tadi datang meracau di cafe"

Hanya itu yang dikatakan Beno, setelah itu Beno mengajaknya kembali ke cafe.

Ada peristiwa pilu apalagi yang menimpa Beno. Lola tak mengerti.

Mengapa begitu banyak cobaan dalam hidup Beno. Namun sejujurnya bukan hanya Beno saja yang mengalami begitu banyak cobaan, karena Lola juga merasakan hal yang sama. Begitupun Rara, dan orang-orang lainnya.

Dalam hidup pasti ada saja masalah yang menghampiri, namun Lola yakin itu bukti bahwa Tuhan masih menyayangi kita.

Dan itu sebagai cobaan yang harus dilalui, agar bisa naik ke level hidup selanjutnya. Kita sebagai manusia hanya perlu mengikuti bagaimana alur hidup yang telah diaturkan. Tidak perlu sampai melawan arus.

Itulah yang selama ini Lola percayai. Apapun yang terjadi pada Beno, Lola dan Rara bahkan kepada orang lain. Lola yakin itu semua sudah ditakdirkan dan kejadian itu pasti ada makna di dalamnya.