Demian tersadar dan meringis memegangi kepalanya. Betapa terkejutnya ia saat menyadari Sheila sedang mengemudikan mobil itu. Gadis itu melirik dari kaca spion atas.
"Kamu sudah bangun, Sayang? Kamu sangat tampan memakai jas pengantin," ucap Sheila sambil menambah kecepatan laju mobilnya.
"Apa yang kamu lakukan, Shel? Berhenti, kataku!" teriak Demian.
Terjadi perebutan gagang kemudi di dalam mobil. Sheila tidak merasa panik sama sekali. Dia bahkan tertawa lebar sambil berusaha menstabilkan laju kendaraan. Namun, ia terlalu lelah bertahan dari Demian yang terus berusaha menghentikan laju mobil.
Sheila yang tidak makan selama dua hari kini telah kehabisan tenaga. Ia berhenti tertawa, lalu wajahnya berubah kaku. Terbersit niat aneh di pikirannya.
"Aku tidak bisa bertahan, tapi aku juga tidak mau membiarkanmu pergi ke pelukan wanita lain. Kalau begitu … bagaimana jika kita mati bersama saja? Haha …!"