Aura menunggu laki-laki itu sampai tengah malam. Sejak pembicaraan mereka tadi siang, Satya pergi dan belum kembali. Ia cemas memikirkan keselamatan laki-laki itu.
"Masih belum pulang?" Kevin menerima telepon dari Aura saat ia sedang berada di rumah Andreas. Pemuda itu berusaha tiba di rumah secepatnya.
"Belum, Vin. Bagaimana ini? Aku khawatir padanya," ucapnya dengan nada cemas.
'Kenapa bukan aku yang menjadi orang pertama yang kamu khawatirkan? Aku begitu berharap, saat kamu sadar, akulah yang pertama kali kamu ingat.'
Pemuda itu tampak sedih. Aura mengisi ruang hati yang penting, tapi Satya juga memiliki tempat penting di hatinya. Keduanya sama-sama orang yang disayangi pemuda itu. Demi melihat mereka bahagia, ia rela menukarnya dengan apa saja.
"Kamu tunggu di rumah. Aku akan mencari paman," ucap Kevin sambil menyalakan mesin motor. "Tunggu di dalam! Anginnya dingin. Jangan sampai sakit lagi.''
