Sultan duduk di tepi ranjang, menunggu Zenita sadar. Gadis itu masih belum terbiasa mendapat sentuhan dari laki-laki. Bayangan keenam laki-laki yang menggagahinya, telah membuat gadis itu ketakutan.
Memang tidak sampai memunculkan kepribadian lain yang sempat singgah di jiwa gadis itu. Namun, masih menyisakan kenangan kelam dan pahit yang sulit dihapus dari memori. Setelah tiga puluh menit berlalu, Zenita pun terbangun.
"Kamu sudah bangun? Syukurlah," ucapnya lega.
"Kenapa aku ada disini, Mas? Ini dimana?"
Zenita mengedarkan pandangannya. Ruangan itu sangat asing baginya. Bukan kamarnya ataupun ruang rawat di rumah sakit, Gadis itu mencoba menebak.
"Ini kamarku. Kamu tiba-tiba pingsan tadi," jawabnya. Sultan pergi ke dapur lalu kembali dengan segelas air putih di tangannya. "Minum dulu."
"Terima kasih, Mas. Maaf, aku masih …."