*Aku tahu, surat ini tidak seharusnya kutulis. Tapi, ponselku disita sampai waktu pernikahan. Hanya ini yang bisa kulakukan untuk memberitahumu.
Aura, aku sudah setuju dengan pernikahan yang diatur kakek. Hubungan kita, aku ingin mengakhirinya. Berikan cincin itu kepada laki-laki yang kamu cintai.
Selamat tinggal, Aura.*
Aura membaca kembali surat perpisahan dari Satya. Ia membenamkan wajahnya di bantal agar tangisannya tidak terdengar oleh Aldo. Tidak dapat dipungkiri, ia masih sangat mencintai Satya sampai hari ini.
Ia hanya berbicara tanpa berpikir panjang. Setidaknya, saat bersama Aldo ia merasa bisa sedikit melupakan kesedihannya. Sehingga ide konyol itu tiba-tiba saja muncul ketika melihat Aldo menangisi Caroline.
"Apa yang harus aku lakukan saat bertemu kak Aldo besok?" Aura menyesali ucapannya. Mungkin, mereka akan merasa canggung satu sama lain karena peristiwa malam ini. Gadis itu memaki dirinya sendiri karena sudah bertingkah bodoh.
***