Sebulan kemudian, Alfred masih menemui Anisa di hotel. Dia membayar biaya sewa hotel gadis itu selama ini, tapi tidak berniat mencarikan apartemen untuknya. Padahal, Anisa sangat berharap bisa pindah ke sebuah apartemen.
Tinggal di hotel, ia tidak merasa bebas. Semua gerak-geriknya dilihat banyak orang. Jika terus seperti itu, ia akan kehilangan kesempatan untuk mendekati Damian. Apalagi, Julia sangat pintar.
"Kenapa kamu belum mengatur waktu sampai sekarang?" Anisa berbaring di atas tubuh Alfred.
"Besok. Kebetulan, orang yang memiliki hotel ini adalah adalah mantan teman kuliah kami. Aku, Sultan, dan Damian pasti akan hadir. Kamu bisa memberikan obat itu sendiri. Aku hanya mencari waktu untukmu. Soal bagaimana rencanamu, aku tidak ikut campur."
"Oke. Terima kasih, banyak."
***
"Mau, ya?"
"Enggak!"
"Ayolah, Sayang. Sekali ini saja, please," bujuk Satya. Ia tidak mau menyerah. Kali ini, ia harus bisa membawa Aura pergi ke pesta bersamanya.