Angin kencang berhembus dengan sangat cepat. Hujan yang turun begitu menyejukan, tidak seperti di dunia ku yang lama.
Sudah satu bulan aku berada di dunia YuE, entah kenapa kehidupanku tidak berubah.
Yah..
Aku merasa kehidupan di dunia ini merupakan lanjutan dari duniaku yang dulu.
Aku sedang tiduran di tanah yang basah, karena perbuatan makhluk yang tidak memiliki rasa kemanusiaan.
Aku tidak bisa mengerakan kaki, tangan dan badanku. Aku hanya bisa menikmati air hujan yang deras ini dengan sebuah senyuman.
Selang beberapa waktu setelah menikmati air hujan yang deras ini, tubuhku merasa gemetar karena hawa dingin yang tidak wajar.
Kenapa di dunia ini terasa sangat dingin pada saat hujan?
Aku hanya bisa berdiam diri pada saat ini.
Dulu, aku pernah berlatih dengan seseorang. Orang itu melatihku persis seperti yang aku alami sekarang.
Dia meninggalkanku di tengah-tengah badai salju tanpa makan dan minum. Aku hanya berbekal pakaian di tubuh dan tongkat kayu.
Itu adalah mimpi buruk bagiku.
Hah.. Selama berlatih dengan orang itu, ada dua pesan yang selalu aku ingat:
1. [Apapun yang terjadi kepada dirimu, jangan pernah melangkahkan kaki ke dasar jurang yang tidak berujung.]
2. [Apapun keadaan yang kamu alami di dunia, teruslah tersenyum walaupun nyawa mu dalam bahaya.]
Dulu aku pernah terluka parah di saat menjadi tukung pukul untuk melindungi seseorang.
Aku mengalami luka yang serius di bagian tubuhku.
Pada saat itu, aku menampilkan senyuman yang membuat orang di sekitarku merasa ketakutan.
Dalam kondisi tubuh yang terluka, aku terus-menerus tersenyum hingga aku tidak sadarkan diri.
Untung saja, orang yang menyewaku selamat tanpa mengalami luka yang serius.
Kisah yang kelam yang seharusnya tidak aku ceritakan.
Bagaimanapun, aku tetap hidup hingga sekarang adalah sebuah keajaiban.
Sampai kapan aku terus begini.
Berdiam diri di bawah hujan yang deras di sertai angin yang kencang.
Sekarang aku seperti orang yang putus asa.
Kalau lama-lama berdiam diri disini, aku bisa terkena hipotermia lagi.
"Rezlen..! Apa yang kamu lakukan disini?"
Pertanyaan yang bagus.
"Cuma bersantai menikmati air hujan yang deras di sertai angin yang kencang."
"Ah.. Okey. Selamat menikmati air hujan yang turun lumayan deras di sertai dengan angin yang kencang."
Dia pergi begitu saja setelah berbicara seperti itu.
Ah.. dunia ini benar-benar telah kehilangan rasa kemanusiaan nya.
Terlebih lagi dia bukan manusia.
"Oh ya..Kenapa kamu tiduran di sini, Fenrir?"
Hah.. Paman Taurus.
"Hanya bersantai menikmati langit yang indah."
"Di hari hujan begini kamu menikmati langit yang indah? Aku tidak habis pikir dengan dirimu, Fenrir."
Paman Taurus menatapku seperti melihat gelandangan yang habis di pukul oleh preman.
"Ya sudah! Jangan terlalu lama bersantai disini, nanti terinjak oleh makhluk yang mau lewat."
Setelah mengatakan kata-kata yang indah, Paman Taurus pergi begitu saja.
Apa dia berpikir aku tadi berkata yang serius?
Be.. gi.. ni.. na..sib jadi orang yang tidak mau merepotkan orang lain.
Tiduran tanpa di perdulikan oleh orang lain adalah sebuah kenikmatan. Tapi, tiduran di bawah hujan yang deras disertai dengan angin yang kencang, merupakan salah satu cara mencari sebuah penyakit.
Huuuh.. Dingin sekali hari ini.
"Kenapa kamu tiduran di situ?"
Suara ini seperti tuan genbu.
Dia berjalan mendekati diriku yang sedang tiduran di tanah.
"Hmm.. Sihir ini, kalau tidak salah punya Hebi. Apa kamu tadi sedang berlatih dengan Hebi?"
"Iya."
Tuan genbu sedang menatapku seperti melihat anak kucing yang kehujanan.
"Bangunlah, bersihkan dirimu dan beristirahatlah. Nanti aku akan berbicara dengan Hebi."
Aku bisa mengerakan tangan, kaki dan badanku.
Wow.. Tuan genbu menyadari sihir dari Kakak Hebi.
Aku tidak tahu sihir seperti apa yang telah Kakak Hebi berikan kepadaku.
Aku mulai bangun dari tiduran di tanah.
Aku ingin mengucapkan terima kasih, tapi Tuan Genbu telah pergi dari pandanganku.
Kemana dia pergi? Cepat sekali dia menghilang?
Sebaiknya aku pulang kerumah dan beristirahat sejenak sebelum Kakak Hebi melanjutkan layanan penyiksaan.
Aku mulai berjalan menuju rumah.
Selang beberapa menit aku belum sampai juga di rumah.
Haahh... Aku tersesat!
Sudah satu bulan aku berada di sini, kenapa aku tidak bisa mengingat jalan pulang ke rumah.
Aku menengok ke arah kanan dan kiri.
Tempat ini terasa berbeda dari jalan pulang ke rumah.
Aku berjalan lurus dengan perasaan tidak enak.
Setelah berjalan sekitar hampir 300 meter, aku menemukan sebuah tempat yang tidak pernah aku lihat sebelumnya.
Hmm... Kenapa di sini tidak terkena hujan, malah tempat ini terasa hangat dan menyejukan.
"Apa yang kamu butuhkan di sini, Fenrir?"
Aku menengok ke arah belakang dengan perasaan terkejut.
Aku benar-benar tidak menyadari keberadaan makhluk yang ada di belakangku.
Siapa dia? Aku baru pertama kali berjumpa dengan makhluk ini.
"Aku sudah lama mendengar tentangmu dari Genbu. Apa aku membuatmu takut?"
Walaupun dia mengambil wujud ras manusia tapi aku yakin di bukan makhluk lemah.
Semua makhluk yang berada di wilayah Roh Agung Enkidu selalu mengambil wujud ras manusia setiap bertemu denganku.
Terkecuali Restia yang merupakan ras campuran, dari lahir dia sudah berwujud seperti ras manusia pada umumnya dan paman taurus, entah kenapa paman seperti minotaurus yang memiliki karisma yang luar biasa.
Dan makhluk yang berada di depanku, seperti seorang pangeran dari sebuah kerajaan.
Wajah tampan, tinggi ideal, rambut panjang berwarna merah dan pakaian yang dia kenakan seperti seorang penyihir.
Mungkinkah dia adalah makhluk anti sosial?
"Hahaha... Aku tidak mengira kamu berpikiran seperti itu tentangku. Kamu seperti yang di katakan oleh Genbu, aneh."
Apa dia membaca pikiranku?
Dia benar-benar hebat, bisa melakukan cold reading dari jarak yang lumayan jauh.
Jarak antara aku dan dia sekitar 20 meter dari tempatku berdiri.
"Maaf..! Aku lupa memperkenalkan diriku."
Sipakah dia?
"Namaku Leon Nemeio, aku di perintahkan oleh Genbu untuk menjaga wilayah Roh Agung Enkidu dari ancaman."
Eh..
Hah.. aku membelalakan mataku.
Dia.. Aku lupa. Sepertinya aku pernah mendengar nama itu sebelumnya.
Dimana aku pernah mendengar nama itu?
Hmmmm.
"Jadi, ada urusan apa yang membuat dirimu kesini, Fenrir?"
Aku tersadar dari lamunanku.
"Maaf, kalau aku mengganggu anda sekarang. Saat ini saya sedang mencari jalan pulang kerumah."
Bisa di katakan aku tersesat lagi dan lagi.
"Ah.. Aku paham. Baiklah! Kalau kamu ingin pulang ke rumah, maka satu-satunya cara adalah kamu harus bisa membuatku tersenyum."
Apa yang dia pikirkan tentang diriku?
Aku bukan badut circus atau pelawak yang hebat.
Selagi memikirkan kata-kata yang dia ucapkan.
Tanpa di sadari, dia berlari ke arah ku dengan niat membunuh.
Aku hanya bisa terdiam mematung di saat dia berlari ke arahku.
Niat membunuh ini sungguh sangat mengerikan. Tubuhku benar-benar tidak bisa bergerak karena makhluk itu.
Sial.. Apa yang harus aku lakukan?
'Ada apa? Apakah kamu sudah menyerah? Kalau kamu mau menyerah maka pergilah dari sini dan matilah.'
'Jangan pasang wajah penakutmu itu! Tersenyumlah, berikanlah rasa takut yang tidak pernah mereka alami, TERSENYUMLAH!!'
Master..!
Aku tersadar dari lamunan masa laluku.
Aku tersenyum dengan gembira seperti seorang psikopat.
Dia berada tepat di depan wajahku. Makhluk ini sudah di pastikan tidak jauh berbeda dengan Kakak Hebi.
Kami berdua saling menatap, jarak antara aku dan makhluk mengerikan ini sungguh sangat dekat.
Kalau aku maju selangkah saja, maka bibir kami berdua pasti akan saling kenal.
"Seperti yang di harapkan. Kamu adalah satu-satunya makhluk yang bisa tetap tersenyum, di saat aku mengeluarkan niat membunuh."
Heh.. Dia tersenyum puas atas apa?
Kenapa dia tersenyum?
"Fenrir, apa kamu mengetahui sesuatu tentang dunia ini?"
Aku mengelengkan kepalaku.
"Mungkin belum saat nya, untuk dirimu mengetahui tentang dunia ini."
"Jalan pulang berada di belakang dirimu."
Setelah mengatakan hal itu, tempat ini berubah seperti yang aku kenal.
Aku berbalik badan dan menemukan rumahku tepat di depan mata.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Catatan:
Kata-kata yang berada di dalam tanda ini ' merupakan ingatan dari masa lalu.
Bersenang-senanglah dan tetap tersenyum.
Terima kasih telah membaca.